Kisah perjuangan seorang anak manusia yang berusaha bangkit meskipun dunia tidak menghendakinya.
Kelahirannya dianggap pembawa sial dan bala bencana bagi keluarga nya,ibunya meninggal saat melahirkannya,dan sang ayah yang sangat mencintai istrinya itu,menganggap sang anaklah pembunuh istrinya,sehingga memendam dendam kesumat luar biasa.
Dengan berbagai tekanan dan siksaan,dia berusaha bangkit melawan takdir nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kutukan Lembah Keramat
Dewi Teratai putih berbicara panjang lebar kepada Shin Liong ,dia tahu bocah itu masih terlalu hijau,tetapi takdir sudah menentukan dan sumpah dari para leluhur nya dahulu tidak bisa dianggap enteng,karena semua kerabat nya musnah justru karena sumpah leluhur nya itu.
"Ketahuilah,aku dan kamu sama, kita sama sama cuma bisa menerima takdir yang sudah menimpa diri kita, tanpa kita bisa memilih ataupun berkehendak sendiri,nikmati saja takdir yang sudah di tentukan betapapun bentuk nya dak kita akan merasa ringan menjalan kan nya,tetapi bila ada rasa keterpaksaan,maka betapapun ringan nya takdir itu,selalu terasa berat bagi kita!" kata Dewi Teratai putih yang jauh lebih tua memberikan petuah serta nasihat nasihat kepada sang suami kecil nya itu.
"Duduklah Shin Liong di depan ku!" perintah Dewi Teratai putih kepada Shin Liong.
Shin Liong tidak lagi membahas perkataan dari Dewi Teratai putih,tetapi langsung duduk di hadapan Dewi nan cantik jelita itu.
Dewi Teratai putih menempelkan kedua tangan nya di dada Shin Liong serta mengalirkan hawa murni kedalam tubuh Shin Liong.
Shin Liong merasa ada hawa panas masuk kedalam tubuh nya lalu berputar putar di dalam perut nya,lantas naik ke tenggorokan nya.
"Hoek!".
Akhirnya Shin Liong memuntahkan beberapa gumpal darah ke hitam hitaman dan ber bau agak busuk.
"Kau tahu, pukulan api iblis itu selain berhawa panas,juga mengandung racun yang jahat,kini kau sudah terbebas dari racun pukulan api iblis itu" kata Dewi Teratai putih sambil memijit pelipis Shin Liong .
Dewi Teratai putih keluar dari ruangan itu beberapa saat,lalu kembali dengan secawan ramuan obat yang sudah di sedih dengan air panas.
"Ini minum lah agar organ dalam mu benar benar bersih dari sisa sisa racun itu"kata Dewi Teratai putih sambil menyodorkan secawan ramuan obat.
Tidak lagi banyak membahas,Shin Liong langsung meneguk ramuan yang terasa pahit itu hingga habis sama sekali.
"Ceritakan kepada ku siapa diri mu sebenar nya, dan dari mana asal mu!"kata Dewi Teratai putih mengajak Shin Liong mengobrol.
Shin Liong tidak langsung menjawab perkataan dari Dewi Teratai putih itu,tetapi memandang kearah langit dahulu,se olah olah meminta kekuatan kepada penguasa langit.
"Kelahiran ku tidak di kehendaki dunia,ibu ku meninggal saat melahirkan aku, dan karena itu,ayah ku sangat membenci diri ku yang menjadi penyebab meninggal nya ibu ku, semenjak kecil,aku tidak pernah merasakan kebahagiaan sebagai mana anak anak yang lain,tetapi penderitaan dan siksaan yang selalu ku rasakan setiap waktu, hingga tidak ada lagi kulit ku yang utuh dari bekas luka deraan semua nya" kata Shin Liong sambil melepaskan baju nya dan memperlihatkan bekas luka membalur di sekujur tubuh nya.
Dewi Teratai putih menarik nafas dalam-dalam,ternyata penderitaan manusia yang menjadi teman hidup nya ini sungguh luar biasa,sehingga sekujur tubuh nya penuh dengan bekas luka luka akibat siksaan.
Shin Liong menceritakan semua kisah hidup nya kepada wanita cantik yang kini tiba tiba saja sudah menjadi istri nya itu.
Serasa ada ketidak percayaan di dalam hati nya dengan kisah hidup nya kali ini,baru saja tadi pagi dia berjalan jalan sendirian,kini sudah menjadi seorang suami dari seorang Dewi yang cantik jelita itu.
Shin Liong juga masih bingung dengan tugas dan kewajiban sebagai seorang suami.
Setelah meminum ramuan obat yang diseduh oleh Dewi Teratai putih, Shin Liong merasa nafas nya semakin lega,dan tenaga dalam nya kembali terhimpun seperti sedia kala.
Dewi Teratai putih bangkit berdiri, "aku akan memasak makanan untuk kita,kalau kau mau, kau boleh membantu ku!"...
"Baiklah Dewi,aku akan membantu mu memasak makanan" Shin Liong melangkah mengikuti di belakang Dewi Teratai putih.
Selain bangunan utama yang menempel ke dinding tebing batu tempat altar persembahyangan berada, agak ketimur dari telaga berair hangat itu ada sebuah bangunan tidak terlalu besar, namun sangat indah seperti sebuah istana peri saja layak nya.
Di depan istana kecil ini terdapat taman bunga ber aneka warna, di selingi dengan pohon pir yang sedang berbuah.
Sedangkan di pinggir telaga,tumbuh pohon sakura me rimbun bunga,hingga daun daun nya tidak lagi nampak.
Dewi Teratai putih memasuki bangunan itu, di ikuti oleh Shin Liong yang berjalan di belakang nya.
"Apakah Dewi terkurung di tempat ini dan tidak bisa keluar selama nya?" tanya Shin Liong memulai percakapan mereka.
Dewi Teratai putih menoleh kearah Shin Liong lantas tersenyum manis, "tentu saja tidak, aku sering keluar dan bertemu dengan manusia lain nya, tetapi mereka tidak menyadari nya, aku sering pergi ke kota Li Cuan,bahkan ke kota kota lain nya juga pernah,tetapi tidak seorang pun yang menyadari kehadiran ku di tengah mereka, seperti manusia lain nya,aku juga perlu berbelanja di kota, membeli keperluan hidup ku sendiri, semenjak ibu dan ayah meninggalkan aku beberapa tahun yang lalu, aku juga seperti diri mu, harus bisa mengurusi keperluan hidup ku sendiri Shin Liong, karena tidak ada lagi yang dapat membantu ku, selain diri ku sendiri"...
"Tetapi bukan kah murid murid mu banyak,hingga ratusan jumlah nya,kenapa tidak minta bantuan mereka ?" tanya Shin Liong tidak mengerti.
"Satu tradisi di perguruan Teratai putih semenjak dahulu kala adalah sang guru besar tidak pernah di lihat dan di ketahui oleh murid murid lain nya, bila ada murid murid yang mencoba melanggar ketentuan itu, atau secara sembunyi sembunyi ingin mengetahui sang guru besar nya,maka nyawa nya akan hilang karena kutukan dari leluhur,dan itu sudah sering terjadi di sini,sehingga tidak ada lagi murid murid yang berani mencoba coba kembali!" kata Dewi Teratai putih.
Mereka tiba di ruangan dapur dari istana kecil itu.
Sebuah pintu keluar menuju halaman belakang, yang ternyata penuh dengan berbagai sayur sayuran dan tanaman lain nya,seperti singkong,pisang,talas, ketela pohon,dan lain lain.
Beberapa ayam,itik dan kelinci berkeliaran di sekitar halaman belakang itu.
Sebenar nya dasar jurang itu lumayan cukup luas di kelilingi oleh dinding batu, sehingga agak tersembunyi dari pandangan orang luar.
Memang banyak para pendekar yang datang, baik terang terangan, maupun sembunyi sembunyi, yang penasaran, dengan kabar kecantikan Dewi Teratai putih itu,tetapi tidak ada satupun yang berhasil melihat wujud penampakan sesungguh nya dari Dewi Teratai putih, yang ada beberapa dari mereka malah tewas, karena Dewi tercantik itu seperti di lindungi oleh satu kekuatan tak kasat mata.
Meskipun seorang Dewi, namun karena terbiasa hidup mandiri, maka Dewi Teratai putih tidak lah canggung bekerja di dapur, seperti wanita lain nya.
Shin Liong juga mengeluarkan semua daging asap persediaan sebagai bekal nya dalam perjalanan yang masih tersisa.
Dengan cekatan, Dewi Teratai putih memotong motong daging asap itu menjadi kecil kecil.
"Maukah kau mengambil kan wortel dan kentang untuk ku?" tanya Dewi Teratai putih pada Shin Liong.
Shin Liong tidak bereaksi,tetapi di berdiri bingung.
"Kenapa kau masih berdiri di situ?, apakah kau keberatan mengambilkan untuk ku wortel dan kentang?" tanya Dewi Teratai putih lagi.
Shin Liong buru buru menggelengkan kepala nya, "tidak, tidak, Dewi, tetapi aku tidak mengerti benda apa yang kau suruh aku mengambilkan untuk mu, kau tahu aku hidup di hutan sendirian,mana benda seperti itu pernah ku dengar,bisakah kau tunjukan kepada ku Dewi,apakah benda yang kau maksud kan?" Shin Liong balik bertanya.
Setelah menatap wajah lugu sang suami kecil nya itu beberapa saat, Dewi Teratai putih pun akhir nya tertawa geli, "kau benar Shin Liong, aku yang bodoh, kesini lah, akan aku tunjukan apa itu kentang dan apa itu wortel, kedua nya merupakan sayuran yang bisa ditanam" ...
Dewi Teratai putih berjalan keluar dari ruangan dapur itu lewat pintu belakang, di ikuti oleh Shin Liong di belakang nya.
"Nah ini singkong,dan ini ubi jalar,sedangkan ini wortel dan ini kentang, kau bisa mencabut dan mengambil umbi nya untuk di makan"kata Dewi Teratai putih sambil menunjuk beberapa tanaman.
"Kalau singkong aku tahu Dewi, aku dan kakek ku banyak menanam nya di sekitar pondok kami dulu" kata Shin Liong sambil mencabut wortel beberapa buah dan kentang beberapa buah pula.
Selesai mengambil wortel dan kentang, mereka kembali ke dapur.
Tanpa terlihat canggung sedikit pun, Dewi Teratai putih mengerjakan pekerjaan nya di dapur.
Selesai memasak,mereka berdua makan bersama di ruang makan.
Sambil makan, Dewi Teratai putih menatap ke arah Shin Liong ,wajah nya tersipu merah,namun dihati nya terasa ada bunga bunga yang sedang bermekaran, seperti mekar nya bunga sakura di tepi telaga.
"Meskipun wajah dan tubuh nya seperti itu, tetapi aku bahagia, sang maha kuasa memberi ku teman yang lugu,jujur dan polos, bukan nya yang licik dan serakah" kata batin Dewi Teratai putih sambil terus memperhatikan Shin Liong yang makan dengan lahap nya.
Selesai makan dan membersihkan peralatan makan mereka berdua, mereka duduk duduk di teras depan istana kecil itu.
"Maukah kau kuberi sebutir pil Shin Liong ?" tanya Dewi Teratai putih ketika mereka sudah duduk.
"Pil?, pil apakah itu Dewi, aku merasa sudah sehat" kata Shin Liong heran.
"Ini pil Dewa nama nya, bisa untuk menambah energi positif mu,agar kau cepat menghimpun hawa murni,dan bisa naik tingkat kultivasi mu" kata Dewi Teratai putih menjelas kan.
"Aku akan selalu percaya kepada mu,baiklah Dewi,aku mau" jawab Shin Liong sambil menadahkan tangan nya.
"Kemari lah Shin Liong, dan duduklah diatas batu berwarna hijau itu!" kata Dewi Teratai putih sambil menunjuk ke sebuah batu besar berwarna hijau yang berada tepat di sisi telaga.
Shin Liong melangkah mengikuti Dewi Teratai putih,lalu duduk bersila diatas batu giok berwarna hijau itu.
"Telan lah pil Dewa itu, dan atur pernafasan mu,terus lakukan hingga daya pil Dewa itu habis"perintah Dewi teratai putih kepada Shin Liong.
Shin Liong segera menelan pil Dewa pemberian dari Dewi Teratai putih itu.
Pil itu berbentuk bulat seperti kelereng,namun besar nya cuma sebesar biji kacang,berwarna putih berkilau serta berbau harum.
Setelah menelan pil Dewa itu,Shin Liong duduk bersila diatas batu giok berwarna hijau itu.
Tiba tiba Shin Liong merasa ada aliran arus yang sangat besar keluar dari batu giok hijau itu,merambat lewat kaki nya, dan terus masuk ke dalam tubuh nya.
Hawa murni itu mengalir seperti sebuah bendungan yang baru di buka aliran air nya.
Energi murni dari alam yang tersedot oleh batu giok hijau itu selama jutaan tahun,kini dengan deras nya memasuki tubuh Shin Liong.
...****************...
Dari sekian banyak cerita, baru kali ini aku menemukan cerita yang sangat buruk seperti ini, baik cerita di Novel Toon maupun di Fizzo Novel, cerita ini adalah yang paling buruk.
Mulai dari terjemahannya dan juga kata-katanya sangat buruk.