NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:43.2k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dengan Caraku

💐💐💐

Tangan Divi tidak jadi membuka pintu kamar VIP sang ayah setelah mendengar pembicaraan dari dalam yang membuat bibir Divi tersenyum senang. Pria itu menguping pembicaraan Marta dan Shanum yang kini tengah membahas hubungan mereka yang diinginkan Marta kembali seperti sebelumnya. Pria paruh baya itu tengah berusaha membujuk Shanum untuk kembali menerima Divi sebagai suaminya. 

“Dia itu pria yang baik. Dia hanya terlalu bodoh saat itu dan kamu juga tidak terbuka padanya. Anggap saja kami yang salah, kalian hanya korban. Toh, kenyataannya juga begitu,” kata Marta yang duduk bersandar di kepala ranjang rumah sakit yang ditidurinya. 

Tidak sengaja Divi mendorong pintu itu yang membawa tubuhnya masuk dan membuat mereka yang ada di dalam kamar itu menjadi kaget.

“Hehehe … Pa.” Divi menyapa dengan tawa ringan yang terdengar cengengesan. 

“Maaf dokter, kalau begitu saya pergi,” ucap Shanum, berusaha menghindari Divi dengan meninggalkan kamar itu. 

Namun, Divi menahan aksi Shanum dengan menggenggam tangan kanan wanita itu, lalu tangan lain menyodorkan buket bunga di kepada Shanum dengan menunjukkan wajah memelas. 

“Kita perbaiki hubungan kita lagi ya?” tanya Divi, berharap Shanum mengambil buket bunga itu yang akan menandakan dirinya ditolak maupun diterima. 

Sejenak Shanum diam dalam beban pikirannya sambil menatap buket bunga itu dengan raut wajah bingung. Tangannya dilepaskan Shanum dari tangan Divi dan melanjutkan langkahnya meninggalkan kamar itu tanpa menyentuh bunga tersebut. 

Ekspresi Divi yang sedikit menaruh harapan mulai terlihat kecewa. Pria itu menolehkan ke belakang, menatap sang ayah dengan senyuman palsu. 

“Mungkin dia masih trauma,” ucap Divi dan meninggalkan kamar itu dalam kemurungan. 

Marta merasa kasihan melihat dan menyadari perasaan sedih anaknya itu. Namun, ia juga tahu tidak bisa memaksa Shanum dan mengerti dengan situasi dan perasaan wanita itu. 

“Tunggu!” Divi kembali menahan Shanum di koridor, masih di lantai yang sama, di mana kamar Marta berada. 

“Kenapa? Bukankah kamu akan memberikan jawabannya sekarang?”

“Iya. Aku sudah memberikan jawabannya.”

“Kamu menolak ajakanku kembali bersama?” 

“Benar. Mengaitkan masa lalu dalam hidupku hanya akan membawaku ke dalam jurang masalah. Lima tahun aku hidup tanpa sangkut paut dengan dirimu, semua baik-baik saja. Jadi, tolong menjauh dariku.” Shanum melepaskan tangan Divi dari pergelangan tangannya, lalu lanjut berjalan menuju lift, meninggalkan kekecewaan di hati Divi yang masih berdiri di posisinya dengan buket bunga di tangan pria itu jatuh ke lantai. 

Keluar dari lift, Shanum mendapati wujud Medina yang ingin menaiki lift. Shanum memalingkan pandangan dari Medina, bertingkah seolah tidak mengenal dan berjalan melewati keberadaan wanita itu. 

“Tunggu!” tahan Medina, membuat langkah Shanum berhenti. 

Beberapa orang di sekitar mereka, di lobi rumah sakit, memperhatikan mereka. Medina mengajak Shanum keluar dari gedung itu, mereka berbicara di parkiran, di samping mobil wanita paruh baya itu. 

“Selamat karena sudah berhasil mengambil anak saya dari saya.”

“Aku tidak pernah ingin mengambil anak Mama. Dia yang selalu mengajakku kembali bersama, tapi jangan khawatir, aku sudah menolaknya,” timpal Shanum dengan nada berani saat berbicara. 

“Bangga?” tanya Medina, tersenyum licik. 

“Buat apa? Seharusnya Mama sadar.”

“Ma … Mama mau apa lagi?” tanya Divi sambil menghampiri mereka. 

“Bagaimana? Enak hidup luntang-lantung di luar? Rumah sakit mana pun tidak akan ada yang mau menerimamu bekerja,” ujar Medina.

“Tentu, semua karena kelicikan Mama.”

“Sebaiknya kamu dengarkan mamamu,” sela Shanum. 

“Jangan sok baik,” ucap Medina dengan nada tajam. 

“Satu kali saja Mama mengikuti kehendakku, bagaimana? Ma, aku tidak akan menikahi wanita manapun kecuali Shanum.” Divi menggenggam tangan kanan Shanum, jari-jari tangannya disilangkan ke jari-jari tangan Shanum di mana wanita itu hanya diam, sedikit tercengang dengan kegigihan Divi mengajaknya kembali. 

Shanum memperhatikan tangan mereka dan Divi menoleh ke samping, menatap Shanum dengan senyuman. 

“Baik.” 

Shanum dan Divi sama-sama mengarahkan pandangan ke depan, menatap wanita paruh baya itu setelah menangkap jelas perkataan Medina.

“Mama restui hubungan kalian, tapi dia harus mau melepaskan profesinya dan fokus di rumah, mengurus rumah seperti sebelumnya. Bagaimana?” tawar Medina. 

“Maaf, Ma. Berada di posisi sekarang cukup sulit menurutku. Tidak semudah itu bagiku untuk melepaskan apa yang aku capai,” tolak Shanum mentah-mentah mengingat perjuangannya selama ini.

Shanum melepaskan tangannya dari Divi dan meninggalkan keberadaan ibu dan anak itu. 

“Mama tidak cukup menyiksa perasaanku? Mengapa Mama mengatakan itu? Mama mau apa sebenarnya? Aku bukan anak kecil lagi, Ma. Tolong hargai keputusanku.” Divi meninggalkan keberadaan Medina dalam kemarahan. 

***

Shanum terbangun setelah mendengar suara pintu rumahnya digedor-gedor. Wanita itu bangkit dari baringan dan menoleh ke kanan, menatap jam di atas meja yang menunjukkan pukul satu dini hari. Shanum mengikat rambutnya dan keluar dari kamar dengan langkah ragu lanjut mendekati pintu rumah. 

Sebelum membuka pintu, jendela dipantau, melihat orang di luar untuk mewaspadai orang jahat. 

“Divi,” lirih Shanum, kaget. 

Bergegas wanita itu membuka pintu setelah melihat Divi berdiri sempoyongan di depan pintu rumah. Setelah membuka pintu, tubuh pria itu langsung tumbang ke tubuhnya dalam ocehan kata-kata rindu yang keluar dari bibir Divi. 

“Mengapa kamu tidak mau kembali? Kamu tau, aku juga dirugikan dalam masalah kita. Kamu pikir lima tahunku selama ini juga enak, tidak. Setiap hari aku berpikir bagaimana kondisimu? Apakah kamu baik-baik saja?” Divi berucap dalam kemabukan. 

Shanum mengajak Divi masuk dan menutup pintu. Wanita itu memboyong tubuh Divi ke bangku ruang tamu, lalu hendak membangunkan Mahen untuk meminta bantuan adiknya itu mengurus Divi. Namun, niat itu diurung Shanum setelah ingat adiknya itu cukup begadang tadi. Wanita itu kembali menghampiri Divi, berusaha membangunkan pria itu dengan tepisan tangan pelan di pipi Divi.

“Sejak kapan kamu belajar mabuk begini? Seperti tidak ada pekerjaan lain saja.” Shanum kesal melihat Divi tidak meresponsnya.

Shanum berdiri tegak pinggang menatap Divi sambil memikirkan cara untuk menyadarkan pria itu. Shanum beranjak ke dapur dan beberapa menit kemudian keluar bersama satu baskom air yang akan digunakan untuk menyiram pria itu. 

“Tidak mau bangun. Baik, akan aku bangunkan dengan caraku. Malam-malam datang ke sini hanya untuk berbuat ulah.” Shanum kesal sambil melipat bagian pergelangan bajunya ke atas.

“Gawat. Dia mau menyiramku?” tanya Divi, dalam hati sambil membuka sedikit matanya. 

Pria itu berpura-pura mabuk untuk melihat respons Shanum. Namun, suatu yang diharapkannya tidak seperti ekspektasinya. 

“Kakak!” seru Mahen dari pintu kamarnya, menghentikan aksi Shanum yang ingin menuangkan air di baskom itu ke wajah Divi. “Kakak ngapain?” tanya Mahen sambil menghampiri mereka. “Kak Divi kenapa?” 

“Dia mabuk dan malah mengganggu di sini. Kakak akan menyiramnya supaya sadar,” ucap Shanum dan kembali melanjutkan aksinya.

“Eitts … jangan, Kak. Kakak kembali ke kamar, biar aku yang tangani,” ucap Mahen sambil tersenyum untuk memberikan ketenangan bagi kakaknya itu. 

“Baiklah. Setelah itu, suruh dia pergi. Mengesalkan.” Shanum menaruh baskom itu ke atas meja dan berjalan dengan langkah kesal ke dalam kamar. 

1
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!