Cinta, apakah sungguh-sungguh ada di dunia ini, Zea nyaris tak percaya, menikah apakah akan menjadikan kebahagiaan? Zea pun nyaris tak percaya, pernikahan hanya pintu untuk seruntutan peristiwa yang memusingkan dan mengecewakan. Lelah berpikir tentang cinta, jodoh dan pernikahan Zea justru sibuk dengan berkebun dan berkuda, baginya hal ini lebih menyenangkan.
Namun siapa sangka hadirnya pemuda yang jauh dari usianya itu mampu mengacaukan pondasi dan perasaanya. Lalu bagaimana kah kisah selanjutnya? Akankah dirinya bisa merasakan indahnya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telfon dari Oma
Zea tengah sibuk dengan tugasnya, sementara Al Jovano sibuk dengan kuasnya, namun sering ponsel Zea menganggu aktivitasnya. Panggilan dari Oma Nani ibu dari Ayah kandungnya terus berdering.
"Siapa Yang?? penting banget kayaknya dari tadi gak berhenti. " Tegur Al Jovano yang melihat Zea masih mengacuhkan panggilan di ponselnya itu.
"Nanggung Al, dikit lagi selesai. " Jawab Zea namun dering ponsel itu tak berhenti, begitu mati berdering lagi.
"Astaghfirullah, Yang?? Angkat takut ada apa-apa. " Al Jovano menegur sekali lagi.
Zea menarik nafasnya lalu meletakan layarnya dan meraih handphone yang terus berdering itu.
"Ya Hallo, Assalamualaikum Oma? " Salam Zea.
"Walaikumsalam, Zee, pulang ke Indonesia nak, Ayahmu terkena serangan jantung. " Ucap Oma membuat Zea terkejut seketika.
"Lalu Oma??? Bagaimana keadaan Ayah?? " Tanya Zea panik.
"Ayahmu sementara tidak bisa mengurus perusahaan, tubuhnya lemah dan kritis kasian Opa sayang, dia juga sudah tua jika harus mengurus perusahaan Ayahmu. " Kata Oma dari seberang membuat Zea menatap Al Jovano bingung, Zea merasa kondisi Al Jovano belum bisa di katakan pulih seutuhnya.
"Tapi Oma, Al bagaimana, Zea juga masih kuliah di sini, Kenapa tidak Kean saja?? " Ucap Zea keberatan.
"Kean sudah sibuk mengurus perusahaan Bundamu Zea, sementara Zia dan Intan mereka sudah punya anak-anak kecil yang tak mungkin di tinggalkan. " Jelas Omanya membuat Zea semakin tak bisa menolak karena memang kondisinya seperti itu, seandainya dirinya tak terlanjur ke sini bersama Al Jovano, atau tinggalkan di Indonesia Zea tak akan ragu meninggalkan Al Jovano sendirian.
"Huuuhf berat Oma, tapi coba Zea berbincang dulu dengan Al, besok Zea pulang untuk jenguk Ayah. " Kata Zea kemudian, Oma pun setuju dan menantikan kabar selanjutnya.
Zea menatap Al Jovano bingung bagaimana memulai ceritanya, namun pada akhirnya Zea bercerita meski dengan berat hati.
"Udah, kamu pulang aja Yang, tapi sering telfon ya, Ayahmu juga membutuhkan kamu. " Putus Al Jovano meski berat hati.
"Tapi Al, kamu sama siapa??" Tanya Zea ragu juga khawatir.
"Emmm, Aku pekerjakan Body guard sama Pembantu rumah tangga ya?? " Tawar Zea memberikan usulan.
"Gak usah, Seojin aja, dia kemarin mau bekerja sama, dia butuh uang karena harus bayar semester, nanti sekalian dia jadi asistenku, untuk kebersihan biar adiknya saja, adiknya duduk di bangku SMA tapi pekerja keras. " Kata Al Jovano menimpali.
"Kamu yakin??? Adiknya perempuan?? " Zea tanya dengan tatapan tajam.
"Jangan aku memilih ibunya saja yang tua, aku tidak setuju ada wanita muda di rumah ini. " Ungkap Zea menatap dalam Al Jovano.
"Hahaha, cemburu ya??? Tenang saja siapa yang mau dengan laki-laki lumpuh semacam aku. " Kata Al Jovano terbahak-bahak bahagia menatap sikap cemburu Zea.
"Seojin memang tak punya adik wanita, adiknya laki-laki juga. Mereka yatim piatu. " Kata Al Jovano membuat Zea lega namun kesal karena di kerjain oleh Al Jovano.
"Aku suka cemburu mu." Ucap Al Jovano lalu meraih Zea dan memeluknya di atas pangkuannya.
"Kamu sekarang makin gendut ya. Seksi jadinya. " Ungkap Al Jovano berbisik di telinga Zea.
"Main Yuk?? Mau... " Suara parau Al Jovano menandakan sinyal bahaya darinya, Zea bangkit lalu berdiri dan menarik Al Jovano untuk berdiri.
"Tunjukkan padaku lima belas langkah, maka kau akan merasakan seperti Sanja ku!! " Ucap Zea tersenyum menantang.
Al Jovano pun terpancing perlahan dengan kemauan yang keras dia melangkah satu demi satu meski dengan sedikit tidak seimbang dan nyaris jatuh, jika mulai tumbang dirinya berhenti dan mengambil nafas lalu melangkah lagi hingga melebihi tantangan Yang Zea berikan.
"Hahaha Aku berhasil!!!" Al Jovano tak menyangka wajahnya begitu bahagia lalu duduk di lantai karena gemetar, namun bahagia sekali.
Zea terkejut dengan pencapaian Al Jovano kali ini, bahagia dan bangga dengan usaha AlJovano. "Ckkk, aku kalah..." Pipi Zea memerah.
"Hahaha, tepati janjimu! Ayo!! " Al Jovano meraih tangan Zea dan berdiri perlahan keduanya berjalan ke ranjang.
"Ya Ampun... Mati aku. Kenapa akau gak bikin lebih banyak langkah saja tadi. " Batin Zea sambil melangkah.
Al Jovano terlentang di ranjang dan menatap Zea dengan senyum mengejek. "Kenapa??? Mau ingkar janji??? Owww tidak bisa!! " Kata Al Jovano lalu meraih wajah Zea yang memerah.
"Aah, imut sekali sih istri aku kalau memerah begini, ucu ucu... lucunya..." Kata Al Jovano sambil melepas kancing bajunya, membuat wajah Zea makin memerah.
***
Subuh hari, setelah drama rumah tangga dan persatuan bangsa semalam wajah Al Jovano tak surut cerahnya, sementara Zea kusut wajahnya, lelah, letih dan remuk rasanya padahal hari ini akan pulang ke Indonesia.
"Morning Zee, Love you. " Ucap Al Jovano sambil mengeringkan rambutnya setelah mandi besarnya.
"Morning Al. Tunggu aku, kita subuh bersama. " Zea beranjak dari ranjangnya dengan kemeja putih milik Al Jovano.
Al Jovano menatap tubuh istrinya yang memakai kemejanya tanpa yang lain itu, cantik sekali seperti film-film Korea yang sering mereka tonton bersama.
"Zee, selama di rumah kamu kaya gitu, dapat pahala loh. " Ucap Al Jovano menghentikan langkah Zea.
"Iihhh, dasar bocah mesum!!! " Zea masuk kamar mandi dengan wajah memerah.
"Hahaha, bocah begini suami kamu sendiri Zee, lupa??? " Kata Al Jovano sambil tertawa, entah semakin hari rasanya semangat untuk sembuhnya semakin bertambah.
Setelah Zea keluar dan pindah ke kamar sebelah untuk ganti Zea kembali dan mendorong kursi roda Al Jovano keluar dari kamar lukisnya dan menuju ke kamar yang sesungguhnya.
Merekapun shalat subuh bersama, Al Jovano menjadi imam sambil duduk dan Zea menjadi makmum di belakangnya. Setelah selesai Zea pun meraih tangan Al Jovano untuk di salim nya, Al Jovano mencium kening Zea hangat.
Zea menatap Al Jovano dalam, berat rasanya meninggalkan Al Jovano pergi. " Al, kamu yakin gak papa aku pulang ke Indonesia??" Tanya Zea sendu.
"Aku gak papa, tapi janji angkat telfon, jangan deket sama cowok lain, ingat udah menikah. " Ucap Al Jovano, sebenarnya dia berat tapi rasanya egois jika tak membiarkan Zea menjaga Ayahnya dan mengurus perusahaannya.
"Ok, janji. Kamu juga ingat jaga kesehatan, jaga hati jaga mata. Hati-hati kalau sampai ada yang lain!! Awas ku cincang!! " Ucap Zea tajam namun justru di jawab tawa oleh Al Jovano.
"Hahahaha, I love you, gak bakalan ada nama lain selain namamu." Ucap Al Jovano lalu memeluk Zea hangat dan melabuhkan kecupan berkali-kali.
"Udah ih, kamar lukis berantakan, Aku beresin dulu ya. " Zea bangkit dan melepas mukena lalu menuju kamar lukis yang menjadi saksi perkelahian indahnya semalam, sebagai penebusan janji atas usaha Al Jovano saat belajar jalan melebihi usahanya.
"Ya ampunnn, Astagaa berantakan sekali. " Ucap Zea sambil menatap ranjang di kamarnya bahkan baju berserakan di bawahnya.
"Itu hasil lukisan cinta kita loh, indahkan?? masih terbayang tidak rasanya yang semalam?? " Ucap Al Jovano mengejutkan Zea dari belakang membuat wajahnya memerah.
"Iiih dasar brondong mesum!!! "Kesal Zea namun secara naluri reka adegan semalam terlukis di memorinya.
"Ishhhh pergi kalian!!!!! " Jerit hati Zea semakin memerah, sementara di belakang Al Jovano masih tertawa seolah tau apa yang di pikirkan oleh Zea.
***
Kak please yang baca habis baca wajib tekan like ya. Komen dan subscribe jangan di lupa juga.
Owh ya besok senin, Vote yang banyak ya buat Zea dan Al.
Terimakasih... Sehat selalu, banyak rejeki dan panjang umur... 🙏🙏🙏😻😻😻