Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. ANDIN & ARMAN
ANDIN & ARMAN
🌸Selingkuhan Majikan🌸
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, mobil yang dikemudikan Andin akhirnya melambat saat mendekati sebuah gerbang besar.
Gerbang itu terbuka otomatis, dan memperlihatkan jalan masuk yang panjang, dikelilingi oleh pepohonan rindang dan taman yang tertata rapi.
Alya yang duduk di kursi penumpang, menatap pemandangan itu dengan takjub. Matanya membesar saat rumah besar dengan pilar-pilar tinggi mulai terlihat di kejauhan.
Kemudian, Andin memarkirkan mobilnya di depan rumah, lalu mematikan mesin dan menoleh ke arah Alya. "Ayo, turunlah," katanya lembut, saat melihat kebingungan dan kegugupan yang terpancar dari wajah gadis muda itu.
Perlahan, Alya membuka pintu mobil dan melangkah turun. Kedua kakinya terasa lemas saat menginjak tanah, seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Rumah besar di depannya tampak megah, dengan pilar-pilar menjulang tinggi yang menopang atapnya yang luas. Jendela-jendela besar memperlihatkan interior yang tampak elegan dan mewah.
Alya melongo, ia merasa seperti sedang bermimpi. Bagaimana mungkin ia, seorang gadis miskin dari desa, sekarang berdiri di depan rumah sebesar ini?
Sebagai seorang gadis kampung, Alya merasa sangat canggung. Tangannya gemetar sedikit saat ia meremas ujung gaunnya karena gugup. Ia merasa begitu kecil dan tidak pantas berada di tempat sebesar dan semewah ini.
Andin menyadari rasa gugup Alya dan tersenyum menenangkannya. "Ayo masuk. Tidak perlu merasa ragu," ajaknya sambil membuka pintu depan rumah yang besar itu.
Alya menatap Andin dengan ragu lalu berkata, "Tapi, Nyonya… Saya… Saya merasa tidak pantas berada di sini," katanya dengan suara lirih dan mata tertunduk.
"Jangan berpikir begitu. Ayo masuk, kita bicarakan semuanya di dalam."
Dengan hati-hati, Alya mengikuti langkah Andin menuju pintu masuk. Perasaan asing dan kikuk semakin kuat saat ia melangkah masuk ke dalam rumah yang luas dan mewah itu.
Lantai marmer yang dingin di bawah kakinya, dinding-dinding yang dihiasi dengan lukisan-lukisan indah, dan chandelier besar yang menggantung di langit-langit membuat Alya semakin merasa seperti orang asing di tempat ini.
Namun, ketika mereka baru saja masuk, suara mobil lain terdengar memasuki halaman rumah.
Alya dan Andin secara refleks menoleh dan melihat sebuah mobil hitam yang elegan berhenti di depan pintu masuk.
Seorang pria dengan postur tubuh tinggi dan berwibawa keluar dari mobil itu. Langkahnya besar dan mantap dengan percaya diri.
Wajahnya tampan, namun terlihat dingin, seolah menyimpan sesuatu yang tidak terungkapkan.
Pria itu adalah Arman, pemilik rumah besar ini dan suami dari Andin. Wajahnya yang tampan disertai sikapnya yang tegas membuatnya tampak angkuh dan sulit didekati.
Dia berjalan cepat menuju mereka, dan tanpa berkata apa-apa, langsung menghampiri istrinya.
"Baru pulang, Mas?," tanya Andin dengan suara yang terdengar kaku.
"Iya," jawab Arman singkat. Matanya menyapu sejenak ke arah Alya, kemudian kembali menatap Andin. "Tumben pulang cepat, biasanya kan lembur," lanjut Andin.
Arman mengangguk, tetapi wajahnya tetap datar, tanpa ekspresi hangat. "Tidak ada yang perlu dilemburkan hari ini," balasnya singkat.
Sejenak, mereka terdiam, seperti dua orang asing yang tidak tahu harus berbicara apa satu sama lain.
Alya merasa suasana di sekitarnya itu aneh, seolah ada ketegangan yang tersirat antara pasangan suami istri ini. Ia tidak berani mengangkat wajah dan hanya berdiri diam di samping Andin dengan perasaan tidak nyamannya.
Kemudian, Arman melirik sekilas ke arah Alya dan memperhatikan penampilannya yang bergaun pengantin namun berantakan dan wajahnya yang tampak ketakutan.
Senyum sinis pun muncul di wajahnya hingga membuat Alya semakin merasa kecil. "Senang sekali membawa sembarang orang ke rumah," celetuk Arman dingin, lalu beranjak masuk ke dalam rumah tanpa menunggu jawaban dari Andin.
Alya tertegun, ia merasa kata-kata Arman itu seperti pukulan telak di hatinya. Namun, hinaan dan cemoohan seperti itu bahkan yang lebih parah sudah sering ia alami hingga ia tidak terlalu di ambil hati karena itu memang kenyataannya.
"Maaf Alya. Dia memang begitu, tapi kamu tidak perlu khawatir. Ayo, masuklah. Kita bisa membicarakan rencana selanjutnya," kata Andin sambil berjalan dan Alya pun mengikuti langkahnya masuk ke dalam rumah.
**
PROLOG
Andin dan Arman merupakan sepasang suami istri yang dulunya saling mencintai, namun kini mereka hidup dalam kehampaan dan jarak yang semakin lebar.
Pernikahan yang awalnya dipenuhi kebahagiaan dan harapan, seketika berubah menjadi hubungan yang dingin dalam sekejap.
Mereka telah menikah selama lima tahun, namun rasa hangat yang pernah ada di antara mereka kini telah hilang, seakan membeku dan saling tidak peduli.
Arman merupakan seorang pengusaha sukses dan CEO dari perusahaan besar, ia selalu sibuk dengan urusan bisnisnya hingga kesibukannya itu seringkali membuatnya jarang berada di rumah.
Dan ketika ia pulang, rumah itu terasa lebih seperti hotel, yang jadi tempat persinggahan sementara, daripada tempat tinggal yang nyaman.
Sementara itu, Andin yang juga seorang wanita karir, ia juga sibuk dengan pekerjaannya dan lebih sering tenggelam dalam rutinitasnya sendiri.
Mereka hidup di bawah satu atap, namun jarang bertegur sapa. Bahkan ketika bertemu, percakapan mereka singkat dan hanya sekedar basa-basi, seperti klien yang bertemu untuk urusan bisnis saja, bukan pasangan suami istri yang seharusnya saling berbagi.
Padahal, mereka pernah begitu bahagia, saling mencintai dan merencanakan masa depan bersama.
Namun, segalanya berubah di tahun pertama pernikahan mereka. Pada saat itu, Andin baru saja meraih puncak karir yang diimpikannya selama bertahun-tahun, ketika sebuah berita mengejutkan datang.
Andin hamil. Bagi Arman, berita itu adalah anugerah. Ia sangat bahagia dan membayangkan masa depan bersama anak mereka, merajut mimpi menjadi seorang ayah.
Namun, bagi Andin, berita kehamilan itu justru menjadi mimpi buruk. Ia merasa waktunya tidak tepat karena baru saja ia mencapai puncak karir dan merasa belum siap untuk menjadi ibu.
Pikiran untuk menggugurkan kandungannya pun mulai muncul di benaknya, sesuatu yang sangat bertentangan dengan keinginan Arman.
Malam itu, mereka bertengkar hebat. Andin dengan tegas ingin menunda kehadiran anak itu, sementara Arman bersikeras mempertahankan kehidupan yang mulai tumbuh di dalam rahim istrinya.
Pertengkaran itu berlangsung hingga sesuatu yang tidak terduga terjadi. Andin terjatuh dari tangga. Suara tubuhnya yang terhempas ke lantai menghentikan seisi rumah.
Malam itu, Andin kehilangan anak yang dikandungnya. Sementara Arman, yang menyaksikan kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri, tidak bisa menerima bahwa itu adalah kecelakaan.
Dalam kemarahannya, Arman yakin jika Andin sengaja menjatuhkan diri untuk menggugurkan anak mereka.
Kejadian malam itu menjadi titik balik dalam kehidupan pernikahan mereka. Arman yang merasa dikhianati mulai menutup hatinya.
Sementara Andin, yang tenggelam dalam rasa bersalah dan kesedihan, ia berusaha melanjutkan hidupnya dengan rutinitas yang membosankan.
Mereka tetap menjalani pernikahan ini, namun hanya sebatas formalitas. Tidak ada lagi rasa cinta dan kehangatan, yang ada hanyalah rumah tangga yang hampa.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂