Andini seorang dokter muda bertalenta yang memiliki seorang kekasih seorang abdi negara yang bernama Raka Ardiansyah. Setelah berjalan 8 tahun mereka memutuskan untuk menikah namun pada hari pernikahan tiba Raka justru malah meninggalkan nya karena suatu alasan. karena persiapan pernikahan sudah dilakukan dan acara pernikahan tidak bisa di batalkan akhirnya kembaran dari Rama menawarkan diri untuk menikahi Andini agar pesta tetap berlanjut
tidak ada yang tau bahwa sebenarnya Rama ini sudah lama jatuh cinta pada Andini karena dia tau bahwa saingannya adalah saudara kembarnya sendiri maka sebelumnya dia sudah memutuskan untuk menyerah dan melupakan Andini. namun dengan sikap Raka yang sudah menelantarkan Andini ini Rama bertekad akan membahagiakan Andini dan mempertahankan pernikahan nya dengan Andini. bagaimana kisah cinta saudara kembar ini. silahkan subscribe dan ikuti terus perkembangan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratri Larasati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Perjalanan Raka dan Sinta ke Jakarta berjalan dengan lancar. Mereka telah tiba di bandara. Raka memutuskan untuk mengajak Sinta menginap di hotel dulu karena acara akan berlangsung besuk pagi.
"kita istirahat di sini dulu aja. Istirahat lah dulu. Aku nanti ada di kamar sebelah. " ucap Raka
kemudian Raka keluar menuju ke kamarnya.
Raka POV
Di pandang nya HP yang masih penuh dengan foto Andini.
"Harus nya hari ini menjadi hari yang sangat bahagia bagi kita. Sekarang mungkin sudah gaduh di tempat kita An. Karena aku yang menghindari pernikahan ini tanpa memberimu kabar apapun.
maafkan aku.. sungguh maaf" monolog Raka di kamarnya
Keesokkan hari nya Raka sudah bangun lebih awal dia menuju ke kamar Sinta. Di dengarnya dia sedang muntah-muntah
" gimana kamu gpp? Apa perlu kita ke dokter? Tanya Raka
" nggak usah mas gpp udah biasa seperti ini"
Deg jadi selama ini dia selalu mengalami morning sick yang parah. Ku berikan segelas air hangat agar badan nya merasa lebih baik.
" kamu mau makan sesuatu biar aku carikan? " tanyaku
" aku tidak pernah bisa makan pagi karena pasti bakal muntah " ucapnya pasrah
" ya udah ikut aku yuk ke lobby kita jalan-jalan disana siapa tau ada sesuatu yang kamu ingin kan. Di sana banyak camilan yang mungkin cocok di perutnya.
Akhirnya Sinta pasrah mengikuti ajakan ku. Kami berjalan mengelilingi ruko namun belum terlihat dia menginginkan sesuatu. Sampai aku mengatakan sesuatu barulah dia mau ngomong
" katakanlah gpp jangan takut. Aku yang membelikannya nanti" ucapku menggodanya
" itu aku mau yang di sana ( tunjuk nya pada suatu kedai pizza)
ku pesan kan Pizza medium yang best seller disana. Awalnya dia masih merasa takut jika muntah di sana namun setelah aku suapin dia baru mau
" ayo cobalah ak... Buka mulutmu?" ucapku sambil menyuapinya
Ku lihat dia menurut dan tidak ada perlawanan dari perutnya. Seperti anakku suka di makanan ini. Setelah kenyang kami memutuskan untuk belanja baju yang akan di gunakan oleh Sinta ke acara nanti siang setelah itu baru kami kembali ke kamar untuk istirahat. Tidak mungkin aku membiarkan dia beraktifitas terus menerus setelah kami baru sampai tadi malam.
" ini bawalah gunakan ini nanti. ( menyodorkan paperbag kepadanya )
" gk usah repot mas aku sudah ada baju kok" jawab nya menolak
" nggak ada penolakan" ucapku tegas
selamat beristirahat kalau butuh apa-apa bisa menghubungiku
Sinta POV
Kami akhirnya tiba di Jakarta jujur ini pertama kali nya juga aku naik pesawat dan tiba di Jakarta
Sepertinya aku mengalami mabuk perjalanan. Padahal kami sudah naik kelas bisnis tapi karena baru pertama kali aku masih kaget. Bang Raka mengajak ku untuk istirahat di sebuah hotel dulu. Sebelumnya aku sempat ketakutan kalau mengingat kejadian di sebuah hotel. Sepertinya dia menyadari kalau aku ketakutan kemudian dia memutuskan untuk memesan kamar di sebelahku.
Aku langsung tidur hingga melewatkan makan malam ku. Karena mungkin kami sudah sangat lelah di tambah lagi aku dalam kondisi hamil juga.
Keesokkan harinya mas Raka mengajak ku untuk jalan-jalan di sekitar hotel
Pada saat mas Raka datang seperti biasa aku kalau pagi hari pasti selalu muntah-muntah. Ku lihat mas Raka khawatir tentang diriku.
" gimana kamu gpp? Apa perlu kita ke dokter? Tanyanya
" nggak usah mas gpp udah biasa seperti ini"
Setelah minum segelas air hangat badan ku merasa lebih baik. Mas Raka mengajak ku ke jalan-jalan siapa tau aku ada makanan yang ingin aku nikmati. Awalnya aku menolak tapi karena dia sedikit memaksa akhirnya aku ikut saja. Kami berjalan-jalan melihat-lihat ternyata benar yang di bilang oleh nya disini banyak outlet yang menjual beberapa makanan. Aku tertarik pada kedai pizza namun aku tidak berani mengatakannya ke dia takutnya jika itu terlalu mahal baginya nanti malah aku menjadi beban di dirinya. Kemudian tiba -tiba dia mengatakan sesuatu.
"katakanlah gpp jangan takut. Aku yang membelikannya nanti" ucapnya menggodanya
" itu aku mau yang di sana ( tunjukku pada suatu kedai pizza)
kami pesan kan Pizza medium yang best seller disana. Awalnya aku takut kalau muntah ketika makan namun mas Raka menyemangati bahkan menyuapi ku.
" ayo cobalah ak... Buka mulutmu?" ucapku sambil menyuapinya
Akhirnya makanan itu masuk ke perut ku. Rasanya enak dan menyebabkan mual
Setelah puas makan kami kembali ke kamar. Saat akan kembali dia menyodorkan sebuah paperbag padaku. Katanya gunakan gaun ini untuk ke acara nanti malam. Padahal kan kemarin sebelum berangkat aku sudah sempat beli baju dulu dengan Mela.
Flashback end
Kembali ke Acara Nikahan Andini dan Rama
Andini dan Rama turun dari kamarnya menuju ke restoran yang telah di sediakan oleh WO. Dilihat seluruh keluarga nya masih berkumpul disana untuk menikmati makan siang.
" ku kira kalian bakalan ena ..ena di kamar dan nggak mau makan di bawah " ucap bang Dimas vulgar tanpa sensor
" pengen nya sebenarnya gitu bro tapi masih mau ada acara lagi juga. Nggak enak lah " jawab bang Rama
Bang Dimas dan bang Rama sebenarnya teman sesama dosen namun Bang Dimas pindah kampus sehingga lama tidak berkomunikasi.
" hahahaha sabar nak waktunya masih banyak." ucap papa mertua
Sinta hanya diam tersipu malu mendengar celotehan orang-orang
" udah lah kalian itu di godain terus. Sini nak ayo makan dulu" ucap mama Icca
Kami makan dalam diam. Setelah selesai makan papa mengatakan beberapa wejangan kepada ku dan mas Rama. Ku dengarkan dengan baik bahkan aku hampir saja menangis mendengarnya.
" nak semua nya tau pernikahan kalian itu seperti apa awalnya. Papa harap kalian bisa saling menerima dan melengkapi. Nak Rama papa nitip Andini bahagiakan dia sayangi dia. kalau memang kamu tidak sanggup nggak papa kamu kembalikan dia dengan baik jangan pakai kekerasan kami pasti akan menerimanya dengan baik. " ucap papaku
Aku hanya diam di peluk mama dan menangis tersedu -sedu
" iya pa insyaallah aku akan memberikan yang terbaik untuk Andini. Dan aku tidak akan pernah mengembalikan Andini kepada keluarga Fachri kecuali maut yang memisahkan kita. " ucap mas Rama dengan penuh keyakinan
" ku pegang janjimu nak. Keluarga kita saksinya. " tambah papa
Ya udah istirahat lah nanti jam 3 kalian akan di rias lagi. Masuklah dan istirahat.
" Ram bisa ngomong sebentar? " ajak bang Dimas
Selanjutnya aku melanjutkan istirahat di kamar sambil menunggu waktu sholat ashar.
" Bro makasih udah membantu keluarga gue. Gimana pun kalau lho nggak berinisiatif menawarkan pernikahan ini. pernikahan hari ini pasti kacau balau. Bukti sampai saat ini dia juga belum datang dan masih belum bisa di hubungi. " ucap bang Dimas
" Gue minta maaf atas kelakuan adik gue. Semoga keputusan gue tepat. " jawab Rama
" Sejak awal sebenarnya gue belum yakin 100% kepada Raka ketika melamar Andini. Tapi karena ku lihat adek gue sendiri sudah bahagia akhirnya gue ngalah. " jelas mas Dimas
" sabar menghadapi adek gue. Perjuangkan pernikahan sah lho dapatkan dia. Gue mendukung mu. Tapi ingat jangan. Sakiti dia. " tambah mas Mas Dimas
"Tenang aja bro gue pasti bisa membahagiakan nya. " jawabku.
Andini sudah berada di kamar dia diam termenung di kamar
Aku sekarang sudah sah menjadi istri dari kakak ipar ku sendiri. Aku harus gimana bahkan perasaan ku sendiri aja aku nggak tau. Bagaimana aku harus bersikap kepada bang Rama. Aku sendiri juga belum siap jika nanti bang Rama meminta haknya sebagai suamiku. Tapi menghindari masak setiap hari mau menghindar terus jadi istri durhaka lah aku. Monolog Andini
Sampai -sampai dia tidak menyadari sang suami sudah masuk ke kamar dan di sampingnya
" melambaikan tangannya nglemunin apa de? Tanya mas Rama
" ehhh nggak papa kok mas" kaget Andini
"kamu memikirkan ucapanku disana tadi. Jangan khawatir jangan terbebani aku hanya akting tadi de nggak mungkin kan aku jujur kepada mereka tentang yang sebenarnya. Meskipun memang di antara kita masih ada batasan yang belum terpecahkan." Jelas mas Rama
" maafkan aku mas. " ucapku lirih
udah yuk mandi bersiap sholat ashar nanti keburu WO nya datang kita belum mandi dikiranya masih enak-enak an.