Ayana Malika Ifana, harus rela menjadi pekerja terselubung demi membayar uang sekolah, dirinya bekerja disebuah perusahaan sebagai cleaning servis karena usianya yang belum genap 17 tahun, jadi dirinya dipekerjakan diam-diam oleh tetangganya yang bekerja bebagai kepala bagian, dan karena membutuhkan uang AMI panggilan nama singkatan miliknya, rela menjadi pekerja terselubung untuk mendapatkan uang.
Dan dirinya juga harus terjebak dengan pria yang dia panggil OM, pria itu yang sudah membuat dirinya kehilangan semua mimpinya.
Bagaimana Ayana Malika Ifana, bisa melalui ujian hidupnya, dan dipertemukan dengan pria yang sudah matang untuk usianya yang belum genap 17 tahun.
Yukk ah, kepoin ceritanya, hanya di NovelToon, jika terdapat cerita yang sama maka itu adalah plagiat, karena saya hanya membuat karya ini hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mak comblang
Ting
Pesan masuk membuat Ami merogoh ponsel jadulnya, ponsel yang hanya bisa untuk mengirim pesan dan menelpon, tidak bisa untuk mensecroll sosial media.
"Ay, kamu dimana? aku mencarimu tidak ada..kamu tahu pesta disini berantakan beruntung kita masih dikasih uang jasa.." Pesan dari Dila membuat Ami mengehela napas.
"Aku sudah pulang, tiba-tiba saja perutku sakit."
Balas Ami dengan berbohong, tidak mungkin kan dirinya bercerita kalau dia habis dicium dan pergi dari pesta meninggalkan pekerjaan yang belum selesai.
"Konyol.." Ami tersenyum miris.
Membaca pesan Dilla membuat Ami penasaran, kenapa pesta mewah begitu acaranya bisa batal.
"Ck, bukan urusan gue juga." Ami melangkahkan kakinya untuk memasuki pekarangan rumahnya, pesta itu batal juga bukan karena dirinya, apalagi Ami juga tidak tahu siapa yang akan bertunangan disana, yang jelas dirinya merasa marah dan ingin mencekik Om-Om mesum itu.
.
.
Pagi pun tiba, Ami sudah bersiap dengan seragam sekolahnya, rambutnya Ia ikat tidak rapi membuat kesan manis diwajahnya.
"Sarapan dulu sayang." Bunda Raya menaruh sepiring nasi goreng telur mata sapi, kesukaan putrinya.
"Dan bunda indah siapakan bekal untuk kamu." Raya memeprlihatkan kotak bekal berwarna biru. Ami memang selalu membawa bekal kesekolah, selain berhemat Ami juga tidak suka berdesakan di kantin hanya untuk mengantri makanan.
"Maksih bunda." Ami mencium pipi Raya dengan senang.
"Bagiamana tadi malam, kerjanya lancar?" Tanya bunda Raya yang ikut duduk untuk sarapan bersama.
Ami mengangguk. "Lancar bunda." Ucap Ami mengiyakan saja, padahal dirinya pulang lebih dulu dan tidak tahu acara di sana.
"Syukurlah." Ucap bunda Raya tersenyum.
Ami hanya menanggapi dengan senyum tipis.
Seperti biasa Ami berangkat sebelum pukul tujuh, karena Ia masih berjalan kaki untuk kesekolah. Rencananya Ami akan membeli sepeda seken nanti setelah bertemu Dilla.
Pagi seperti ini cuaca belum terik, namun cukup membuat Ami berkeringat untuk sampai ke sekolah.
Duh
Dengan sengaja seseorang melemparkan batu kecil kearahnya, dan mengenai punggungnya.
"Heh, Miami si miskin." Ucap Nesya yang berdiri dibelakang tubuh Ami.
Ami berbalik dengan wajah malasnya. "Ck, gak ada kerjaan ya lu pagi-pagi ganggu gue." Ami menatap Nesya sinis.
Nesya semakin menatap Ami tajam, karena sudah berani padanya. Hanya Ami yang berani menantang nya. "Cih, dasar l**nte, di bayar berapa lu dibawa donatur disekolah ini hah." Nesya mendorong bahu Ami membuat Ami mundur sedikit. "Lu mau jadi jal**g disekolah, gak cukup lu deketin kak Zian." Nesya bicara dengan menggebu-gebu, dirinya tidak suka jika Ami lebih diatas darinya apalagi Zian cowok paling tampan di sekolah mulai mendekati Ami dan kemarin semua siswi melihat Ami di bawa oleh pria tampan donatur terbesar disekolah.
Sungguh Ami membuat semua siswi iri.
"Gak jelas." Ami menatap Nesya sengit, bukanya tidak mengerti dengan apa yang Nesya katakan, tapi Ami tidak mau membuat keributan dan berakhir di ruangan BK.
"Heh pe*rek gue belum selesai bicara." Nesya berteriak tidak terima melihat Ami berani meninggalkan.
Ami hanya menoleh sekilas tanpa mau membuang waktunya untuk meladeni Nesya yang gila.
Masuk ke kelas Ami sudah melihat Olive yang duduk dengan bukunya, gadis pintar itu sedang belajar.
"Woy..!!"
Suara Ami seketika membuat Olive terkejut, sampai membuatnya tersentak.
"Ami..!!" Olive memukul bahu Ami yang duduk disebelahnya, sedangkan Ami hanya tertawa.
"Serius amat, ntar pinternya nambah loh." ucap Ami dengan menoel dagu Olive menggodanya.
"Amiii, udah deh gak usah jail." Olive mendelik semakin membuat Ami gencar menggodanya.
Tak lama bel pun berbunyi dan guru yang mengisi mata pelajaran pertama pun masuk kelas mereka.
Di lain tempat, tempatnya di kantor Nathan sejak tadi tidak fokus bekerja, pikiranya selalu teringat ucapan papanya tadi malam dengan rasa kecewanya.
"Kamu tidak tahu bagaimana hati orang yang sudah kamu sakiti, dan kamu tidak tahu bagaimana mereka akan membalas rasa malu dan sakit hati mereka dengan cara apapun, dan papa hanya berharap semoga tuan Mahendra tidak sampai memiliki pernyakit hati yang akan membuat mu rugi di masa nanti.."
Ucapan papanya membuat Nathan selalu teringat, tapi seorang Nathan tidak akan takut oleh hal seperti itu.
Sekarang dirinya tidak takut akan terjadi sesuatu, tapi nanti apa Nathan akan bisa tenang jika orang terdekat ataupun orang yang dia cintai akan mendapatkan balasan dari ulahnya?
Dan semoga saja tidak akan terjadi.
"Nat, ada pertemuan klien di cafe xx jam tiga nanti sore." Ando muncul dengan memberikan berkas dan juga laporan pekerjaan Nathan hari ini.
Setelah kejadian pesta gagal tadi malam, Nathan terlihat biasa saja, meskipun satu gedung Adhitama tahu dan banyak karyawan yang menggunjingnya tentang batalnya pertunangan bos mereka, namun mereka semua tidak ada yang berani bersuara jika didepan bos mereka.
Sudah adab nya semua karyawan seperti itu.
"Oke, nanti kamu ikut saya." Ucap Nathan setelah melihat laporan yang Ando berikan.
"Lah, ngapain juga gue pake ikut segala." Ando menatap Nathan dengan alis terangkat, biasanya Nathan akan pergi sendiri dan dirinya bertugas mengerjakan lainnya.
"Gue bosnya, lu tinggal nurut." Ucap Nathan yang tidak mau di bantah.
Ando hanya mengusap dadanya. " Ternyata efek nya baru sekarang, setelah tadi malam." Gumam Ando yang melihat wajah kesal Nathan.
"Gak usah lu ngatain gue, mau gue potong gaji lu." Ucap Nathan dengan kesal, karena melihat asistennya seperti mengatainya dalam hati.
"Ceileh, sensi amat." Ando pun pergi setelah mendapat tatapan tajam dari Nathan.
Jam istirahat sekolah Ami dan Olive sedang duduk di tempat biasa dimana mereka akan menghabiskan bekal makanan yang mereka bawa, mereka berdua selalu makan bersama dan saling bertukar makanan membuat Ami dan Olive merasa senang.
"Eh Mi, gimana kak Zian sama kamu." Tanya Olive yang baru saja membuka bekal miliknya.
"Kenapa?" Tanya Ami yang tidak mengerti.
"Emm, gak papa sih." Sanggah Olive yang melihat raut wajah Ami menjadi mengintimidasi.
Hah Ami menghela napas. "Jangan kasih tau apapun pada kak Zian tentang gue Ol." Ucap Ami sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
Ami ingat kemarin Zian mengasih dirinya ponsel. Dan itu karena Olive.
"Maaf, Mi bukan maksud aku_"
"Gue hanya gak mau cari masalah, apalagi sama Nesya, lu taukan kalau Nesya mengejar-ngejar kak Zian banget, dan gue gak mau kena amukan Nesya gara-gara kak Zian deketin gue." Ami menatap Olive sekilas, bukan mau memarahi Olive. Tapi Ami hanya tidak ingin mencari masalah dengan Nesya.
Olive menatap Ami dengan penuh rasa bersalah. "Maaf yaa." Ucap Ami berkata lirih.
Ami tersenyum. "Ingat jangan lagi combaling aku sama kak Zian, gue tau maksud Lo." Ucapan Ami membuat Olive menyengir.
"Siapa yang mau di combalangin sama gue."
Deg
gak prhatian ma istri harta juga gk hbis2 buat apa mngabaikan istri kmu.istri hilang baru tahu rasa kmu