"Kak Zavin kenapa menciumku?"
"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku, Viola."
Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat Zavin berusia 9 tahun dan Viola berusia 5 tahun. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, tak disangka Zavin jatuh cinta pada Viola. Dia sangat posesif dan berusaha menjauhkan Viola dari pacar toxic-nya. Namun, hubungan keduanya semakin renggang setelah Viola menemukan ayah kandungnya.
Apakah akhirnya Zavin bisa mendapatkan cinta Viola dan mengubah status mereka dari kakak-adik menjadi suami-istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Baru saja Viola melangkah keluar dari rumah mewah itu, sebuah mobil hitam mengkilap sudah siap menunggunya. Seorang sopir, anak buah Victor, dengan sigap membuka pintu mobil dan mempersilakan Viola untuk masuk.
Viola hanya memandang mobil itu dengan perasaan campur aduk. Akankah mobil itu benar-benar akan mengantarnya sampai ke rumah?
"Biar dia mengantar kamu. Kamu tidak bawa uang dan ponsel, kan?" Suara Victor terdengar dari arah belakang.
Viola menoleh ke belakang dan hanya melihat Victor yang berdiri menatapnya dengan sorot mata yang sulit ditebak. Entah apa yang dipikirkan pria itu. Tapi Viola tahu, ia tidak punya pilihan lain. Tanpa sepatah kata pun, ia masuk ke dalam mobil.
"Nona, mau ke mana?" tanya sang sopir.
"Pulang saja," jawab Viola singkat. "Kamu tahu alamat rumah saya?"
"Tahu, Nona," balas sopir itu dengan tenang, seakan ia sudah tahu segalanya tentang hidup Viola.
Viola mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Pikiran-pikiran berputar di kepalanya. Andai saja ia tidak pernah berusaha mencari tahu tentang orang tua kandungnya, mungkin semua ini tak akan pernah terjadi. Mungkin ia bisa terus hidup dalam kebohongan yang nyaman. Tapi kini, kenyataan yang baru saja diketahuinya terasa begitu pahit.
"Kak Zavin gimana ya sekarang? Apa Kak Zavin sudah pulang?"
Perjalanan terasa begitu lambat, meskipun jalanan tampak kosong. Mobil akhirnya berhenti tepat di depan rumahnya. "Ternyata aku benar-benar diantar sampai rumah," gumam Viola dalam hati. "Tapi aku harus tetap hati-hati. Sepertinya Pak Victor merencanakan sesuatu."
Viola turun dari mobil dan melangkah cepat menuju halaman rumah. Matanya segera mencari-cari mobil Zavin, namun tak ada tanda-tanda kehadiran kakaknya. Mobil Zavin belum terparkir, berarti ia belum pulang. Viola menghela napas karena perasaan khawatir semakin membebani pikirannya.
Setelah memasuki rumah, langkahnya berhenti sejenak saat mendengar suara mamanya yang sedang berbicara di telepon.
"Zavin, kamu di mana? Papa sedang mencari kamu. Di kantor ada masalah .... Ya sudah, kalau Papa sudah menghubungi kamu." Suara mamanya terdengar cemas.
Viola mendekat dan duduk di samping mamanya. "Mama, ada masalah apa?" tanyanya, berharap mendapatkan penjelasan.
Zeva memandang putrinya sejenak, melihat wajah Viola yang tampak kelelahan. "Viola, kamu baru pulang? Kamu dari mana? Kelihatan capek sekali." Zeva mencoba mengalihkan topik, berusaha untuk tidak membuat Viola khawatir.
Namun Viola tidak mau dibohongi. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang disembunyikan. "Mama, ada masalah apa di kantor?" desaknya.
Zeva terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Tidak apa-apa, sudah diselesaikan oleh Papa dan Kak Zavin."
"Kak Zavin sekarang ada di kantor? Aku harus mengambil tasku."
Zeva tampak bingung. "Kenapa tas kamu ada di Zavin?"
"Nanti aku ceritakan, Ma." Tanpa menjelaskan lebih lanjut, Viola bangkit, mengambil kunci motornya, dan bergegas keluar rumah.
Ada sesuatu yang tidak beres, dan Viola tahu ia harus segera ke kantor. Firasatnya mengatakan semua ini pasti berhubungan dengannya.
***
"Zavin, kamu darimana saja?" tanya Arvin dengan keras. Ia duduk di sofa dengan kertas-kertas yang berserakan di atas meja dan juga layar laptop yang menunjukkan penurunan saham perusahaan.
Zavin hanya berjalan mendekat dengan langkah berat sebelum akhirnya duduk di sebelah papanya. Tatapannya tertuju pada layar laptop, matanya memperhatikan grafik yang menurun drastis. Angka-angka itu merosot tajam. “Kenapa tiba-tiba saham kita menurun drastis?” tanyanya.
“Banyak investor menarik saham mereka. Beberapa kerjasama penting juga dibatalkan sepihak,” jawab Arvin dengan helaan napas panjang di ujung kalimatnya.
“Apa ini ulah Victor Andreas?”
Arvin mengernyitkan dahi menatap Zavin. Dia tidak mengerti mengapa nama itu disebutkan Zavin. “Victor Andreas? Mengapa ia? Perusahaan kita dan perusahaannya bergerak di bidang yang berbeda."
Zavin menoleh dan menatap ayahnya dengan serius. “Pa, dia punya perusahaan software terbesar di negeri ini. Dia bisa dengan mudah memainkan saham dan menggerakkannya sesuka hati. Pengaruhnya di dunia bisnis sangat besar.”
“Papa tahu siapa Victor, tapi kenapa Victor Andreas ingin menghancurkan perusahaan kita? Apa yang dia inginkan?” tanya Arvin. Ia masih tidak mengerti apa yang dimaksud Zavin.
“Sebenarnya, dia ayah kandung Viola,” kata Zavin pelan.
Seketika Arvin melebarkan kedua matanya. “Ayah kandung Viola?” ulangnya, terkejut. “Darimana kamu tahu hal itu?”
Zavin menghela napas panjang. “Aku baru tahu, Pa. Tadi aku dan Viola mencoba mencari panti asuhan tempat Viola dititipkan karena Viola sudah ingat masa lalunya. Kita berhasil menemukannya, tapi ternyata ada yang mengikuti kita. Mereka mengaku anak buah Victor dan bilang jika Victor ayah kandung Viola.”
"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi? Sekarang Viola dimana?" tanya Arvin dengan keras. Ia sangat khawatir dengan Viola.
Zavin menundukkan kepala dan merasa bersalah. "Mereka menghajarku dan aku tidak bisa mencegah mereka membawa Viola. Aku akan mencarinya ke tempat Victor, tapi Papa memintaku ke sini."
Arvin membuang napas kasar. Amarahnya semakin meluap. "Kenapa kamu tidak bilang sejak awal! Victor itu sangat berbahaya! Kita harus segera mencari Viola! Viola lebih penting dari perusahaan ini!"
Mereka berdua berdiri dan memutar tubuh akan melangkah keluar dari ruangan itu, tapi berhenti saat melihat Viola berdiri di ambang pintu.
Viola menatap nanar mereka berdua. Ia sudah mendengar apa yang dikatakan Zavin pada papanya. “Jadi, perusahaan ini dapat masalah karena Pak Victor?”
Thanks Mbak Puput
Ditunggu karya selanjutnya ❤️
perjuangan cinta mereka berbuah manis...
Semoga cepat menghasilkan ya, Zavin
semoga cepat diberi momongan ya ..
udah hak Zavin...
😆😆😆
Siapa ya yang berniat jahat ke Viola?