Hanya karena logam mulia dan wasiat yang di punya oleh kakek masing-masing membuat Nathan dan Tiffani berakhir di jodohkan. Tiffani tak menyangka bahwa dia harus menikah dengan laki-laki terpandang yang terkenal dari keluarga sendok emas. Sedangkan Nathan hanya bisa pasrah dengan masa depannya setelah dia mendapatkan garis keturunan sebagai calon penerus perusahaan Kakeknya, salah satunya dengan menikahi gadis yang tak pernah dia duga sebelumnya. Bahkan perjodohan ini membuat Nathan harus menyerah untuk menikahi sang pujaan hatinya yaitu Elea.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cedera
Setelah menjelajah dan berkeliling mengelilingi hutan yang biasanya memang digunakan untuk arena berkuda. Kehadiran Nathan dan Rey sudah tampak mendekat dari tempat awal mereka berangkat.
Keduanya kembali menarik kuda dengan kencang agar bisa sampai lebih dulu. Para karyawan pacuan kuda dan Tiffani menunggu kehadiran mereka untuk mengetahui siapa kiranya yang akan muncul duluan.
"Ha'." Nathan kembali mengeratkan tali kuda.
Dari kejauhan Nathan tampak unggul, beberapa meter lagi mereka akan sampai. Tapi siapa sangka kuda yang ditunggangi Rey terpeleset mengakibatkan Rey terpental jatuh dari kuda. Semua yang menyaksikan hal tersebut kaget.
"Astaga!!!" ucap para karyawan kompak mereka segera mendekat untuk memastikan kondisi Rey.
Tiffani yang kaget juga ikut mendekat ke arah Rey. "Kamu tidak apa."
Rey tampak sedikit shock karena memang dia terjatuh dari kuda lumayan keras. "Tidak, aku tidak kenapa-kenapa."
Fokus Nathan terambil alih ketika mendengar suara teriakan dari karyawan, alhasil dia pun berbalik melihat apa yang terjadi. Namun naas kuda milik Nathan malah menabrak plang besi sehingga dia juga jatuh dan kakinya terbentur.
Karyawan yang tadinya membantu Rey saat melihat Nathan jatuh membuat mereka bubar dan beralih menolong Nathan. Bukan tanpa alasan hal tersebut mereka lakukan karena merasa sudah naluri untuk melayani tuan muda mereka terlebih dahulu.
"Mas, mas baik-baik saja?" Para karyawan tampak khawatir.
Nathan hanya bisa meringis kesakitan karena pergelangan kaki kirinya yang terasa nyeri. Dengan cepat para karyawan pun membopong Nathan.
Tatapan Nathan dan Tiffani bertemu, saat laki-laki tersebut dibantu berdiri oleh karyawan. Ada rasa aneh melihat Tiffani yang tetap berada di sisi Rey dan tidak mendekat ke arahnya sama sekali.
"Ayo kita bawa ke rumah sakit terdekat." ucap salah satu karyawan.
"Tidak perlu." tolak Nathan.
"Mas lihat, mas saja buat jalan keusahan, jadi daripada nanti ada apa-apa kita ke rumah sakit." tunjuk seorang karyawan laki-laki berkepala plontos pada kaki kiri Nathan yang kini sudah tidak terbungkus sepatu.
Apa dia benar-benar kesakitan, gumam Tiffani.
Sebenarnya Tiffani sendiri ingin mendekat ke arah Nathan, namun melihat para karyawan yang langsung meninggalkan Rey membuat Tiffani menjadi urung pergi karena kasihan kepada Rey. Sekarang Rey sudah aman duduk di dalam ruangan dan minum segelas air mineral.
Diluar terdengar para karyawan yang masih mencoba membujuk Nathan. Tiffani yang penasaran pun bangkit berdiri.
"Kamu mau kemana?" cegah Rey menahan tangan Tiffani.
"Aku ingin melihat kondisi di luar."
"Tolong tetap disini." ucap Rey dengan iba.
"Maaf." Tiffani melepaskan tangan Rey di lengannya.
Dari lubuk hati terdalamnya Tiffani khawatir dengan keadaan Nathan. Masih jelas dalam ingatan saat tatapan mereka bertemu tadi, Nathan yang tampak meringis menahan nyeri.
***
"Aku ikut." Tiffani yang langsung mengajukan diri untuk menemani Nathan saat para karyawan ribut siapa yang akan membantu Nathan.
"Sama saya temani mbak." karyawan berkepala plontos itu juga menawarkan diri.
Di dalam mobil, Nathan masih tenggelam di dalam pikirannya, dia tidak menyangka jika kegiatan berkuda hari ini akan berakhir seperti ini.
Kehadiran Tiffani yang langsung duduk di kursi penumpang sebelah Nathan membuat pria itu menoleh terkejut. Bukannya dia tadi memilih untuk menemani Rey, pikirnya.
Tanpa adanya obrolan saat perjalanan ke rumah sakit, beberapa menit kemudian mereka tiba di rumah sakit. Bapak berkepala plontos yang membantu mengemudikan mobil langsung sigap ikut membopong Nathan menuju ke UGD.
Serangkaian pemeriksaan penunjang dilakukan untuk melihat pergelangan kaki kiri Nathan. Sampai akhirnya beberapa menit kemudian Nathan keluar dari ruang dokter dengan keadaan kaki kirinya yang di gips akibat adanya retak di pergelangannya.
***
"Ya ampun Nathan kamu kenapa?" sesampainya di rumah Nenek yang melihat cucunya di gips menjadi khawatir.
Nathan tersenyum, "tidak apa Nek, hanya cedera biasa kata dokter." jawab Nathan menenangkan.
Pelayan laki-laki langsung membantu Nathan menuju ke lift untuk dibantu ke kamarnya di lantai dua. Sementara itu Tiffani tetap berada di lantai satu karena Nenek yang meminta penjelasan kenapa Nathan bisa sampai terluka.
"Kenapa dia? kok bisa sampai begitu?" tanya Nenek pada Tiffani.
"Jatuh dari kuda Nek kakinya terbentur plang besi cukup keras, tadi Rey juga jatuh juga,"
Belum sempat Tiffani menyelesaikan ucapannya Nenek langsung memotong perkataan Tiffani. "Rey? kondisi dia bagaimana?"
"Tidak apa-apa Nek, dia hanya jatuh tanpa ada luka."
Akibat membicarakan Rey, Tiffani merasa bersalah karena meninggalkan Rey begitu saja.
"Ya ampun lain kali mereka kalau berkuda lagi harus hati-hati." khawatir Nenek pada kedua cucunya.
"Kalau begitu saya ke atas dulu ya Nek."
"Iya-iya sayang."
Tiffani pun menuju ke lantai atas menuju kamar untuk memastikan kembali kondisi Nathan setelah pelayan turun dan bapak berkepala plontos pamit pulang kepada Nenek. Dengan langkah mantap berbeda dari biasanya Tiffani membuka pintu kamar Nathan tampak dengan posisi setengah duduk berbaring di kasur.
"Kamu mau makan?" tanya Tiffani karena hari sudah sore.
"Nanti aja." jawab Nathan sambil sibuk dengan ponselnya, namun beberapa menit kemudian suara bunyi perut Nathan yang kelaparan terdengar.
Mendengar hal tersebut Tiffani menahan tawanya. "Sudah jangan nolak."
Kepergian Tiffani keluar dari kamar membuat Nathan memukul ke arah bantal di sebelahnya menahan malu.
"Bertingkah aja kamu." tunjuk Nathan pada perutnya.
Sibuk dengan ponselnya, Nathan mendapatkan kabar dari Elea jika pacarnya itu sebentar lagi akan terbang ke Indonesia. Nathan yang akan menyimpan ponselnya kembali, menjadi urung karena telepon dari Elea.
"Halo sayang." ucap Elea di seberang telepon tampak exited.
"Ada apa sayang?" sedangkan Nathan merespon dengan kalem.
"Besok ayo kita ketemu."
"Besok?" Nathan tampak menimbang-nimbang apa dia harus bertemu atau tidak mengingat kondisinya yang tidak memungkinkan.
"Kamu kenapa? nggak bisa?" terdengar nada kecewa yang di lontarkan Elea.
"Aku kabari besok pagi."
"Oke. Kita ketemunya siang saja besok pagi aku baru mendarat tapi siangnya aku harus ke kampus karena ada urusan."
"Baiklah."
"Oke bentar lagi aku mau take off, bye bye baby love you."
Pintu kamar terbuka menampilkan Tiffani dengan membawa nampan.
"Hem."
Buru-buru Nathan memutus panggilan dengan Elea saat melihat kehadiran Tiffani bahkan ia belum membalas ucapan sayang Elea. Untungnya Nathan masih mempunyai rasa sungkan saat Tiffani yang membantu dirinya, tidak mungkin dia bermesraan dengan kekasihnya walaupun dari awal Tiffani tahu bahwa hubungannya dengan Elea tidak akan berakhir walaupun adanya pernikahan.
"Ini sup masih hangat, sama nasi." Tiffani meletakkan nampan di pangkuan Nathan.
Setelah membantu Nathan, Tiffani memilih duduk di sofa sambil mengecek ponsel miliknya. Nathan yang sudah makan dua suapan tampak kesusahan mengambil minum dengan sigap Tiffani langsung meraih segelas air putih di nakas menyerahkan kepada Nathan.
"Makasih." ucap Nathan.
Tiffani hanya membalas dengan senyuman. Lantas dia meraih obat yang ada di nakas dan menaruhnya di nampan.
"Ini obatnya nanti minum setelah makan."
"Makasih."
Lagi-lagi ucapan terima kasih dilontarkan oleh Nathan. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa selain berterima kasih.
***
Sementara itu sambil menunggu waktu untuk boarding. Elea termenung akibat Nathan yang memutuskan panggilannya secara sepihak karena biasanya laki-laki tersebut akan membalas dengan kalimat 'love you too' namun barusan dia mematikan secara sepihak.
Dengan segala keberanian dan ketegaran hati yang dia kuatkan. Elea membuka mesin pencarian mencari nama kekasihnya disana 'Nathan Airlangga Yudistira'. Semua berita terbaru mengenai kekasihnya membahas tentang pernikahan.
Sampai akhirnya Elea tersadar. "Dia?!" ucapnya dengan kerutan alis di keningnya menatap tak percaya.