Zira terjebak dalam tawaran Duda saat dimalam pertama bekerja sebagai suster. Yang mana Duda itu menawarkan untuk menjadi sugar baby dan sekaligus menjaga putrinya.
Zira yang memang sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan juga biaya pengobatan bibinya terpaksa menerima tawaran gila itu.
"Menjadi suster anakku maka konsekuensinya juga mengurus aku!" Ucap Aldan dengan penuh ketegasan.
Bagaimana cara Zira bertahan disela ancaman dan kewajiban untuk mendapatkan uang itu?
follow ig:authorhaasaanaa
ada visual disana.. ini Season Dua dari Pernikahan Dadakan Anak SMA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
00024
Diambang pintu balkon terlihat Aldan yang berdiri menatap dua wanita yang sedang tertidur pulas itu. Ia berbalik badan melihat hamparan pantai pada malam hari, memikirkan semua apa yang Aila katakan kepada Zira.
“Aku, Mama dan Papa akan bersatu di surga nanti.”
“Lalu Zira?” Aldan bertanya seperti itu disaat teringat dengan apa yang Aila inginkan. Aldan berbalik badan, ia terkejut melihat Zira yang sudah tidak ada di tempat tidur.
Tentu saja Aldan panik, karna hanya sebentar saja ia berbalik badan. Aldan langsung berlari masuk kedalam kamar, ia melihat pintu bathroom yang terbuka separuh. Aldan yakin jika Zira berada disana, Aldan berlari untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Ternyata Zira sedang membasuh muka disana, wanita itu melirik kearah Aldan yang bersandar pada pintu bathroom.
“Ada apa?” tanya Zira, ia tahu kalau Aldan tiba-tiba saja berlari menyusulnya.
Aldan menggelengkan kepala saja, ia memperhatikan Zira yang sepertinya tidak sakit hati dengan apa yang Aila katakan.
“Tuan tidak tidur?” tanya Zira yang mana melewati Aldan begitu saja yang berdiri diambang pintu bathroom.
“Belum mengantuk,” jawab Aldan cepat, ia mengikuti langkah kaki Zira yang berjalan dihadapannya. Rambut Zira yang dikucir kuda itu bergerak ke kanan dan ke kiri membuat Aldan gemas saja.
Zira terkejut disaat Aldan memeluknya dirinya dari belakang bahkan sangat erat. Tatapan mata Zira langsung menuju pada jam dinding, disaat itulah ia mengetahui apa yang diinginkan Aldan malam ini.
“Pantas saja.. Sudah masuk jam rawan Aldan minta jatah ternyata,” ucap Zira dengan gumaman yang mana sebenarnya Aldan masih dengar dengan baik.
Aldan terkekeh karna apa yang Zira katakan, pria itu mengigit gemas bahu Zira sekalipun ditutupi pakaian.
“Ihhh.. Sakit!” Zira melepaskan diri dari Aldan, dan itu membuat Aldan langsung menatap tajam dirinya.
“Gemas tau!” Aldan kembali menarik tangan Zira untuk ia peluk dengan sangat erat. Sungguh Zira tidak tahan lagi dengan semua ini, kalau sudah pukul 22:00 malam pasti Aldan akan berubah menjadi agresif seperti ini.
Aldan menggendong tubuh Zira, membawa wanita itu untuk duduk disofa dengan Zira duduk di pangkuannya. Posisi ini bisa membuat Aldan dengan bebas melakukan apapun, seperti saat ini tangan Aldan sudah sibuk meremas bongkahan indah.
“Emm.. Tuan, ada Aila..” ucap Zira disela kenikmatan yang Aldan lakukan.
“Maka pelankan suaramu, bukankah begitu?”
“Bagaimana bisa pelan kalau kau terus.. Emmm!” Zira menatap tajam Aldan yang malah bergerak semakin lihai saja, bahkan tidak tahu kapan tiba-tiba saja kancing piyama yang Zira pakai sudah terlepas semuanya.
Aldan ingin melumat bibir Zira tapi cepat sekali Zira menghindar, wanita itu lagi tidak mau sebenarnya.
“Kalau kau ingin masuk surga maka patuhlah dengan suamimu,” ucap Aldan.
Sebenarnya Zira bingung dengan apa yang Aldan katakan. “Kau mendengar apa yang Aila katakan tadi?” tanya Zira, Aldan mengangguk saja.
“Aku memikirkan.. Bagaimana cara mengajakmu bersamaku untuk pergi menemui Alya nanti,” kata Aldan yang mana tidak membuat Zira terharu malah berpikir keras.
“Apa yang kau katakan ini seolah-olah kau sudah sangat pantas untuk di surga, Tuan. Padahal mah paling masih di pintu sudah diusir, hahahahah!” ujar Zira disertai tawa kencang yang sangat memuaskan.
Aldan menatap tajam Zira yang telah mengatakan hal buruk padanya. “Katakan lagi!”
“Apa?” tawa Zira menjadi terhenti, ia menatap takut Aldan yang sangat siap untuk memberikan pelajaran padanya.
“Katakan seperti yang kau katakan tadi, jika aku tidak pantas masuk di surga. Katakan saja yang sebenarnya, Zira..” ucap Aldan sembari mengecup bibir Zira yang terbuka sempurna itu.
“Katakan yang sebenarnya apa?”
“Jika kau tidak mau aku masuk ke surga karena akan bertemu dengan Alya disana. Kau tidak mau aku tinggalkan bukan?” tanya Aldan dengan penuh percaya diri membuat Zira seakan mau tertawa sebenarnya.
“Tenang saja.. Aku akan mengajakmu bersama nanti, kalau kau tidak mau.. Maka aku akan memaksamu untuk_”
“Tidak perlu! Mending aku dineraka saja dari pada di surga menjadi madumu disana!” Zira menyela ucapan Aldan, ia bangkit dari pangkuan Aldan memasang kembali kancing yang sudah terbuka.
Apa yang Zira katakan membuat Aldan tersenyum. “Oh kau sedang cemburu begitu?” tanya Aldan yang mana membuat Zira menjadi tersadar.
Zira menoleh kearah Aldan yang membuka satu persatu kancing kemeja yang ia pakai. “Untuk apa aku cemburu? Kurang kerjaan tau nggak!” Zira kembali duduk disamping Aldan.
Padahal sebenarnya hati Zira membara membayangkan ia melihat Aldan tersenyum bahagia di surga sana. Terlebih lagi tawa itu tidak bersama dengannya, hal itu membuat Zira menjadi tidak mood sendiri.
“Heih, lagian kenapa kau pikirkan, Zira. Kau bisa mendapatkan yang lebih tampan lagi disana seperti Rey.”
“Rey? Kau menginginkan Rey?” tanya Aldan, Zira melirik saja karena Aldan selalu ikut campur. “Tidak bisa! Kau itu milikku, pria yang kau inginkan.. Hanya boleh aku!” ucap Aldan dengan sangat tegas.
“Aku tahu.. Hanya saja ini termasuk dari sebuah menyiapkan cadangan,” kata Zira.
“Cadangan?”
“Disaat Tuan sudah bosan memakai aku nanti, aku rasa akan dicampakkan. Dan kemungkinan pria yang akan menerima aku apa adanya hanyalah Rey saja,” jelas Zira dengan ekspresi sedih.
Aldan termenung mendengarnya, padahal yang sebenarnya Aldan tidak akan pernah melepaskan Zira sedikitpun.
“Aku rasa kau sudah banyak sekali bicara, sebaiknya lakukan sekarang.. Tugasmu,” Aldan menarik tangan Zira untuk berbaring disofa.
Zira tidak ada memberontak apapun, ia hanya menatap Aldan yang juga sama menatapnya. “Jangan pergi dengan pria yang bernama Rey itu disaat sedang menyandang status sebagai istriku, mengerti?”
Peringatan Aldan membuat Zira menganggukkan kepala saja, ia memegang senjata Aldan dibawah sana yang ternyata sudah menegang.
“Ck! Cukup tampilkan binalmu ini padaku saja, Zira!” ucap Aldan sembari mulai melumat bibir Zira yang sangat menggoda.
Dengan sangat mudahnya Zira membawa Aldan menuju hasrat tertinggi, hingga Aldan tidak bisa menahan semua lagi. Zira tidak ada niat apapun, ia hanya ingin segera selesai maka semuanya akan berjalan dengan sangat cepat.
Maksud hati tidak ingin menikmati, tapi disaat Aldan mulai memasukkan senjata perkasanya Zira tidak kuasa menahan kenikmatan yang ada. Pergerakan tidak teratur dari Aldan membuat Zira gelap mata, ia hanya memikirkan lagi dan lagi saja sentuhan Aldan malam ini yang sedikit berbeda pada malam sebelumnya.
“Pelankan suaramu, sayang. Pelankan,” ucap Aldan disela terus menghujam Zira dari belakang yang tidak kuasa menahan semuanya lagi.
dah sakit aja baru
tp kenapa yaaaa...si aila bisa seegois ituu 😞🙈pdhl dh liat tuhh papa nya nangis bombay di tgl ultahnya aila
kekuatan & semangat hidup seorang perempuan yg di asuh oleh bibinya