Anin akhirnya menemukan alasan yang mungkin menjadi penyebab suaminya bersikap cuek terhadapnya. Tidak lain adalah adanya perempuan idaman lain yang dimiliki suaminya, Kenan.
Setelah berbicara dengan sang suami, akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Anin meminta suaminya untuk menikahi wanita itu.
" Nikahilah ia, jika ia adalah wanita yang mas cintai," Anindita Pratiwi
" Tapi, aku tidak bisa menceraikanmu karena aku sudah berjanji pada ibuku," Kenan Sanjaya.
Pernikahan Anin dan Kenan terjadi karena amanah terakhir Ibu Yuni, ibunda Kenan sekaligus ibu panti tempat Anin tinggal. Bertahannya pernikahan selama satu tahun tanpa cinta pun atas dasar menjaga amanat terakhir Ibu Yuni.
Bagaimana kehidupan Anin setelah di madu? Akankah ia bisa menjaga amanah terakhir itu sampai akhir hayatnya? Atau menyerah pada akhirnya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAT 3 Sudah Sah Menikah
Menjaga Amanat Terakhir (3)
Kenan sampai di hotel miliknya. Dari kejauhan ia bisa melihat kekasihnya sedang berbicara dengan seseorang tampak sangat ramah dan begitu dekat. Kenan ingat bahwa laki-laki yang sedang berbicara dengan kekasihnya itu adalah orang penting yang akan menyewa hotelnya untuk acara perusahaan.
Tiba-tiba ia ingat interaksi Anin dengan lawan jenisnya saat tadi ia mengantarkan Anin ke rumah makan.
Anin tampak menjaga jarak dengan laki-laki yang menyapanya. Bahkan mereka tidak bersalaman hanya saling menangkupkan kedua tangannya di dada.
Tidak hanya itu, Anin tampak menjaga pandangannya.
" Mereka memang berbeda," gumam Kenan.
Kenan pun menghampiri keduanya dan langsung mengajak keduanya ke ruangannya.
Kenan dan Laras memang bekerja ditempat yang sama. Kekasihnya adalah manager di salah satu hotel miliknya. Kedekatannya berawal dari interaksi keduanya yang cukup intens.
Awalnya masalah pekerjaan lama-lama karena nyaman, mereka menjalin cinta.
Sayang, saat ibu Yuni meminta Kenan menikahi Anin, Kenan tidak berani mengatakan bahwa ia sudah memiliki kekasih.
Ia tidak ingin mengecewakan ibunya. Calon menantu dambaan Bu Yuni adalah yang seperti Anin. Pandai menjaga aurat dan menjaga batasan pada lawan jenis.
Sedangkan Laras jangankan menutup aurat, pakaiannya pun lebih banyak yang menggoda iman. Belum lagi sikapnya juga berbanding terbalik dengan Anin. Tapi, sayangnya Kenan sudah mencintai wanita itu.
Selesai pertemuan, tiba-tiba Laras terlihat khawatir.
" Sayang, kamu kenapa?,'
" Mas, ini mama bilang Papa semakin kritis." Laras menangis karena khawatir.
" Ayo kita ke rumah sakit sekarang," ucap Kenan langsung mengambil kunci mobilnya.
Keduanya langsung menunju ke rumah sakit.
" Pa, papa harus sehat. Laras akan menikah dengan Kak Kenan," lirih Laras
" Nak Kenan..."
" Iya, Om," Kenan menghampiri ayah dari kekasihnya.
" Bisa nikahi putri Om sekarang. Om khawatir jika di tunda, Om tidak bisa menjadi wali nikahnya,"
Kenan nampak diam. Ia bingung. Memang ia akan menikahi Laras tapi, tidak secepat ini juga.
" Kak..."
" Baik, Om. Saya akan menikahinya saat ini juga,"
Kenan keluar untuk menelpon seseorang.
" Sam, aku akan menikah dengan Laras. Tolong kamu siapkan semuanya." ucap Kenan pada Samudera orang kepercayaannya.
" G1la, kamu mau nikahin dia? Bagaimana dengan Anin?," Selain orang kepercayaan, Samudera adalah sahabat dekat Kenan.
" Dia sudah mengizinkan ku menikahi Laras "
" Kalau kamu ingin melepaskan Anin, kabari aku. Karena aku siap menerimanya,"
" Jangan macam-macam. Mau dikemanakan Reina hah?," Kenan mengingatkan Samudra pada Reina, tunangan sekaligus sepupu Kenan.
" Semoga saja Anin mau jadi yang kedua," ucap Samudera sambil tertawa.
Samudera tidak benar-benar serius dalam ucapannya. Ia hanya kesal karena Kenan masih saja mempertahankan gadis yang menurut Samudera tidak ada baik-baiknya itu.
" Jangan harap. Aku tidak akan menceraikannya. Lagian dia juga tidak meminta cerai,"
" Ck, aku urus sekarang. Semoga kamu sadar, siapa wanita yang pantas untuk menjadi pendampingmu," kesal Samudera langsung menutup telpon.
Kenan hanya menghela nafas. Ia tahu ia serakah. Tapi, jujur dari hati yang paling dalam ia pun tak ingin kehilangan sosok Anin.
Sore hari, akad sederhana pun berlangsung. Tidak ada yang hadir dari pihak keluarga Kenan kecuali Samudera dan ternyata ada Reina juga.
Samudera mendapatkan pelototan tajam dari Kenan karena malah membawa sang sepupu.
Samudera hanya meminta maaf. Ternyata, Reina mendengar obrolan mereka di telpon.
" Kak, aku tidak percaya kakak Setega ini pada mbak Anin. Sekalipun dia mengizinkan, tak ada perempuan yang benar-benar ridho di poligami," kesal Reina mengeluarkan unek-uneknya saat Kenan mengantarkan mereka sampai ke tempat parkir.
Alasan sebenarnya karena Kenan ingin bicara dengan Reina.
" Aku tahu,"
" Kalau tahu, ceraikan saja mbak Anin. Dia juga berhak bahagia,"
" Aku tidak bisa,"
" Ck .."
" Rein, tolong jangan beri tahu dulu orang tuamu sampai aku sendiri yang mengatakan pada mereka,"
" Terserah. Aku yakin ayah dan bunda akan marah padamu karena menyakiti wanita sebaik mbak Anin," ketus Reina langsung masuk kedalam mobil Samudera.
Blamm
Pintu mobil ditutup dengan kasar.
Kenan hanya menghembuskan nafas kasar.
" Sam, tolong jaga Rein , ya,"
" Percayakan saja padaku,"
Kenan hanya mengangguk. Ia terus melihat ke arah mobil yang ditumpangi Reina dan Samudera.
Setelah menghirup udara sebanyak-banyaknya. Kenan menghubungi seseorang.
" Assalamu'alaikum, mas. Ada apa?," Suara lembut di seberang sana tiba-tiba membuat Kenan merasa bersalah.
" Wa'alaikumsalam. Nin,malam ini aku tidak pulang. Maaf,"
Padahal pagi tadi saat mengantarkan Anin, Kenan berkata akan pulang dan makan malam di rumah.
Anin terdiam. Saat ini ia sedang memasak untuk makan malam karena Kenan bilang akan makan di rumah. Tahu begitu, ia akan makan malam di panti saja dengan anak-anak.
" Oh iya. Tidak apa-apa. Apa mas akan pulang larut atau ada urusan mendadak ke luar kota?,"
Kenan memang memiliki beberapa cabang hotel di beberapa kota. Biasanya jika Kenan mendadak tidak pulang karena memang ada urusan ke luar kota.
" Hmm, aku tidak pulang malam ini. Maaf, sebenarnya aku baru saja menikah dengan Laras," jelas Kenan.
Deg
Anin meremas dadanya yang terasa sesak. Tidak menyangka pernikahan itu akan terjadi secepat ini.
" Kenapa harus minta maaf? Aku kan sudah mengizinkan mas menikah lagi," ucap Anin mencoba bersikap biasa. Ia tak boleh terdengar sedih.
" Ayahnya sedang di rawat di rumah sakit. Itu permintaannya."
" Hmm, aku do'akan kalian bahagia sampai akhir hayat ya, Mas."
Kenan hanya mengaminkan dalam hati. Lidahnya kelu. Mendengar do'a tulus dari seorang istri atas pernikahan kedua suaminya.
" Nin, sekali lagi aku minta maaf,"
Di sebrang sana Anin mencoba tertawa padahal air matanya sudah menganak sungai.
" Tidak ada yang perlu di maafkan. Mas tidak salah. Aku yang salah karena ada di tengah-tengah hubungan kalian. Hmm." Anin hanya mencengkeram meja mencoba tetap kuat. " Sampaikan maafku padanya. Maaf telah ada di tengah-tengah kalian. Maaf Anin tetap mempertahankan pernikahan kita. Anin hanya mencoba menjaga amanah ibu yang terakhir. Agar kita tidak bercerai,"ucapnya
Kenan merasa tertampar. Lagi dan lagi Anin hanya memikirkan orang lain. Padahal ia yang seharusnya memikirkan perasaan ibunya saat ini. Seandainya ibunya tahu anak yang ia banggakan bukan suami yang bertanggung jawab.
" Berapa lama mas tidak pulang?,"
Anin butuh pelampiasan atas rasa sedihnya. Jika ia seorang diri di rumah ia yakin akan menghabiskan tiap malam untuk menangisi nasibnya.
" Emm, besok aku sudah pulang ke rumah," ucap Kenan semakin merasa sesak.
Apakah ia sudah mencintai Anin? Apakah rasa sesak ini buktinya. Ia merasa sakit karena telah menyakiti wanita yang selama ini begitu baik padanya.
" Jangan begitu, mas. Sekarang mas sudah memiliki istri lain. Mas juga sudah punya tempat lain sebagai tempat mas pulang."
Kenan diam. Dia belum memikirkan itu semua.
" Apa sudah menemukan rumah untuk kalian tinggal?,"
" Belum. Aku belum mencarinya,"
" Kalian bisa menggunakan waktu ini untuk mencari rumah impian bersama. Lagipula kalian sudah halal. Mau kemana-mana berdua pun tidak masalah,"
Lagi-lagi Kenan merasa tertohok. Apalagi sebelumnya tanpa ikatan yang halal pun, ia dan Laras sering bepergian berdua saja. Sampai ke luar kota padahal sekedar liburan. walaupun tidur di kamar hotel yang berbeda.
TBC