NovelToon NovelToon
IDIOT BUT LUCKY

IDIOT BUT LUCKY

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Hamil di luar nikah / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror
Popularitas:14.6k
Nilai: 5
Nama Author: diahps94

Tiga sejoli menghabiskan usia bersama, berguru mencari kekebalan tubuh, menjelajahi kuburan kala petang demi tercapainya angan. Sial datang pada malam ketujuh, malam puncak pencarian kesakitan. Diperdengarkan segala bentuk suara makhluk tak kasat mata, mereka tak gentar. Seonggok bayi merah berlumuran darah membuat lutut gemetar nyaris pingsan. Bayi yang merubah alur hidup ketiganya.

Mari ikuti kisah mereka 👻👻

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon diahps94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Rupa Cinta

"Jadi setelah pertemuan ku dengannya, aku kembali ke ibukota, lalu tak sampai satu bulan kemudian aku datang kembali, saat itu...."

Djiwa memotong ucapan Mahendra. "Apa kita cukup akrab, hingga kau terus bercerita tanpa memberi jeda?"

"Habisnya kau ku suruh cerita saat kau kecil tak mau, giliran aku yang cerita kau tak mau dengar, lalu bagaimana kita bisa saling kenal kalau terus saling mendiamkan?" Mahendra merayu Djiwa.

"Lagian orang nggk di dengerin, masih aja ngerocos kaya panci rombeng." Ejek Djiwa, dia sepertinya keliru membaca biografi Mahendra yang katanya penuh misterius dan pendiam, Mahendra tak kalah dari tukang sol sepatu di hadapan Djiwa.

"Sudah di bilang ini mengakrabkan diri, salah sendiri jadi anak ku, aku menyumbangkan darah di daging mu, makanya kau di sebut darah daging." Mahendra bicara santai dengan Djiwa, sepertinya jika di dekati perlahan dan penuh kelembutan tak akan mempan, jadi seperti ini lebih baik.

Djiwa mendengus, menatap tak suka ke arah Mahendra yang duduk di samping dirinya. "Aku juga donor darah di PMI, tapi tak semua orang jadi darah daging ku."

Mahendra cukup tertohok dengan ucapan putranya. "Itu beda lagi Djiwa, kau ini tak bisa menyangkal aku orangtua mu meski kau ke mahkamah agung."

"Kurang kerjaan sekali ke mahkamah agung, geser dulu coba, aku mau sarapan jadi sulit menelan kalau di lihat dan terus mendengar ceritamu yang tak ada artinya bagiku." Usir Djiwa terang-terangan.

"Santai saja aku memang mau pergi, aku harus mandi sebelum melakukan hal menyenangkan lainnya." Melenggang pergi, tapi sebelumnya menghadiahkan kecupan selamat pagi di kening Djiwa dengan penuh paksa.

"Yakkkk, kecoa tua, kecebong bunting, buntut kura-kura bogelllllllllll, aishh harus mandi air tujuh sumur ini." Djiwa mencak-mencak.

Kisruh antara bapak dan anak itu sudah dua hari lamanya berlangsung, sejak tinggal di villa Mahendra, tempat dulu Zalina mengandung Djiwa seperti tak ada batasan bagi keduanya saling melempar kata. Djiwa tak ingin tinggal disini, tapi iming-iming tahu rupa ibunya menjadikan ia amat tertarik. Ketertarikan itu tak mampu membuatnya setuju ikut menginap beberapa hari di vila. Sayangnya bagai anak terusir, Djiwa pulang sekolah dihadiahi satu koper besar semua perlengkapan hidup. Mahendra menjemput tanpa negosiasi, Djiwa di bawa begitu saja.

Teror pesan Djiwa kirimkan di grup keluarga di sepanjang perjalanan. Dia merasa jadi anak terbuang, belum lagi Mahendra mulai berani sentuh sana sini, Djiwa merasa risih. Sebagai bentuk kasih sayang balasan, Djiwa blokir semua akses keluarga untuk dapat menghubungi dirinya. Salah mereka macam-macam tanpa meminta pertimbangan dia sebagai korban. Jadi sekarang, mau tak mau dia bergantung hidup dengan Mahendra.

Bangunan mengusung tema rumah kayu modern, hampir serupa dengan yang ada di mimpi. Bedanya vila ini terawat dan tak seram seperti gambaran mimpinya. Djiwa memandang kagum, saat masuk ke vila pertama kali. Tapi hari ini hari ke tiga, sudah malas baginya untuk mengagumi saja, dia ingin tahu cerita tentang ibunya. Tapi dia benci mendengar cerita dari Mahendra. Konyolnya semenjak tahu Mahendra ayahnya, mimpi perihal Zalina tak lagi muncul. Ibunya seolah percaya kalau Mahendra pendongeng yang jujur, jadi tak perlu lagi cerita lewat mimpi.

"Halo om, itu anak kami gimana kabarnya ya?" Di seberang telpon Yanto bertanya cemas.

"Dia juga anak ku kalau kau lupa, dia baik saja, apa yang perlu di cemaskan dia bersama ayahnya." Mahendra menyahut sembari menata rambutnya yang setengah basah.

Dubrakk....dubrukkkk, terdengar orang berlari serampangan dari speaker ponsel. "Halo pak, ini Jarwo, aku ingin panggilan video bisa tidak, kangen udah di pucuk ini pak."

Mahendra nyengir, rindu di pucuk sudah seperti kebelet buang air kecil saja. "Sebentar ya pak, anaknya lagi makan, saya baru selesai mandi."

"Haduh pak, kok cucu saya baru di kasih makan jam segini toh ini udah jam delapan loh, kalau dia kurus pulang dari sana gimana?" Jarwo sudah susah payah memperjuangkan bobot Djiwa jangan sampai kering kerontang.

"Memang Djiwa biasa sarapan jam berapa pak." Pikir Mahendra sarapan jam delapan pagi masih normal.

"Djiwa biasnya makan jam setengah delapan, ini udah telat tiga puluh menitan." Keluh Jarwo.

Mahendra ingin menjitak Jarwo jika tak dosa. "Pak, hanya seling tiga puluh menit, tak masalah ku rasa."

"Sudah jangan banyak bicara kau, cepat bawa hape ke Djiwa!" Pekik Jarwo.

Mahendra bukan manusia yang bisa di suruh sesuka hati, orangtuanya harus menabung kebahagiaan anak lebih dulu agar Mahendra setuju untuk melakukan suatu hal. Orang terdekatnya hanya sekedar minta ambilkan tisu di depan mejanya saja tak berani. Bagaimana mungkin Mahendra patuh dengan Jarwo yang minta tolong dengan meninggikan suara. Turun ke lantai dasar dimana Djiwa makan di temani dengan pengurus vila. Sampai sana tak mendapati sang putra, menyisakan meja makan yang bersih dan tertata. Kemungkinan besar Djiwa sudah cukup lama meninggalkan meja makan.

Bertanya pada pengurus vila tak ada yang tahu, geram tentu saja. Mahendra membanting perkakas dan beberapa barang yang dapat ia jangkau guna memperingati kinerja pengurus. Mewanti-wanti, jangan sampai Djiwa ditinggal seorang diri, malah tak di dengarkan, bagaimana ia tak murka. Memutus hubungan, berjanji untuk menemukan Djiwa lebih dulu baru menelpon Kemabli Jarwo.

Memburu langkah, semua orang di kerahkan keliling vila tak menjumpai keberadaan Djiwa. Memutuskan untuk mencari ke danau, tak juga ada. Nyaris jungkir balik saat ingat kemungkinan putranya berada dimana. Tunggang-langgang, Mahendra melarang semua orang membuntuti dirinya, tapi tetap meminta melanjutkan pencarian Djiwa.

Pohon rindang yang amat besar, tak mampu ia rangkul dengan kedua tangannya. Pohon tua yang disisakan Mahendra, selama belasan tahun. "Mencariku?"

"Hoshh....hoshhh....hahh...kau....hah..." Mahendra tak dapat bersuara, sekarang dia lega, menjatuhkan diri di rerumputan yang ia taman di area bawah pohon, lantai merebahkan tubuh sembari mengembalikan pasokan oksigen.

Djiwa melihat dada Mahendra kembang-kempis, memberikan satu botol air mineral miliknya. "Minumlah."

Duduk terlebih dahulu, menerima uluran air mineral tersebut, menenggak sampai habis separuh. "Terimakasih."

"Cih, jangan senyum seperti itu, kah mengerikan." Cemooh Djiwa saat Mahendra melempar senyum tulusnya.

"Kau orang pertama yang menghina senyuman ku." Semua orang mendamba, anaknya mencela.

Djiwa melempar bokong, duduk di samping Mahendra. Mereka saling memunggungi, Djiwa menghadap tepat ke arah pohon besar. "Apa pohon ini saksinya?"

Mahendra membalik arah, menatap dari samping garis wajah putranya. "Hu'um, makanya hanya dia yang tak ku tebang, dan kuberi taman bunga, ibumu suka menanam bunga."

Djiwa menitikan airmata, sedari tadi mematung memandangi pohon tempat bersembunyi ibunya dari kejaran manusia yang menginginkan nyawanya, ia biasa saja, tapi saat Mahendra datang kesedihan itu membabi buta. "Bisakah kau tebang saja pohonnya, jangan biarkan luka ibu ku tertinggal di pohon ini, jangan beri kesempatan makhluk gaib meniru tragisnya ibu ku, mengulang kisah agar keramat."

"Aku tak membuatnya jadi keramat, aku hanya ingin saja pohon ini tetap jadi saksi, jika tak di dunia mungkin di akhirat nanti, tenang saja, aku jauh tak percaya hal gaib, makanya aku sempat tak yakin kau ada." Mahendra berkata jujur.

"Tapi ribuan makhluk kasat mata ada, memanfaatkan momentum darah ibuku yang terciprat ke kulit kayu pohon ini, sebaiknya cabut sampai ke akar, supaya tak ada korban jiwa kedepannya." Ungkap Djiwa, dia hanya bisa melihat samar, tapi energi jahat di pohon ini kian kental.

Merinding atas ucapan Djiwa, Mahendra menggeser bokongnya, mendekat ke sang putra. "Kau indigo?"

Djiwa melotot, orang terpandang ini bisa-bisanya tak suka hal mistis sampai mengalihkan pembicaraan. "Bukan aku Indomie."

Djiwa berdiri, lantas pergi begitu saja tanpa basa basi. Mahendra mengejar putranya. "Hei, tunggu aku, kenapa kau bisa santai meninggalkan ku saat sudah berucap yang gaib."

"Kalau aku tak salah dengar ada orang tak percaya hal gaib barusan, kalau tak percaya kenapa segala takut." Djiwa mempercepat langkah.

"Muka mu seperti orang benar saat bicara, aku jadi terbawa suasana, padahal untuk apa takut ini masih pagi segala rupa setan belum bangun." Elak Mahendra.

"Cepatlah, itu ada yang mengekor di belakang mu." Djiwa berdusta.

Mahendra menoleh ke belakang, cepat-cepat lari. "Aduh, aku harus mandi lagi ini."

"Hei bukankah tadi sudah mandi?" Seingat Djiwa Mahendra pamit mandi saat ia menyantap sajian pagi.

"Ada bocah ingusan hilang, buat aku pontang-panting mencari, aku berkeringat butuh mandi lagi." Ucap mahendra berlari.

Djiwa mencebik, kapan semua ini berakhir. Mahendra seperti tak punya kerjaan, terus mendekati sampai menculiknya ke vila. Janji hanya satu atau dua hari di pulangkan, sampai detik ini pun tak ada tanda-tanda itu. Padahal Djiwa ingin tahu banyak hal tentang ibunya, Mahendra sibuk mandi berulang. Djiwa meromet tanpa sadar ada sosok lain yang menyaksikan itu dengan seulas senyuman. Sosok yang lantas menghilang, tanpa bisa pamit.

Bersambung

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
aduhhhh djiwaaaaaa tolonginnnn
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
yaa alloh,,, knp jd kerasukan lagiiii...
mkny pakkkk dekatkan diri sama yg maha kuasa....
jd kasiannn sm C musdal🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
djiwa dipercaya 👍👍👍👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
gelang ny sayang ma djiwa
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
ya salammmm galauuuuu😂😂😂
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
ngareppp yaaa🤭🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
😱😱😱
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
waduh 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Memang kesurupan 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Setuju 🤫
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
klo tinggal di desa,,, bareng2...
koplak nyaa nularrr nnti😂😂😂
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
wajarrrrr
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
😂😂😂😂😂
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
diaa inget Zalina🤧
◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴹᴿˢ᭄°Ney Maniez🔮𝙎⃟𝙈
😂😂😂😂
lbh kyakkk yaaa,,,
bpk nyaa djiwa sultannn
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Itu ujian untukmu Djiwa, semoga kamu bisa menjaga amanah kiai 😁
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Ternyata Djiwa msh keturunan kiai 👍😍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Alhamdulillah ternyata gelangnya bisa melindungi Djiwa lg 😉
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Wow apa gelangnya hidup lg 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!