Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Tak ada yang bisa Lara lakukan selain menyelesaikan pekerjaan yang baru saja Farah serahkan padanya. Sebenarnya Lara tidak perlu melakukan itu mengingat kondisi kesehatannya yang semakin memburuk setiap harinya.
Penurunan ini terjadi tak lama setelah keberangkatan Ibra kemarin. Bahkan Farah sampai harus memanggil dokter untuk datang ke rumah mewah ini begitu menemukan sang atasan yang sudah tak sadarkan diri di kamar sana.
"Produk yang untuk kulit sensitif apa sudah dilakukan pemeriksaan?" Semua dokumen sudah selesai Lara baca dan ia bubuhkan tandatangan, lalu selanjutnya ia menanyakan beberapa hal penting pada Farah.
"Sudah, Bu. Hasil labnya akan keluar besok." Anggukan pelan Lara berikan menandakan kalau dirinya puas dengan informasi tersebut.
"Mana laporan dari Asher?" Masalah pekerjaan sudah beres, sekarang Lara bertanya mengenai suaminya di negara orang sana.
"Belum ada, Bu. Sepertinya mereka masih melakukan pertemuan dengan orang-orang penting." Sesibuk itukah suaminya selama di Jepang sampai informasi yang Lara minta dari Asher belum kunjung tiba?
Keberangkatan Ibra dan Ayuna ke Jepang memang terjadi atas persetujuan Lara, tetapi ia tidak lepas tangan begitu saja. Wanita itu meminta Asher untuk terus memberikan laporan setiap harinya mengenai perkembangan hubungan antara Ibra dan Ayuna.
Kemarin Asher mengatakan kalau Ibra sudah sedikit menjadi lebih baik pada Ayuna dan itu tentu saja membuat Lara sangat lega. Karena itu artinya keinginan Lara akan segera terwujud.
"Lara, kenapa kamu nggak ngasih tau ke Mami kalo Ibra ke Jepang?" Rasa bahagia yang tadi menyeruak di dalam hati Lara langsung menghilang begitu rungunya menangkap suara yang begitu nyaring.
Saat ini di depannya sedang berdiri seorang wanita paruh baya yang nampak begitu kesal. Lihat saja itu, kedua alisnya sampai menukik dengan sangat tajam saking kesalnya.
"Bisa-bisanya dia pergi gitu aja disaat istrinya lagi drop kaya gini, suami macam apa dia itu?" Hah, di hari yang mendung ini pun Lara masih harus mendengar keributan yang berasal dari Ibu kandungnya sendiri.
"Ya kan Mas Ibra ke Jepang juga buat kerja, Mi." Imelda lantas mendecih tidak suka dengan jawaban yang Lara berikan padanya.
"Memangnya dia nggak bisa gitu kerja dari sini aja? Gila si Ibra itu, istrinya lagi sakit tapi malah ditinggal terus." Kalau boleh jujur, Lara sangat tidak suka kalau ada orang lain yang memandangnya dengan penuh rasa kasihan. Siapa pun itu, termasuk keluarganya sendiri.
"Mi, Mas Ibra itu sebenarnya juga nggak mau pergi. Tapi aku paksa, aku juga udah baik-baik aja kok sekarang. Udah bisa kerja juga nih lihat." Sepertinya rasa kesal Imelda sudah sangat memuncak sampai ia tak mau lagi menatap ke arah putri semata wayangnya itu.
"Mami nggak lupa kan kalo Mas Ibra juga punya perusahaan sendiri, ada banyak banget karyawan di bawah tanggung jawabnya Mas Ibra." Mana bisa Imelda lupa dengan hal itu, karena itu jugalah Imelda mengizinkan Lara menikah dengan Ibra.
Namun sepertinya sekarang Imelda menyesal, apalagi setelah ia tahu kalau Lara mengidap penyakit yang parah. Imelda terkadang merasa marah pada Ibra yang kerap kali berpergian ke luar kota maupun luar negeri, meninggalkan Lara di rumah.
Tanpa Imelda ketahui kalau sebenarnya Lara lah orang yang terus memaksa suaminya itu agar tetap bekerja seperti biasanya dan mengatakan kalau dirinya akan baik-baik saja di rumah mereka.
"Udah lah Mi, nggak usah bahas-bahas ini lagi. Setiap Mas Ibra ada keperluan kerjaan keluar, dia pasti minta izin dulu ke aku." Mari sudahi pembahasan ini karena Lara tidak mau kalau emosinya sampai tersulut.
Hah, padahal sejak pagi tadi suasana hatinya sangat baik. Tetapi sepertinya sekarang sudah tidak lagi, tepatnya setelah kedatangan Maminya yang tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.
Belum lagi nanti Lara harus bersiap mendengar banyak sekali ceramah dari Imelda tentang kelakuan Ibra yang buruk menurut dirinya. Ingin mengusir tapi Lara tidak mau dicap sebagai anak yang durhaka.
......................
Hari keempat di Jepang, namun kali ini Ibra tidak sedang berada di Tokyo. Memang ada dua kota yang harus ia datangi di negara yang terkenal dengan makanan mentahnya ini.
Yang kali ini ia berada di kota Sapporo yang ternyata sedang dihujani oleh salju yang sangat lebat, katanya lebih lebat dari tahun-tahun yang sebelumnya.
Beruntung ia membawa banyak pakaian tebal, begitu juga dengan Ayuna yang memang dibekali pakaian tebal oleh Lara.
Sekarang Ibra tengah mendengarkan salah satu koleganya menjelaskan apa saja yang akan ia butuhkan dari perusahaannya Ibra. Tentu saja Ibra tidak bisa memahaminya karena orang itu menggunakan bahasa Jepang, untuk itulah Ibra menyewa penerjemah.
"Tentu saja kami bisa melakukannya, anda tidak perlu khawatir." Senyuman tidak lupa ia berikan sembari menunggu sang penerjemah menerjemah menyampaikan perkataannya.
"Saya senang bisa melakukan kerjasama ini, semoga perusahaan anda bisa menyokong perusahaan kami dengan kokoh." Ibra merasa sangat bahagia jika koleganya merasa senang karena itu menunjukkan kalau perusahaannya telah bekerja dengan sangat baik.
"Tuan, saya harap anda bersedia untuk ikut dalam pesta kecil-kecilan yang akan saya adakan di akhir pekan nanti." Pesta? Mungkin Ibra akan menyanggupinya, karena saat itu ia juga masih berada di Jepang.
"Tentu saja saya akan datang." Senyuman dari lawan bicara Ibra sangatlah lebar sampai-sampai membuat kedua matanya menghilang.
Waktu terus bergulir hingga akhirnya mereka tiba di ujung perjumpaan. Setelah membahas banyak hal, pertemuan ini diakhiri dengan jabatan tangan yang diiringi juga dengan senyuman dari masing-masing pihak.
Ibra juga telah mendapatkan kartu undangan dari koleganya itu. Beliau mengatakan kalau ia harus membawa kartu ini agar bisa memasuki aula pesta nantinya.
"Kita pulang sekarang, Pak?" Pertanyaan itu langsung Asher luncurkan saat mereka baru saja berpisah dengan si penerjemah tadi.
"Iya, saya mau langsung istirahat saja di hotel." Dengan begitu keduanya langsung memasuki mobil yang sejak tadi sudah menunggu di depan sana.
"Apa Ayuna pergi keluar hari ini?" Tadi pagi Ayuna memang tidak mengatakan apa pun sebelum mereka berpisah, tapi bisa saja gadis itu menyampaikan sesuatu pada Asher.
"Iya, Pak. Ayuna mengatakan kalau dia akan pergi ke beberapa tempat yang tidak jauh." Ada satu hal yang tidak bisa Ibra mengerti.
Kenapa Ayuna tidak langsung mengirimkan pesan ke nomor Ibra alih-alih mengirimkannya pada Asher? Ibra juga sudah memberikan nomor ponselnya pada gadis itu sebelum keberangkatan mereka.
Apa mungkin Ayuna masih merasa segan dengan Ibra? Atau mungkin ia tidak berani mengganggu karena ia tahu jika Ibra akan sangat sibuk selama berada di sini? Entahlah, Ibra juga tidak bisa menerka jawaban mana yang benar.
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/