Di tengah reruntuhan planet Zefia, Arez terbangun dari tidur panjangnya—sebuah dunia yang hancur akibat bencana besar yang dikenal sebagai Bang. Setiap seratus tahun, planet ini mengalami Reset, sebuah siklus mengerikan yang membawa kehancuran, memunculkan monster, dan membangkitkan kejahatan dari masa lalu. Dunia di mana perdamaian tak pernah bertahan lama, di mana peradaban selalu bangkit hanya untuk jatuh kembali.
Arez, seorang pahlawan yang terlupakan, bangkit tanpa ingatan tentang masa lalunya. Digerakkan oleh naluri untuk melindungi Zefia, ia harus bergabung dengan para Refor, pejuang pilihan yang memegang kekuatan elemen untuk menjaga keseimbangan dunia. Namun, Arez tidak menyadari bahwa ia adalah kunci dari siklus kehancuran yang terus berulang. Monster dan musuh dari masa lalu mengenali jati dirinya, tetapi Arez terjebak dalam kebingungan, tak memahami siapa dirinya sebenarnya.
Apakah di@ adalah penyelamat dunia, atau justru sumber kehancurannya? Apakah Arez akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daffa Rifky Virziano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arc Penyelamatan : Part 11 Nero Vs Arez
Nero mulai menyerang dengan jurus-jurusnya yang mengerikan. Dia memanggil kekuatan ganda api dan airnya, menggabungkan elemen-elemen tersebut menjadi kabut berbahaya yang menyelimuti area sekitar. Dengan gerakan cepat, Nero menciptakan “Inferno Deluge”, sebuah gelombang api yang meluap dan menenggelamkan ruang di sekelilingnya dalam nyala merah menyala dan air yang membanjiri.
Arez berusaha keras menghindar dan membalas dengan kekuatan cahaya dan kegelapan. Dia meluncurkan “Luminous Eclipse”, serangan yang menggabungkan cahaya terang dan kegelapan pekat, menembus kabut merah Nero. Gelombang serangan ini memecah kabut, menghasilkan ledakan energi yang menghancurkan sebagian dinding penjara.
Namun, Nero tidak tinggal diam. Dia menggunakan “Abyssal Inferno”, sebuah jurus yang menggabungkan api dan kabut untuk menciptakan tornado api yang menyapu segala sesuatu di jalurnya. Arez dengan cepat melompat ke samping, menghindari tornado yang menghancurkan, namun tak bisa sepenuhnya terhindar. Ledakan api mengenai lengan Arez, membuatnya terjatuh dan merasa terbakar.
Dengan wajah penuh kemarahan, Arez mengeluarkan jurus barunya, “Twilight Vortex”. Dia memanipulasi cahaya dan kegelapan untuk menciptakan pusaran energi yang menghisap kabut merah dan melawan tornado api Nero. Serangan ini menghasilkan benturan kuat, menyebabkan bagian-bagian penjara runtuh dan pecah. Suara ledakan dan runtuhan menggema di seluruh area.
Nero, tidak terpengaruh oleh serangan Arez, memanggil “Torrential Flare”, sebuah jurus yang menggabungkan air dan api untuk menciptakan gelombang api dan air yang meluncur cepat ke arah Arez. Arez berusaha keras untuk menghadapi serangan ini dengan “Eclipsed Radiance”, sebuah perisai energi yang menggabungkan cahaya dan kegelapan untuk menahan gelombang serangan. Namun, kekuatan gabungan dari Nero terlalu kuat.
Bangunan-bangunan penjara yang runtuh semakin menambah kekacauan. Seiring dengan serangan yang terus menerus, Nero memanfaatkan kesempatan ini untuk melancarkan jurus pamungkasnya, “Cataclysmic Inferno”, yang menciptakan ledakan api dan kabut yang sangat besar, mengelilingi Arez dalam kepungan yang mematikan.
Nero berdiri di tengah-tengah kekacauan, melihat Arez dengan tatapan penuh kemenangan. “Kau sudah kalah, Arez. Tidak ada jalan untuk menang melawan kekuatan seperti ini.”
Dengan tubuh penuh luka dan kelelahan yang mendalam, Arez berusaha untuk berdiri kembali. Dengan tekad yang kuat, dia menjulurkan pedangnya dan berkata, “Ini belum selesai, Nero. Ayo kita akhiri dengan pedang kita.”
Cybele, yang terkurung dalam rantai, menatap dengan penuh kekhawatiran. “Hentikan, Arez! Sudahi saja, kau sudah terluka parah!”
Nero, melihat betapa gigihnya Arez, tersenyum lebar. “Ahahaha, ayo kita mulai!” Dia mulai bersiap untuk pertarungan pedang, siap untuk menyelesaikan duel ini.
Di tengah reruntuhan penjara yang hancur, Arez dan Nero menghadapi satu sama lain dalam pertarungan terakhir. Dalam cahaya api dan kabut yang masih menggelora, pedang mereka bertemu dengan kekuatan yang mengguncang.
Pertarungan antara Arez dan Nero dimulai dengan penuh intensitas. Arez, meskipun terluka parah, menunjukkan ketangkasan dan keterampilan yang mengesankan. Setiap serangan pedangnya dipenuhi dengan kekuatan cahaya dan kegelapan, mengarahkan pukulan-pukulan tajam ke arah Nero.
Nero, dengan sigap, menghindari dan memblokir serangan-serangan itu dengan teknik yang lihai. Arez mampu mendominasi sebagian besar awal pertarungan, membuat Nero kesulitan untuk membalas dengan efektif. Ketepatan dan kekuatan serangan Arez tampak memaksa Nero untuk mundur sementara.
Namun, seiring berjalannya waktu, kelelahan mulai mempengaruhi Arez. Nero, dengan pengalaman dan kekuatan yang dimilikinya, mulai mengambil keuntungan dari kelemahan ini. Dia mulai melawan dengan lebih agresif, menggabungkan serangan api dan kabut merah yang semakin membingungkan Arez.
Nero akhirnya menemukan celah dalam pertahanan Arez. Dengan gerakan cepat dan presisi, dia melancarkan serangan pamungkas. Pedang Arez terpental dari tangannya setelah terkena benturan kuat dari senjata Nero. Arez, tanpa senjata, mencoba untuk bertahan, tetapi Nero tidak memberi ampun. Dalam satu gerakan gesit, Nero menusukkan pedangnya ke bagian perut Arez, membuatnya terjatuh ke lantai dengan rasa sakit yang mengerikan.
Cybele, yang terbelenggu dan masih terluka, berteriak penuh kekhawatiran, “Arez! Tidak! Jangan!”
Meskipun tubuhnya tertusuk, Arez masih bisa menyadari sekitar dengan jelas. Dengan kesadaran yang tersisa, ia menatap Nero dengan tatapan penuh determinasi. Nero berdiri di atasnya, penuh kemenangan.
Nero menatap Arez dengan rasa hormat. “Kemenangan ini milikku,” katanya dengan nada dingin namun penuh pengertian. “Aku menghormati kegigihanmu, Arez. Sebagai bentuk penghargaan, aku akan menghadiahkan Cybele kepadamu dan melepaskannya,suatu saat kita akan bertemu lagi Arez.”
Nero melambaikan tangannya, dan rantai-rantai yang membelenggu Cybele terlepas. Cybele dengan cepat mendekat ke arah Arez, meskipun dia masih tampak sangat lemah.
"Arez bertahanlah".Cybele mengobatinya dengan ramuan yang dibawakan oleh musashi dikantung Arez.
Saat Nero mulai menghilang, dia menambahkan, “Wanita yang kau dengar dalam ingatanmu dari masa lalu adalah Vela.” Kata-kata itu bergema saat Nero perlahan-lahan menghilang ke dalam kabut merah.
Dengan Nero yang menghilang, Arez berusaha keras untuk fokus pada kata-kata terakhirnya. Nama "Vela" memicu sebuah kilasan memori dari pertarungan di Gunung Cageves, saat dia bersama wanita misterius yang wajahnya kini semakin jelas dalam ingatannya. Arez mengingat kembali wajah wanita itu, penuh rasa sayang dan harapan, serta kata-kata pria misterius yang membantunya untuk bertarung melawan naga berkepala tiga.
...Vela...
Kesakitan dan kelelahan menyelimuti tubuhnya, tetapi di tengah-tengah semua itu, kenangan tentang Vela—wanita yang pernah bersamanya di masa lalu—muncul dengan jelas di pikirannya.
Wajah Vela, penuh dengan kelembutan dan keberanian, menghiasi ingatannya dengan cahaya yang lembut. Kenangan itu memberikan kepastian yang sangat dibutuhkan Arez, sebuah rasa percaya diri dan kehangatan yang hampir tidak bisa dijelaskan. Dia menyadari bahwa Vela bagian dari masa lalunya juga kunci untuk masa depannya.
Tangisan penuh haru dan kebahagiaan mengalir di wajah Arez. Dia merasa terhubung kembali dengan sesuatu yang sangat berarti baginya. Air mata kebahagiaan membasahi pipinya saat dia mengingat kembali momen-momen berharga bersama Vela. Terasa seperti sebuah beban berat yang selama ini menghilang, digantikan oleh perasaan kedamaian dan kehangatan yang mendalam.
Namun, kelelahan dan rasa sakit yang tak tertahan akhirnya membuatnya tak bisa bertahan. Arez tubuhnya semakin lemah. Dengan kesadaran yang semakin memudar, dia merasakan gelap menyelimuti penglihatannya, dan sebelum dia sepenuhnya kehilangan kesadaran, dia hanya bisa berharap bahwa bisa kembali menemuinya.
Cybele yang mendekati Arez, mencoba untuk membantu dan memberi dukungan meskipun dia sendiri masih merasa lemah. Dia berbicara dengan penuh kekhawatiran, “Arez! Tetaplah bertahan! Aku akan membantumu!”
Arez, dalam kondisi setengah sadar, bisa merasakan kehadiran Cybele di dekatnya. Rasa damai dari kenangan Vela memberinya sedikit kenyamanan sebelum akhirnya kesadarannya sepenuhnya hilang.
Dalam sebuah kemenangan yang disertakan kekalahan kini sebuah Kisah baru akan segera dimulai
Untuk tulisan bagus dan rapi melebih standar tulisan author2 di sini kebnyakan. Pendeskripsian juga sudah bagus namun aku saran lebih menerapkan showing ke konten yg ada di cerita.
Untuk Alur termasuk lambat, World Building ada untuk pengenalan cukup, ada beberapa narasi yg janggal namun untuk tidak terlalu mengganggu keseluruhan bacanya.
Saranku, lebih eksplor setting Post Apocalyptic-nya dlu baik sebelum bertemu Elara ataupun ketika baru bertemu dengannya.
Feelnya menurutku bukan seperti novel Post Apocalyptic kebnyakan dan malah seperti Novel isekai pada umumnya.
Skrng jadi emas /Facepalm/