Zafa tidak pernah menyangka, hidupnya yang mulai tertata harus direcoki oleh seorang gadis tengil yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya.
"Jangan panggil aku, Star jika aku tidak bisa mendapatkannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Undangan Dinner
Star memutuskan kembali ke unit apartemennya sendiri. Dia menulis memo untuk Zafa yang berisi ucapan terima kasih dan ajakan untuk dinner di apartemennya. Star bahkan mencatatkan kode pin apartemennya di memo itu.
Gila! Ya, dia memang sedang tergila-gila pada dosen tampan itu. Apalagi kejadian yang barusan terjadi adalah hal terpahit yang pernah Star rasakan. Lalu secara kebetulan Zafa yang ada di sana menyelamatkan Star.
Hal itu membuat Star semakin ingin memiliki Zafa dalam hidupnya. Hanya Zafa satu-satunya pria yang dia inginkan.
Zafa masuk ke dalam apartemennya. Dia mengedarkan pandangan dan tak mendapati Star ada di sana.
"Dasar tidak punya sopan," ujar Zafa. Dia duduk di sofa. Lalu matanya tanpa sengaja melihat memo yang menempel di meja. Zafa mengambilnya.
Thank you for being my Hero. Datanglah ke apartemenku pukul 7 nanti. Apartemenku dua unit dari tempatmu berada saat ini. Pin nya xxxxxx kau bisa langsung masuk. Aku harap kau mau datang sebagai ucapan terima kasihku.
From : Starlight ❤
Zafa menatap tulisan tangan Star yang begitu rapi, tapi sayangnya Zafa tak berniat untuk datang. Dia sedang tidak ingin menjalin hubungan apapun dengan seorang wanita meski itu hanya sebuah pertemanan.
Zafa yang sesungguhnya memiliki hati yang tulus dan penyayang memilih untuk tidak terlibat lagi dengan yang namanya wanita. Rasa dikecewakan 2 kali oleh orang yang dicintainya membuat Zafa masih enggan membuka dirinya sampai sekarang.
Star sudah memasak beberapa menu. Entah Zafa akan suka atau tidak, tapi dia menyiapkan semuanya dengan sempurna.
Star memakai baju yang menurutnya cukup feminim meski sebenarnya dia tak suka bergaya seperti itu. Star melihat jam tangannya, sudah pukul 7 lebih 15 menit, tapi pria yang ditunggunya tak kunjung datang.
Star menunggu, meski hatinya sedikit kecewa. Akan tetapi dia masih berharap Zafa akan datang meskipun terlambat.
Perut Star berbunyi. Dia bahkan melewatkan makan siang demi menyiapkan dinner kali ini. Star menatap hidangan yang dia siapkan di meja makan. Lilin yang tadinya menjulang tinggi kini hanya tinggal separuh.
Star tersenyum kecut. Sepertinya dia terlalu berharap pada dosen tampannya itu, tapi dia tak akan menyerah. Star memasukkan masakan buatannya ke dalam wadah.
Dia menarik napasnya berkali-kali karena matanya mulai terasa panas. Hari ini rasa sakit di hatinya semakin terasa. Baru sehari saja sudah begini rasanya.
"Ayo, Star. Kau pasti bisa menaklukkan si beruang kutub itu."
Star tersenyum dan lalu keluar kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul 8. Star mengetuk pintu apartemen Zafa.
Cukup lama Star berdiri di depan pintu dan mengetuk. Buku-buku jarinya bahkan memerah karena terlalu sering mengetuk pintu itu.
Sementara itu, Zafa yang baru mandi merasa terganggu dengan suara ketukan pintu itu. Dia berdecak kesal. Zafa tahu pasti siapa yang berada di depan pintu apartemennya.
Dengan malas Zafa membuka pintunya. "Ada apa?" ketus Zafa.
"Kau tidak membaca pesan yang aku tulis?"
"Aku membacanya, tapi aku sibuk," ujar Zafa. Star tersenyum dan menyodorkan paperbag yang ada dalam genggamannya.
"Aku tidak terbiasa membuang-buang makanan. Ini makanlah. Aku yang memasaknya sendiri. Ku harap kau menyukainya."
Zafa mengambil paperbag itu. Star lagi-lagi tersenyum karena Zafa mau menerima makanan buatannya.
"Selamat menikmati. Maaf aku mengganggu." Star langsung berbalik menuju unit apartemennya. Zafa masih terpaku di depan pintu. Dia bisa melihat sorot kesedihan di mata Star meski bibirnya mengukir senyum.
Tapi Zafa tetap tidak mau memberi harapan palsu pada Star. Karena sampai kapan pun Zafa tidak akan membuka pintu hatinya untuk wanita mana pun.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hayooo... ngaku gaess 😂😂