Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Pertama Untuk Maura
Malam ini Rafa mengantarkan Maura pulang setelah mereka mengurus banyak hal hari ini. Gebrakan baru yang di buat Maura sudah membuat Jessica dan Jesslyn benar-benar kalah. Rafa dan Maura yang sudah sampai di kediaman Maura.
"Terima kasih untuk hari ini," ucap Maura yang berdiri di depan pintu berhadapan dengan Rafa.
"Sama-sama," sahut Rafa.
"Aku tidak tahu apa yang kamu katakan kepada keluargamu, sehingga mereka memberikan kita restu, mereka menerima ku untuk masuk kedalam keluarga kamu," ucap Maura.
"Aku tidak mengatakan apa-apa dan mungkin kamu yang membuat mereka tertarik padamu," jawab Rafa. Maura tersenyum mendengarnya.
Mungkin orang tua Rafa bisa melihat sisi lain dari Maura, kata-kata Maura yang mampu meluluhkan hati orang tua Rafa.
"Apapun itu aku mengucapkan banyak terima kasih, kamu sudah membantuku, dan juga membantuku masuk di rumahmu," ucap Maura.
"Semua belum di mulai Maura. Kita belum menikah dan balas dendam kamu pulang tercapai," sahut Rafa.
"Iya kamu benar, aku akan semakin berusaha lagi dan tidak akan pernah mau kalah atau dikalahkan," ucap Maura yang semakin semangat.
Rafa hanya mengangguk saja.
"Dan aku juga minta maaf dengan sikapku yang pernah putus asa dan aku yakin pasti mengecewakan kamu," ucap Maura.
"Aku mengerti apa yang kamu rasakan. Jika mengalami kendala kamu bisa bicara padaku," ucap Rafa.
"Kamu baik sekali sudah membantuku begitu banyak," Maura terlihat tidak enak pada Rafa.
"Dari awal aku sudah ingin membantu kamu dan mana mungkin aku mengerjakan tanggung-tanggung," sahut Rafa. Maura mengangguk yang merasa lega dengan Rafa yang terus ada di sisinya.
"Baiklah! Kalau begitu aku harus pulang! Kamu istirahatlah! ini sudah malam," ucap Rafa. Maura menganggukkan kepalanya.
"Kamu pulang hati-hati," ucap Maura.
Rafa menganggukkan kepala, "selamat malam!" ucap Rafa yang membalikan tubuh yang pamit.
"Rafa tunggu!" cegah Maura membuat Rafa tidak jadi pergi.
"Ada apa?" tanya Rafa.
Maura semakin mendekati Rafa dan tiba-tiba dia berjinjit yang mencium pipi Rafa secara spontan. Hal itu mengejutkan Rafa dengan mata terbelalak. Entah apa yang di pikiran Maura dengan bibir itu yang menempel di pipi Rafa. Rafa juga terlihat kesulitan menelan salivanya.
Maura yang melepas ciuman itu dan kembali pada posisinya menutup mulutnya dengan wajahnya yang juga kaget. Dia sepertinya tidak sadar apa yang dia lakukan.
"Maaf aku tidak bermaksud!" Maura yang tiba-tiba kepanikan sendiri dengan hal spontan yang dia lakukan. Maura begitu gelisah dengan salah tingkah.
"Aisss Maura kau benar-benar bodoh! apa yang kau lakukan tadi," batin Maura yang kesal sendiri pada dirinya menyadari kesalahan. Dia tidak hentinya menggerutuki kebodohannya sendiri.
Sementara Rafa yang masih bengong mendapatkan kecupan itu dan dia juga bingung harus menanggapi apa.
"Rafa A--aku, aku benar-benar minta maaf dan sumpah aku tidak sengaja melakukan hal itu, aku hanya...." ucapnya terbata yang tidak mampu melanjutkan kalimat itu.
"Maura jika kamu benar-benar di bantu Rafa untuk membalaskan semua dendam kamu kepada adik dan ibu tirimu. Kamu harus membalas semuanya," kata-kata Ellin tiba-tiba saja teringat di dalam benak Maura.
"Bagaimana aku membalasnya?" tanya Maura.
"Kamu harus berikan sesuatu kepada Rafa yang membuat dia bisa semangat terus untuk membantu kamu," jawab Jesslyn.
"Seperti...." tanya Maura penasaran.
Ellin yang tiba-tiba memperagakan tangan pada pipinya seolah ciuman yang di lakukan di pipinya.
"Maksud kamu aku harus menciumnya?" tanya Maura begitu polosnya. Ellin mengangguk-anggukan kepalanya. Entah apa maksud Ellin harus mengatakan itu pada Maura.
"Itu mana mungkin, apa itu tidak lancang?" tanya Maura yang justru sangat aneh melakukan hal itu dan apalagi dia baru mengenal Rafa.
"Itu justru adalah hal yang harus kamu lakukan, agar Dia bisa bertambah semangat untuk membantu kamu," ucap Ellin yang memberikan saran dan betapa bodohnya marah yang malah memikirkan hal itu dan sekarang telah melakukan hal yang disarankan sahabatnya.
"Aisss kenapa aku tidak berpikir dulu sebelum melakukannya," Maura yang terbayang dengan semua itu semakin menyalahkan dirinya sendiri.
"Aku mohon kamu jangan marah dengan apa yang telah aku lakukan, aku benar-benar tidak bermaksud untuk melakukan!" ucap Maura dengan panik.
"Aissss!" Maura yang tidak tahu mengatakan apa-apa lagi langsung hendak pergi buru-buru. Tetapi tiba-tiba tangannya di tahan dan ditarik Rafa sampai menabrak dada bidang Rafa dengan wajah mereka berdua yang saling berdekatan sehingga terkikis jarak diantaranya.
Maura semakin kaget dengan mata terbuka lebar saat pria yang baru saja dia cium menatapnya sangat dalam dengan hembusan nafas keduanya yang saling menerpa. Rafa juga terlihat kesulitan menelan salivanya dan lengannya yang sudah berada di pinggang Maura dan semakin menarik Maura untuk lebih dekat kepadanya sehingga mereka berdua terlihat tanpa berjarak.
Tidak ada yang dikatakan Rafa selain menempelkan bibirnya pada Maura. Suara jantung Maura berdebar begitu kencang saat merasa kenyal pada bibir itu. Namun perlahan mata Maura terpejam.
Seakan mendapatkan izin dari Maura membuat Rafa memperdalam ciuman itu. Maura sama sekali tidak menolak dan tampak menurut saja dan menikmati ciuman itu dengan jantungnya yang sampai saat ini berdebar begitu kencang. Maura tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya sekarang ini.
Rafa dan Maura yang masih tetap saling berciuman di depan rumah dan tidak menyadari jika tempat itu adalah tempat umum dan siapapun bisa lewat tetapi untung saja tidak ada yang lewat sampai akhirnya ciuman itu selesai.
Dengan perlahan mereka melepas tautan bibir mereka berdua dengan mata yang sama-sama perlahan saling terbuka, tatapan mata mereka sama-sama sayu dan dengan hembusan nafas naik turun.
Tiba-tiba Maura mendorong Rafa sehingga membuat jarak diantara mereka berdua. Maura yang tiba-tiba salah tingkah dan tidak tahu mau mengatakan apa dan memilih berlari memasuki rumah meninggalkan Rafa yang masih saja mengatur nafas melihat kepergian Maura.
"CK!" Rafa berdecak dengan mendengung senyum miring melihat tingkah Maura yang tiba-tiba sangat menggemaskan.
Rafa tidak mengatakan apa-apa dan geleng-geleng kepala yang juga meninggalkan kediaman Maura.
Bruk.
Maura yang menutup pintu rumah dan bersandar di balik pintu dengan memegang dadanya yang bisa merasakan suara debaran jantung yang begitu kencang. Seperti terjadi perang dunia ke-3 di dalam hatinya sehingga suara ledakan itu semakin terdengar begitu kuat dan tidak normal.
"Apa yang terjadi barusan!" Maura seperti orang mimpi yang berusaha untuk menyadarkan diri sendiri.
Tangannya tiba-tiba memegang bibir yang masih basah itu, Maura memejamkan mata dengan menyerngitkan dahi yang mengingat jika memang benar dia dan Rafa baru saja mencium
"Astaga itu sungguh dan benar-benar tidak mimpi..."
"Aissss bagaimana ini..." Maura menghentakkan kakinya ke lantai yang tampak frustasi, bukan hanya itu wanita yang seperti cacing kepanasan itu juga mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Ini semua gara-gara Ellin seharusnya aku tidak mendengarkan apa yang dia katakan dan lihat Aku melakukan semua itu dan pasti dia berpikiran yang buruk kepadaku dan tadi .... tadi kami... Aisss Apa yang terjadi...."
"Argggghhh......" Maura gila sendiri yang membanting-banting tasnya ke dinding dan juga mengacak-ngacak rambutnya
Bersambung