Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
Raisya mengangguk mengiyakan, untuk tidak membahas soal tuan muda lagi. Suasana hatinya telah kembali setelah makan bersama sang kekasih dan sahabat-sahabatnya.
Setelah selesai makan, mereka memutuskan segera kembali ke kantor, karena siang itu tiba-tiba gerimis turun.
Saat sedang berlari kecil tiba-tiba Raisya terpeleset dan hampir terjatuh, untunglah ada seseorang yang menangkap tubuhnya.
Raisya terkejut, awalnya ia berpikir jika pria yang menyelamatkannya adalah Alvian, namun ternyata bukan.
Pria itu adalah anak baru yang bekerja diperusahaan yang sama bernama Ivan. Raisya pun langsung melepaskan dirinya dari tangan Ivan.
Kemudian ia berterima kasih sebelum akhirnya berjalan menjauhi Ivan menuju teman-temannya dan Alvian yang sudah berada didepan kantor.
"Sayang, kamu gak apa-apa kan?" tanya Alvian khawatir.
"Aku gak apa-apa kok!" Jawab Raisya sambil berlalu.
Entah mengapa moodnya hari ini sangat kurang baik, setelah pertemuannya dengan kedua pengacaranya.
Alvian yang menyadari sikap Raisya pun, lalu mengejarnya.
"Sayang, kamu kenapa? Kamu marah sama aku?" tanya Alvian merasa bersalah, sambil menarik tangan Raisya.
"Eh enggak kok pak, aku mau buru-buru ke toilet ini kan baju aku basah kehujanan!" Jawab Raisya mengelak.
Alvian melepaskan tangan Raisya, dan ia pun membiarkan kekasihnya itu pergi. Alvian merasa sesuatu telah terjadi kepada Raisya, terlihat jelas sikapnya berbeda dengan tadi pagi.
"Lu kenapa Al?" tanya Anton berbisik.
"Lu tau gak siapa cowok yang tadi selamatkan Raisya?" Alvian bertanya balik kepada Anton.
"Dia Ivan anak baru, ada apa?"
"Anak baru? Rekomendasi siapa?" Alvian bertanya penuh dengan keheranan, pasalnya perusahaan mereka memang tidak sedang membuka lowongan pekerjaan.
"Pak Gunawan!, katanya untuk menggantikan posisi Laura." jelas Anton
Alvian merasa ada yang janggal, lagi pula wajah Ivan sangat tidak asing baginya, entah mengapa ia merasakan sesuatu yang buruk akan segera menghampirinya.
*************************
Raisya sedang berada ditoilet lantai dasar, entah mengapa perasaannya hari ini kacau sekali, ia pun merasa bersalah sudah berbuat kasar kepada Alvian.
Bagaimana jika memang Alvian tidak ada hubungannya dengan Tuan Muda yang Pamela maksud?.
Tapi bagaimana jika memang Alvian adalah dalang dari kematian Pamela? Aaaaarrrrrg Raisya bergumam dan mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanyanya pada diri sendiri sambil menatap cermin yang ada dihadapannya.
"Ayo berpikir Raisya, berpikir!"
"Lu lagi ngapain Rai?" tanya Areta sambil masuk kedalam bilik toilet.
"Lagi salto!" Jawabnya asal.
"Salto? Bukannya lu lagi kayang?" kali ini Kanaya yang menimpali.
"Iiiiiish kalian bedua nih!" sewot Raisya kesal.
"Lu kenapa sih Rai, cerita dong sama kita jangan uring-uringan begitu!" bujuk Kanaya menenangkan.
"Gw mau minta pendapat lu dong Nay!" pinta Raisya sedikit memohon.
"Soal apa?"
"Gimana cara lu untuk mengungkap masa lalu seseorang?" tanya Raisya dengan serius.
"Ya gw cari tau dengan cara deketin dia teruslah, namun jangan sampai buat dia curiga, karena bisa jadi apa yang akan dia ucapkan palsu adanya, sebab dia sudah tau jika lu sedang menyelidikinya."
"Jadi maksud lu, gw harus bersikap biasa saja gitu?" Tanya Raisya memastikan.
"Tepat sekali, dengan kata lain lu ikuti saja permainannya, seolah-olah lu memang tidak terlalu ingin tau apapun, sampai ia yang bercerita sendiri."
Raisya paham apa maksud ucapan Kanaya, ia pun segera keluar meninggalkan teman-temannya. Disusul oleh Kanaya, yang penasaran dengan pertanyaan Raisya tadi.
Saat Areta beres dari kamar mandi, ia terkejut tidak melihat kedua teman-temannya disana. Ia pun heran mengapa mereka meninggalkannya sendiri.
Lalu ia pun keluar dari toilet dan berpapasan dengan Ivan yang baru juga keluar dari toilet pria yang ada disebrangnya.
Mereka bersama menuju lift untuk menuju ruang kerja mereka. Didalam lift, Ivan dan Areta sempat berbincang-bincang sebelum akhirnya lift mereka terbuka dan kembali ke ruangan kerja masing-masing.
**************************
Alvian sedang melanjutkan pekerjaan saar ponselnya berdering, memunculkan nama sang papi.
"Iya pi, ada apa?"
"Son, apa sore ini kamu bisa ke rumah, ada hal yang ingin papi bicarakan denganmu, ini sangat serius."
"Tentang apa pi?"
"Papi tidak bisa mengatakannya ditelepon, kita harus bertemu!"
"Baik pi, Al akan ke rumah sore ini.
"Ok son, papi tunggu!"
Panggilan pun berakhir, Alvian kembali melanjutkan pekerjaannya, sampai pintu ruangannya diketuk.
Tok.. Tok.. Tok.. "Permisi pak, apa saya boleh masuk?" Tanya seseorang dibalik pintu.
"Ya silahkan!" jawabnya samnil terus fokus kearah laptopnya.
Alvian terkejut bahwa yang masuk ke ruangannya adalah Raisya.
"Pak, maaf mengganggu, boleh saya minta waktu anda sebentar?" tanya Raisya dengan sopan.
"Ya tentu saja, ada apa?"
"Ada berkas yang harus anda tanda tangani pak!" ucap Raisya sambil memberikan map tersebut kepada Alvian.
"Baik, sebentar!"
Raisya hanya terdiam memperhatikan Alvian dengan seksama.
"Ada lagi yang lain?" tanya Alvian membuat Raisya terkejut.
"Ah tidak ada pak, terima kasih! Saya permisi!" pamit Raisya sambil melangkah ke arah pintu.
"Tunggu!"
Alvian lalu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Raisya.
"Kamu kenapa sayang, kenapa kamu berubah, tadi pagi kamu baik-baik saja kan?, ada apa sayang? Cerita sama aku!" tanya Al dengan lembut kepada kekasihnya itu.
Raisya terdiam kemudian tiba-tiba saja ia berhambur memeluk Alvian,
"Aku takut!" jawabnya sambil terisak.
"Takut kenapa Sya?"
"Aku takut kamu pergi lagi, jadi aku mencoba menguatkan diriku lagi tanpamu, namun.. Namun, itu sangat sulit."
"Sayang, aku gak akan kemana-mana! Aku hanya akan pergi ke rumah papi!" jawab Alvian polos, ia berpikir sepertinya Raisya mendengar sekilas jika ia akan pergi makanya dia menangis, takut jika Al pergi seperti dulu lagi.
Padahal maksud dari kata-kata Raisya ialah, ia takut jika harus kehilangan Vian lagi, karena jika kalau Vian benar-benar pria yang Pamela maksud, maka Raisya harus merelakannya, untuk menebus semua kesalahan yang sudah ia lakukan kepada Pamela.
Logika Raisya sedang berperang dengan batinnya. Ia sungguh bingung menghadapi semua ini. Mengapa disaat cintanya kembali, mereka harus dihadapkan dengan masalah besar seperti ini.
Alvian adalah cinta pertamanya, begitupun sebaliknya, Raisya juga adalah cinta pertama Alvian.
Namun entah mengapa takdir seolah mempermainkan mereka, sehingga kini disaat mereka baru mendapat sedikit kebahagiaan, mereka langsung diuji dengan masalah yang cukup rumit dan begitu menyakitkan.
"Sayang, kok diam?" Tanya Al sambil mengucap kepala sang kekasih.
"Apa kamu benar-benar mencintaiku? Tanya Raisya tiba-tiba.
"Ya tentu saja sayang, jika aku tidak benar-benar mencintaimu, aku tidak akan selama itu mempertahankan rasa ini."
Sebentar, Raisya mulai mengingat sesuatu dari kata-kata yang Pamela tulis di buku diarinya. Inisial A yang Pamela maksud, dia seorang pria yang kidal, sedangkan Alvian tidak kidal. Apa ini berarti bukan Alvian pelakunya?