Dokter Tampan Dan Gadis Arogan

Fauzan terdiam mendengar ucapan Cathleen. Bukan karena dia marah atau sakit hati karena perkataannya, melainkan karena dia berpikiran hal lainnya

"Seberapa besar kesulitanmu selama ini? Apa kamu sangat menderita sampai perhatian kecil seperti ini tidak bisa kamu terima?" Pikir Fauzan yang terus menatap wajah Cathleen

Tok tok tok

"Masuk!" Cathleen langsung menjawab ketika mendengar ketukan pintu dan mempersilahkan orang yang mengetuk pintu masuk ke dalam

"Permisi, barusan ada yang mengantarkan makanan kemari" Ujar Mery sambil membawa bungkusan makanan yang dipesan Fauzan

"Ya. Tolong bawa kemari! Barusan aku yang memesan makanan, karena kamu tidak mau aku ajak makan diluar" Jawab Fauzan dengan mendelik pada Cathleen

"Ini, aku juga memesankan untukmu" Fauzan meraih bungkusan makanan yang dibawa Mery kemudian dia menyerahkan satu bagian untuknya

"Ah terimakasih. Tapi ... anda ini siapa? Saya tidak mengenal anda sebelumnya. Apa rekan bisnis kita yang baru?" Mery bertanya dengan sedikit ragu kemudian menoleh pada Cathleen

"Mery, tidak usah hiraukan dia. Sebaiknya kamu kembali bekerja!" Cathleen bicara dengan sinis

"Ini sudah hampir jam makan siang, jadi tidak masalah kan kalau aku disini bersama kalian!" Kini Mery bicara dengan nada yang santai lalu duduk bersama Cathleen dan Fauzan

"Saya Fauzan … dulu saya dan Cathleen adalah teman lama sebelum dia pindah keluar negeri" Fauzan menerangkan dengan tenang dan senyum manis

Mery terus memperhatikan Cathleen yang tetap bersikap acuh tak acuh

"Akan sangat bagus jika Cathleen bisa dekat dengan orang lain selain aku. Mungkin dia tidak akan kesepian lagi dan bisa melupakan masa lalunya" Batin Mery berkata sambil terus menatap Cathleen

"Rupanya begitu. Saya Mery, asisten bu Cathleen saat dikantor dan satu-satunya sahabat yang dia miliki saat diluar kantor" Mery memperkenalkan dirinya dengan senyum yang ramah dan sopan

"Sudahlah, kalian saja yang makan. Aku masih banyak pekerjaan. Kalian ini menggangguku saja!" Cathleen beranjak dari sofa dan kembali duduk di kursi kerjanya

"Cepat kembali kemari dan makan dulu! Aku tidak mau sampai terjadi apa-apa padamu!" Ujar Mery dengan penuh perhatian  dan ketegasan. Usianya memang lebih tua dari Cathleen

"Aku benci saat kamu  bersikap seperti kakakku!" Gerutu Cathleen namun dia kembali duduk bersama Mery dan Fauzan

"O iya pak Fauzan, apa anda tidak bekerja? Ada perlu apa anda kemari? Sepertinya saya tidak mengatur janji temu untuk anda hari ini"  Tanya Mery dengan nada yang mendesak. Cathleen hanya diam dan bersikap acuh tak acuh. Dia sama sekali tidak mempedulikan apa yang dibicarakan Mery dan Fauzan

"Saya memang tidak memiliki janji. Saya hanya ingin memastikan keadaannya setelah kemarin dia terlibat dengan keributan" Fauzan menjelaskan dengan sangat tenang dan senyum tipisnya

"Jadi ... anda yang kemarin bersama Cathleen?" Tanya Mery dengan raut wajah penasaran

"Benar, kebetulan saya ada disana" Fauzan menjawab dengan senyum lembut

Mery dan Fauzan sesekali melirik Cathleen yang benar-benar mengabaikan mereka berdua. Dia tetap asyik dengan dokumen di tangannya sampai mengabaikan makanan yang ada dihadapannya juga.

Fauzan pun kembali memberikan perhatiannya melihat sikap Cathleen

"Sebaiknya kamu juga makan dulu! Aku sengaja memesan ini agar kamu bisa makan siang!" Fauzan menyodorkan sesendok makanan ke mulut Cathleen

"Hentikan! Aku bisa makan sendiri. Aku bukan anak kecil" Jawab Cathleen sinis dan meraih makanan itu lalu memakannya sendiri

"Aku heran, kemarin aku melihatmu berani melawan 3 pria itu. Kenapa sekarang kamu tidak berani melawan satu orang yang menamparmu?" Fauzan bertanya dengan nada yang sedikit mengejek, namun senyum manis tak luput dari bibirnya

"Jangan sok tahu. Kamu tidak mengerti apa-apa. Cukup makan saja makananmu!" Cathleen sama sekali tidak ingin menjawab apa yang ditanyakan Fauzan dan tetap serius dengan makanannya sendiri.

Fauzan semakin tak mengerti dengan Cathleen dan Mery hanya menatap Cathleen dengan penuh kesedihan

***

Sementara itu di bandara internasional, Nura sedang menjemput Mike. Dia adalah orang yang di cintai Nura dan juga teman Cathleen

"Kak Mike!" Teriak Nura memanggil Mike dengan melambaikan sebelah tangannya

"Nura!" Jawab Mike dengan senyum lembutnya.

"Kamu sudah lama disini?" Tanya Mike begitu dia mendekati Nura

"Tidak kak, aku belum lama sampai sini. Bagaimana perjalanan kakak?" Tanya Nura dengan senyum ceria

"Cukup melelahkan. Pesawatku tadi delay selama 1 jam" Keluh Mike pada Nura

"Ya sudah, lebih baik kita pergi dulu dari sini. Kakak lapar kan? Bagaimana kalau kita cari makan dulu?" Nura bicara dengan senyum lembut dan nada bicara yang ceria

"Bagaimana dengan Cathleen? kenapa dia tidak datang menjemputku?" Tanya Mike sambil berjalan keluar bandara bersama Nura

"Sepertinya kak Cathleen sedang sibuk. Aku sudah cukup lama tidak bertemu dengannya" Nura menjawab Mike tanpa menatap matanya langsung karena baru dua hari yang lalu mereka makan malam bersama

"Oh rupanya begitu" Mike tidak memperpanjang pembicaraan mengenai Cathleen dan mereka meninggalkan bandara untuk mencari restoran enak.

"Kak, kali ini berapa lama kak Mike akan berada disini?" Tanya Nura selagi mereka dalam perjalanan

"Kurasa kali ini aku akan menetap disini. Kantor yang disana sudah mulai beroperasi dengan normal dan sudah tidak perlu di awasi langsung lagi. Aku akan kembali bekerja disini" Mike menjawab dengan senyum lembut

"Benarkah? Aku senang mendengarnya, jadi kita bisa lebih sering menghabiskan waktu bersama" Ujar Nura dengan ceria. Mike hanya tersenyum menanggapi ucapannya

***

"Zan, apa yang kamu pikirkan? Kenapa kamu melamun begitu?" Ayah Fauzan bertanya dengan wajah heran, karena melihat putranya terus saja melamun di balkon dekat ruang keluarga

"Pah, menurut papa, apa kepribadian seseorang itu bisa berubah ketika dia dewasa?" Fauzan bertanya dengan sikap tenang dan tatapan penuh tanya pada sang ayah

"Menurut papa kepribadian seseorang itu tidak mungkin berubah, tapi mungkin ada faktor yang memaksa mereka untuk merubah kepribadiannya. Entah itu lingkungan sekitar atau mungkin dari pola pikir orang itu sendiri. Kenapa kamu menanyakan itu. Kamu seorang dokter, papa yakin kalau kamu juga bisa memikirkan jawaban dari pertanyaan mu" Papa Fauzan menjawab dengan lembut dan bijaksana

"Tidak papa pah. Aku hanya bingung saja, aku memiliki teman dan kami sudah lama sekali tidak bertemu. Yang aku ingat temanku itu memang tidak pandai bergaul dan cenderung pendiam. Tapi sekarang bukan cuma tidak pandai bergaul, dia itu seperti membatasi dirinya sendiri untuk dekat dengan orang lain. Dia seperti mendorong orang yang ingin dekat dengannya supaya menjauh darinya" Fauzan menjelaskan dengan raut wajah bingung

"Kalau begitu, sepertinya dia berusaha menyembunyikan tentang lukanya sendiri. Dia tidak ingin memiliki hubungan yang dekat dengan siapapun agar tidak ada yang tahu bagaimana dia sebenarnya. Dia berusaha menunjukkan kalau dia itu kuat dan tidak butuh orang lain" Ayah Fauzan kembali menjelaskan pendapatnya dan itu membuat Fauzan kembali berfikir mengenai masa lalu Cathleen yang dia dapat dari Jek

"Begitu ya pah? Jadi dia sengaja bersikap arogan dan memberontak untuk menyembunyikan kelemahannya?" Fauzan kembali menyimpulkan apa yang dikatakan sang ayah

"Papa rasa begitu. Karena biasanya orang yang berusaha menunjukkan kalau dia kuat adalah orang yang rapuh"