Season 2 Pengganti Mommy
Pernikahan Vijendra dan Sirta sudah berusia lima tahun lamanya, namun mereka belum dikaruniai momongan. Bukan karena salah satunya ada yang mandul, itu semua karena Sirta belum siap untuk hamil. Sirta ingin bebas dari anak, karena tidak mau tubuhnya rusak ketika ia hamil dan melahirkan.
Vi bertemu Ardini saat kekalutan melanda rumah tangganya. Ardini OB di kantor Vi. Kejadian panas itu bermula saat Vi meminum kopi yang Ardini buatkan hingga akhirnya Vi merenggut kesucian Ardini, dan Ardini hamil anak Vi.
Vi bertanggung jawab dengan menikahi Ardini, namun saat kandungan Ardini besar, Ardini pergi karena sebab tertentu. Lima tahun lamanya, mereka berpisah, dan akhirnya mereka dipertemukan kembali.
“Di mana anakku!”
“Tuan, maaf jangan mengganggu pekerjaanku!”
Akankah Vi bisa bertemu dengan anaknya? Dan, apakah Sirta yang menyebabkan Ardini menghilang tanpa pamit selama itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Sirta masih terus menunggu kabar dari Vi. Dari semalam Vi mendiaminya, apalagi saat Sirta pamit akan ke puncak untuk acara ulang tahun temannya, Vi nampak tidak suka.
“Kamu kenapa sih, Ta? Dari bangun tidur sampai siang gini kayaknya suntuk banget mukanya? Kenapa? Jatah uang dari Vi kurang? Atau apa? Sudahlah, kalau kurang nanti kan pulang bisa minta lagi?” ujar Keyla, teman Sirta.
“Huh ....” Sirta membuang napasnya dengan kasar, ia tidak tahu harus bicara atau tidak pada temannya itu perihal apa yang sedang ia rasakan saat ini, dan soal masalah dengan Vi, yang terus membahas soal anak.
“Kenapa, Ta? Cerita dong, jangan Cuma adegan ranjang saja yang diceritakan sama kami? Kita kan sudah saling tahu semuanya?” ucap Ralin.
“Vi itu lagi nuntut aku terus untuk memiliki anak. Sedangkan kalian tahu sendiri, kan? Aku ini gak mau punya anak, sama kayak kalian?” ucap Sirta kesal. “Pakai acara ngancem mau nikah lagi tahu!”
“Kalau aku sih, lebih milih suamiku cari perempuan lain, yang penting, aku gak repot, dan suami masih sama aku, ngasih uang aku,” ucap Keyla.
“Aku gak mau, Key. Vi hanya milikku!”
“Ya kalau suamimu gak nuntut kamu terus? Kalau terus-terusan nuntut, lalu diam-diam kawin lagi gimana? Mending dia pamit mau kawin lagi dong? Yang penting masih sama kita?”
Sirta mulai gelisah dan bimbang, dia tidak tahu harus bagaimana, tekadnya sudah bulat, dia tidak akan pernah mau memiliki anak!
“Sudah lah, Ta? Kita di sini mau happy, kenapa gitu sih? Kalau Vi benar mau kawin lagi ya sudah? Yang penting kamu bebas dari anak, gak melahirkan, gak hamil, gak urus anak? Biar Vi yang urus anaknya sama tuh perempuan, yang penting uang Vi terus mengalir ke dompetmu? Sudah gak usah mikir macam-macam, beib?” bujuk Ralin.
“Lin ... masalahnya aku tuh cinta banget sama Vi. Gak mau lah aku berbagi suami?”
“Lalu kamu mau hamil gitu?”
“Enggak mau lah! Aku gak mau hamil, Ralin!”
“Ya sudah gak usah ambil pusing, nanti pasti Vi mengerti, dan ada jalan keluarnya,” bujuk Ralin.
Sirta membuang napasnya dengan kasar, dia tidak tahu harus berbuat apa. Sekarang malah ponsel Vi tidak aktif lagi. Benar-benar membuat Sirta kesal. Menelefon ke Alex, ternyata Vi sedang menemui klien penting, tapi tanpa dirinya, karena di kantor juga ada rapat penting. Alex menggantikan rapat di kantor. Dan, itu hanya alasan Alex saja, supaya Sirta tidak curiga, padahal Alex tahu Vi sedang di mana. Jelas Vi sedang bersama Ardini, mereka sedang ke dokter kandungan, Vi dan Ardini sedang konsultasi masalah kehamilan Ardini.
“Vi sedang meeting dengan klien penting kata asistennya,” ucap Sirta lirih.
“Nah, kan? Jadi perempuan jangan nething, Beb? Sudah sih, suami kamu itu gila kerja, gak mungkin dia gila perempuan. Percaya padaku, dia gak mungkin begitu, dia itu cinta mati sama kamu, Sirta?” ucap Keyla.
“Ya, aku harus positif mikirnya. Yuk kita jalan-jalan,” ajak Sirta yang raut wajahnya sudah berubah menjadi sumringah lagi, setelah tahu kabar Vi dari Alex, padahal Alex berbohong padanya.
^^^
Vi dan Ardini sedang berada di dalam ruangan Dokter. Vi memilihkan dokter terbaik untuk Ardini, dan tentunya harus yang perempuan dokternya. Ia tidak rela Ardini disentuh-sentuh oleh dokter laki-laki, padahal dirinya menyentuh Ardini saja baru sekali, dan langsung jadi jabang bayi di perut Ardini.
Dokter Tessa mengoleskan gel di perut Ardini, lalu setelahnya menempelkan alat diperut Ardini, menggerakannya perlahan, dan memperlihatkan janin yang ada di dalam perut Ardini, di monitor.
“Bapak, Ibu, lihat ini janinnya. Detak jantungnya stabil, janinnya berkembang dan sehat. Usianya sudah masuk minggu ke enam,” jelas Dokter Tessa.
Vi hanya melongo sambil menganggukkan kepalanya saat Dokter Tessa bicara. Hati Vi bahagia bisa melihat janin di perut Ardini lewat monitor. Hal yang selama bertahun-tahun Vi inginkan, dan Vi rindukan. Adalah hal semacam ini, mengantarkan istrinya periksa ke dokter kandungan, dan melihat perkembangan bayi yang ada di dalam perut istrinya.
“Jadi anakku sehat di perut istriku, Dok?” tanya Vi.
“Iya, bayinya sehat, keadaan istri Bapak juga sehat, normal semuanya. Hanya saja, tetap harus hati-hati dan istirahat yang cukup ya, Bu. Jangan kecapekan,” tutur Dokter Tessa.
“Iya, Dok,” ucap Ardini.
“Tuh dengarkan kata Dokter, kamu harus istirahat yang cukup, jangan kecapekan, ya?” tutur Vi pada Ardini.
“Iya, Mas,” ucap Ardini.
“Tapi masak boleh kan, Dok? Nyapu rumah begitu? Beres-beres yang ringan? Gak mungkin saya diam saja, kan saya gak ngidam apa-apa, Dok?” tanya Ardini.
“Iya boleh, selama ibu sehat, gak ada yang dirasa apa-apa, boleh kok. Tapi ingat, kalau capek istirahat ya, Bu?” jelas Dokter Tessa.
“Baik, Dok,” ucap Ardini.
“Dok, kalau misalnya berhubungan bagaimana? Boleh, kah?” tanya Vi tanpa ragu, yang membuat wajah Ardini merona karena malu suaminya tanya begitu pada Dokter.
“Ehm ... boleh, kalau keadaan istri anda baik, dan ingat jangan sering, jangan kasar, harus dengan pelan, karena akan berdampak pada janinnya. Kalau bisa sih tahan dulu ya, Pak? Sampai kandungan istri bapak empat bulan. Tapi kalau tidak ada masalah dalam kandungannya, dan ibu sehat, boleh. Asal seperti yang saya katakan tadi,” jelas Dokter Tessa.
“Baik, Dok. Terima kasih atas penjelasannya,” ucap Vi.
Ardini benar-benar malu dan sangat risih karena Vi menanyakan hal tersebut pada dokter. Ia tidak menyangka, Vi benar-benar akan bertanya hal semacam itu, ia kira Vi tidak akan tanya, tapi nyatanya menanyakannya.
“Ini resep obat dan vitaminnya. Nanti diminum secara rutin sesuai petunjuk ya, Bu?”
“Baik, Dok,” jawab Ardini dan Vi bersamaan.
Setelah selesai menjalani pemeriksaan, Vi mengambil obat di ruang farmasi. Ia berjalan dengan mendorong kursi roda, karena Ardini disuruh Vi pakai kursi roda. Vi tidak mau Ardini capek, apalagi rumah sakit tersebut sangat luas.
Vi pulang, tapi sebelum pulang, Vi mengajak Ardini makan siang di luar lebih dulu. Vi sudah melakukan reservasi lebih dulu di ssebuah restoran, Alex yang membantunya. Alex menyiapkan tempat yang sesuai Vi inginkan, bahwa Vi ingin makan di ruangan VVIP, supaya tidak terganggu orang lain. Itu juga karena Vi tidak mau ketahuan oleh orang, kalau dia makan di luar dengan Ardini.
“Mas, kenapa mesti tanya begitu sama dokter sih?” tanya Ardini.
“Ya harus tanya dong? Kita ini suami-istri, suatu hari kita akan begitu, bukan?” jawab Vi.
“Ya tapi kita ini gak saling cinta, Mas?”
“Nanti akan terbiasa, Adin. Jadi, tolong mengertilah, aku ingin mengenalmu lebih dekat, aku ingin kita seperti suami istri yang normal. Oke, aku punya istri pertama, tapi kamu tahu sendiri bagaimana dia? Dikatakan bukan seorang istri, tapi nyatanya dia tercatat dalam catatan sipil sebagai istri saya? Dikatan seorang istri, tapi dia begitu. Gak pernah sekalipun mengerti aku, dan kamu tahu bagaimana lah,” ucap Vi.
“Mas, jangan jelek-jelekin istri mas, dosa!”
“Ih memang begitu kenyataannya, aku bilang apa adanya, gak ada yang aku tutupi, Adin?”