***^^ Cerita ini adalah kisah nyata.
Nama tempat dan tokoh dalam cerita hanya samaran semata, serta ada tambahan-tambahan bumbu di dalamnya. Selamat membaca 🤗🤗 ***^^
Yulia Kinanti, wanita cantik asal desa yang menikah dengan seorang laki-laki dewasa asal kota yang bernama Rama Bagaskara 45 tahun. setelah mereka menikah, Yulia di boyong ke rumah suaminya yang ada di kota.
Namun siapa sangka, sang suami ternyata mempunyai anak laki-laki yang sudah dewasa, dia bernama Dewangga Arya Bagaskara 23 tahun yang seorang mahasiswa.
Dewangga Jatuh hati terhadap ibu tirinya sejak pertama kali melihatnya. namun, Angga berusaha untuk menahannya dan melupakannya, akan tetapi rasa itu tidak bisa di hilangkankan dan justru semakin besar. membuat Angga gila dan melakukan banyak cara untuk mendapatkan hati ibu tirinya. bagaimana kah kisah mereka selanjutnya. ? yuk terus ikuti ceritanya ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ~ Dewi KEGELAPAN ~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34.
Jika perlu, Yulia akan mengajak suaminya pindah saja dari sini. Karna Yulia tau, rumah mewah ini adalah peninggalan Almarhum ibunya Angga, bukan milik Rama.
dan yang paling penting agar dia bisa lepas dari bayang-bayang Angga. Semoga saja tanda cinta dari Angga tidak meninggalkan jejak dalam dirinya.
" Nyah..Makan dulu. " Bik Ijah kembali muncul di kamarnya, entah sudah berapa kali wanita paruh baya itu menyuruhnya untuk makan.
" Iya Bik, sebentar. " Yulia tersenyum canggung. ada rasa bersalah dalam dirinya, saat teringat bik Ijah sudah menangkap basah dia dan Angga yang tengah berciuman. Entah apa yang di pikirkan oleh Bik Ijah, Yulia tidak mau menduga-duga tentang penilaian bik Ijah kepadanya.
" Nyonya masih belum sembuh betul, nanti sakit lagi nyah.." Tak patah semangat Bik Ijah terus membujuk Yulia, agar mau segera makan. Kalau tidak, bonus yang akan di berikan oleh Angga akan hangus.
" Apa bibik di suruh oleh Angga. " Yulia tak mampu lagi menyembunyikan rasa penasarannya, dia menatap bik Ijah yang sudah salah tingkah.
" Mm, nggak kok Nyah, ini murni bibik sendiri yang khawatir, bukankah Nyonya memang belum sembuh benar. " Ucap bik Ijah.
" Malam sayang "
Rama masuk ke dalam kamar, dengan wajah yang terlihat lelah. Bahkan jas dengan dasinya sudah tak terpasang lagi dengan benar.
Bik Ijah segera berlalu dari kamar Yulia, karena sudah ada Rama yang pasti akan memperhatikannya.
" Hm. " Yulia melipat kedua tangannya di depan dada, matanya tajam mengintai sang mangsa yang sedang melepas dasi.
" Bagaimana kabarmu hari ini sayang, apa sudah sehat. ?" Rama tersenyum dan mendekati sang istri. Tapi saat jarak mereka tinggal dua meter, tiba-tiba Yulia menghentikan langkah kaki Rama.
" Stop. !" teriak Yulia. sedangkan Rama pun patuh, dia berhenti sesuai perintah istrinya. Dan menatap sang istri dengan rasa bersalah.
" Maaf s
ayang, aku tadi terpaksa berangkat kerja karna ada yang urgent. " Lirih Rama. Dalam hati dua sudah komat kamit membaca doa, semoga saja kirana mau mengerti.
" Penting. ?."
" Iya, tadi ada meeting mendadak sayang, Tapi Angga berjanji akan menggantikan aku.
" Oh, ya. ?" Yulia tersenyum sinis.
" Apakah Angga tidak menjagamu dengan baik sayang. ? Di mana anak itu sekarang.? "
" Oh tidak, Angga sangat baik dan telaten merawat dan melayaniku. bahkan aku sudah seperti istrinya sendiri. " Geram Yulia.
" Sayang, kenapa bicara seperti itu. ?" sergah Rama tak suka. Dia merasa aneh dengan ucapan yang di lontarkan oleh Yulia. Tentu saja dia tak suka, jika ada laki-laki yang bersikap seperti itu pada istrinya, meskipun laki-laki itu adalah anaknya sendiri.
Biarpun dia anak kandungnya sendiri, Rama jadi berfikir negatif kepada Angga. Apa anaknya itu sedang berusaha untuk mendekati istrinya.
" Apa yang di lakukan Angga sama kamu. ,?"
" Tidak ada. " ketus Yulia.
" kenapa kamu bicara jika Angga menganggap kamu istrinya.?" Ucap Angga kesal.
" kerena Angga sudah sangat telaten dan sabar merawat aku, bahkan menyuapi aku juga, di saat suamiku lebih mementingkan pekerjaannya. !! "
Deg..!!
" Sayang, kenapa kamu bicara seperti itu.?" Rama menelan salivanya sendiri dengan kasar.
" Kenyataannya memang seperti itu bukan .?"
" Maaf, tadi ada pekerjaan yang sangat penting. kamu tau kan, aku bekerja keras buat kita sayang." Rama mendekati sang istri dan meraih kedua tangannya, kemudian mengecup lembut punggung tangan sang istri.
" Hh... " Yulia menghela nafas panjang.
" Maafkan aku. tentang apa yang kamu lihat, itu hanya rekayasa dari Silvia saja. "
Yulia sontak melepas tangannya dengan kasar, dia seperti di ingatkan dengan kekesalannya beberapa menit yang lalu.
" Rekayasa gimana, jelas-jelas itu seperti nyata kok. " Kesal wanita itu.
" Aku nggak sadar sayang, apa yang sudah terjadi. Siang tadi aku makan siang dengan makanan yang di bawa olehnya, setelah makan siang aku langsung tak sadarkan diri. "
Yulia tertawa kecil, wanita itu duduk di tepi ranjang. Seakan tak bisa menerima penjelasan yang baru saja di ucapkan oleh Rama.
" Aku bukan anak kecil. "
" Yang terjadi memang seperti itu, aku gak bohong sayang. "
" Bukankah Silvia mantan kekasihmu yang terindah. ?" Sinis Yulia.
Deg..!!
Seketika Rama mematung di tempatnya. mendengar ucapan yang baru saja keluar dari bibir sang istri, sontak membuat Rama tersentil hatinya. Dari mana Yulia bisa tahu kalau Silvia adalah mantan kekasihnya. Apa kabar lagi kalau istrinya itu tau kalau Rama beberapa bulan yang lalu pernah menjalin hubungan kembali dengan mantan kekasihnya itu. Bisa-bisa Yulia akan memotong kajantanannya, membayangkan itu, sontak Rama menutupi tongkatnya dengan kedua telapak tangannya.
" Kenapa reaksimu seperti itu, kaget.?"
" Mm, sebenarnya..."
" sampai kapan kamu tutupi kenyataan ini. ?"
" Maaf sayang, aku hanya nggak mau kamu berfikir macam-macam tentang aku dan Silvia, kami hanya teman kerja saja. " Rama berusaha untuk membela dirinya.
" Jadi, jika saat ini aku tahu dari orang lain, bagaimana menurutmu ? ,"
" Maaf. "
" Maaf saja terus, bahkan aku sedang sakit saja kamu gak perduli, kamu justru enak-enakkan makan siang bareng sama mantan kamu itu, dengan alasan teman kerja. Cih. ! " Ujar Yulia seraya menatap sinis ke Rama.
Rama menghambat Yulia, lalu berlutut di depan wanita yang tampak kesal itu.
" Harus dengan cara apa, agar kamu mau memaafkan aku." Pasrah Rama. Memang kenyataannya dia yang bersalah. Rama tentu saja tidak mau jika harus kehilangan Yulia, baginya Yulia adalah segalanya.
Silvia hanyalah sebuah masa lalu, biar pun wanita itu menempel terus padanya bak kuman, mulai sekarang dan seterusnya Rama tidak akan memberikan celah lagi untuknya.
" Kenyataannya aku bukanlah siapa-siapa bagimu. " Lirih Yulia
" Kamu adalah masa depanku sayang, kamu adalah kebahagiaanku." Rama berucap dengan wajah penuh keyakinan.
Mata Yulia bersirobok dengan mata elang Rama, yang kali ini tampak sayu dan penuh rasa bersalah.
" Aku akan terus mencintai kamu, sampai kapan pun "
" Tapi sayangnya, aku meragukan cinta kamu, yang selalu kamu agung-agungkan itu. "
" Sayang..maafkan aku, aku janji nggak akan ceroboh lagi. " Ucap Rama.
" Aku capek. " jawab Yulia seraya menundukkan pandangannya.
" Aku janji, mulai sekarang aku akan memprioritaskan kamu. " Ucap Rama dengan sungguh-sungguh. Tubuhnya sudah sangat lelah karena seharian bekerja, dan sekarang harus di tambah berdebat sama samg istri yang tak ada habisnya.
" Aku butuh bukti, bukan hanya sekedar janji. "
" Iya sayang, mau kamu apa ,? "
" Mulai sekarang jangan genit dengan wanita mana pun, termasuk mantan pacarmu itu. "
Arga terkekeh, " Ya ampun sayang, kamu menggemaskan sekali sih. "
" Jangan mengalihkan pembicaraan." kesal Yulia.
" apa istriku sedang cemburu. ?"
" Kamu pikir. ?"
" Sepertinya kamu harus segera hamil sayang, agar kamu tidak selalu curiga kepadaku. " Rama terus saja tertawa. Dia berjongkok dan memeluk tubuh sang istri yang sudah pasrah.
sedangkan Yulia yang mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut suaminya, seketika mematung. Hamil..?? Apa benar jika dirinya harus hamil, tapi bagaimana jika malah benih Angga yang akan tumbuh di dalam rahimku, apa yang harus aku perbuat .?