Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Sini! Berikan sama aku!" ucap Erlan sambil merebut irisan daging milik Rika itu.
Setelah itu Erlan meniup-niup permukaan daging berkali-kali lalu ia serahkan kembali pada Rika.
"Nih, udah gak panas lagi." ucap Erlan.
"Makasih, ya, Sayang!" balas Rika sambil melahap daging pemberian Erlan yang baru saja ia berikan.
Melihat pemandangan itu. Arumi seketika merasa iri pada Rika karena ia mendapat perlakuan yang sangat manis dari Erlan, suaminya.
"Ah, seandainya aku juga punya suami yang seperti itu." batin Arumi sambil menyuapkan daging yang baru saja ia ambil dari nampan di hadapannya.
"Awww! Panas!" Kali ini giliran Arumi yang memekik.
"Kamu itu bodoh, ya, Arumi. Udah jelas-jelas tau kalau dagingnya masih panas, kamu malah gegabah mau memakannya!" maki Ibrahim.
Sebuah tindakan yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan Erlan pada Rika beberapa saat yang lalu.
"Arumi, kamu makan daging yang sebelah sini aja. Udah lumayan dingin!" Ucap Erlan menyela.
Erlan merasa kasihan pada Arumi karena perlakuan Ibrahim terhadap Arumi yang barusan.
"Iya." Arumi segera mengambil daging yang disarankan Erlan.
Apa yang di ucapkan Erlan memang benar, irisan daging itu tak sepanas daging yang Arumi makan sebelumnya.
Mereka semua terus menikmati daging di hadapan mereka sambil mengobrol santai.
Entah itu masalah pekerjaannya Ibrahim, studio foto milik Erlan, atau masalah sepele yang lainnya.
Yang pasti mereka berempat sangat menikmati suasana asik malam hari ini.
"Erlan dingin!" rengek Rika di tengah-tengah obrolan mereka.
Ia mengeluh karena cuaca yang malam itu memang sangat dingin sekali.
Erlan tak menjawab ucapan Rika. Tapi pria itu menanggapi keluhan Rika dengan tindakan yang membuat Arumi benar-benar terperangah.
Tanpa banyak kata, Erlan melepas sweater yang sebelumnya ia pakai. Dan kini hanya tersisa kaos tipis yang melekat di tubuhnya.
Setelah itu, Erlan segera memberikannya pada Rika. Istri yang duduk tepat di sampingnya, yang sebenarnya juga sudah mengenakan jaket tebal di tubuhnya.
"Makasih, ya, Sayang!" Ucap Rika sambil memakai sweeter milik Erlan.
Rika akhirnya kini terlihat sudah lebih hangat dari pada sebelumnya.
Keadaan yang sangat berbeda dengan Arumi yang masih berusaha menahan dingin dengan menggosok-gosokkan lengannya sendiri untuk menghangatkan tubuh.
Arumi yakin sekali Ibrahim sangat mengerti dengan keadaan Arumi yang saat ini terlihat sangat kedinginan. Tapi Ibrahim sama sekali tak melakukan tindakan apapun.
Sikapnya itu sangat berbeda dengan sikap Erlan yang sangat di sukai Arumi.
"Sayang, aku masih kedinginan. Peluk aku dong!" ucap Rika lagi.
Rika lagi-lagi mengeluh tentang apa yang ia rasakan pada Erlan.
Pria itu pun langsung patuh. Ia segera merangkul Istrinya, seperti yang diperintahkan Rika.
Erlan merangkul Rika sambil sesekali menggosok-gosokkan telapak tangannya di lengan Rika untuk berusaha menghangatkannya.
Entah kenapa perasaan Arumi seketika jadi tak enak. Arumi benar-benar tak menyukai pemandangan kemesraan mereka berdua.
Dadanya tiba-tiba bergemuruh. Perasaan marah tanpa sadar sudah menyelimuti Arumi.
Tapi, tiba-tiba saja telapak tangan Erlan menyentuh punggung tangan Arumi. Tangan yang sedang berada di atas karpet tepat di samping Erlan.
Arumi sekilas menoleh ke arah Erlan. Arumi berpikir mungkinkah Erlan tak sengaja melakukannya?
Tapi seketika anggapan itu sirna saat Arumi merasakan telapak tangan Erlan menggenggam erat tangannya.
Genggaman tangan yang mereka lakukan yang tentu saja tanpa sepengetahuan Ibrahim dan Rika.
Senyum di bibir Arumi terukir karena sikap Erlan. Hanya dengan begitu saja, Erlan seolah sudah cukup membuat Arumi merasa hangat.
Jadi, Arumi tak menepis perbuatan Erlan. Arumi membiarkan tangan Erlan menggenggam erat tangannya. Genggaman yang Erlan lakukan meski tetap sambil mengobrol dengan Ibrahim.
Namun sayang, hal itu tak berlangsung lama. Karena tak lama kemudian, kegiatan mereka usai.
Ibrahim mengajak Arumi pulang dan Arumi harus berpisah dengan Erlan dan Rika.
***
"Mas Ibrahim mau langsung tidur?" tanya Arumi begitu mereka sudah masuk ke dalam rumah.
"Bukan urusan kamu!" jawab Ibrahim ketus sambil melenggang ke dalam kamar.
Rupanya kemarahan Ibrahim masih tetap berlanjut sampai detik ini.
Arumi tak bisa lagi berbuat apa-apa. Yang bisa ia lakukan hanya membiarkannya dulu.
Menunggu sampai Ibrahim memaafkannya dengan sendirinya. Karena Arumi sudah hafal betul sifat Ibrahim seperti apa.
Meski Arumi sekuat tenaga meminta belas kasihan padanya, kalau Ibrahim masih marah, ia tak akan mau memaafkan.
Arumi segera ikut masuk ke kamar, ikut naik ke atas ranjang seperti yang dilakukan oleh Ibrahim.
Tapi tiba-tiba saja ponsel dalam saku bajunya bergetar. Arumi mengambilnya, dan melihat sekilas siapa yang sudah mengirimnya pesan di waktu yang selarut ini.
"Erlan!" batin Arumi.
Mendadak Arumi sedikit gugup, takut kalau pesan itu diketahui oleh Ibrahim.
Tapi untung saja Ibrahim juga sedang asik dengan ponselnya, jadi ia sama sekali tak menghiraukan gelagat Arumi.
Arumi segera turun dari ranjang dan dengan cepat melangkah masuk ke kamar mandi sambil membawa ponsel miliknya.
Setelah itu ia menutup rapat-rapat pintu kamar mandi, Arumi kembali melihat ke arah layar ponselnya. Ia segera membuka pesan yang dikirimkan oleh Erlan.
[Kamu udah tidur, Arumi?] Itulah pesan yang Arumi baca.
[Belum, Lan.] balas Arumi sambil terduduk di atas kloset yang tertutup.
[Gak lagi berantem kan, sama Mas Ibrahim?]
[Kok, kamu nanya gitu?]
[Habis, tadi kayanya dia dingin banget sama kamu. Aku jadi khawatir.]
Arumi menghela nafas panjang setelah membaca pesan Erlan lalu segera mengetik balasan untuknya.
[Iya, dia tadi lagi marah sama aku. Makanya bersikap kaya gitu.]
[Kalau sekarang?]
[Masih marah.]
[Boleh aku video call kamu?] Pinta Erlan tiba-tiba.
Arumi sedikit terkejut dengan permintaan Erlan.
[Boleh.] jawab Arumi pada akhirnya.
Arumi dengan cepat merapikan rambutnya lalu menepuk-nepuk wajahnya agar terlihat segar di hadapan Erlan.
Dering ponsel Arumi seketika terdengar diiringi debaran jantung Arumi yang tak karuan, Arumi segera menerima video call yang dilakukan oleh Erlan.
"Hai, Erlan!" sapa Arumi untuk pertama kali dengan suara canggung.
Tapi bukannya wajah Erlan yang Arumi lihat di layar ponselnya, melainkan sebuah boneka lucu yang terpampang.
"Hai, Arumi!" Terdengar suara Erlan namun dengan logat yang berbeda.
"Kenalin nama aku Mumu. Kamu Arumi, ya, tetangganya si Erlan. Kamu cantik, ya, tapi sayang sering sedih sama nangis. Senyum, dong, Arumi! Biar makin cantik!"
"Erlan apaan, sih!" Ucap Arumi sambil tertawa geli.
"Nah, gitu dong, ketawa. Kan cantik." ucap Erlan yang kali ini dengan logat suara yang sebenarnya sambil menunjukkan wajahnya di layar ponsel Arumi.
Wajah yang terlihat sangat dekat, seolah mereka tak seperti sedang berbicara via benda pipih mereka masing-masing.
"Makasih, ya!" Ucap Arumi pelan.
"Buat?"
"Karena kamu udah menghiburku. Udah bikin aku ketawa kaya tadi."
"Aku ngelakuin itu bukan buat kamu, kok. Tapi buat aku sendiri."
"Maksudnya?" Arumi seketika merasa bingung.
"Karena tawa kamu itu adalah hiburan buat aku. Bikin aku seneng."
Seketika Arumi tersipu malu setelah mendengar ucapan Erlan.
"Tunggu!" Ucap Erlan lagi.
****************
****************
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,