NovelToon NovelToon
Aku Menolak Menjadi Pemeran Figuran

Aku Menolak Menjadi Pemeran Figuran

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:41.7k
Nilai: 5
Nama Author: @hartati_tati

Naya wanita cantik yang berumur 27 tahun mendapati dirinya terbangun didunia novel sebagai pemeran tambah yang berakhir tragis. Naya merasuk kedalam tubuh Reka remaja cantik yang berusia 18 tahun. Reka memiliki keluarga yang sangat amat menyayanginya, mereka rela melakukan apapun demi kebahagiaan Reka. Meskipun memiki keluarga yang sangat amat mencintainya sayangnya kisah percintaan Reka tidak berjalan dengan baik. Tunangannya Gazef lebih memilih pemeran utama wanita dan meninggalkan Reka. Reka yang merupakan pemeran tambahan akhirnya menjadi batu pijak untuk kebehagian Gazef dan Rosa, Reka harus mati demi kebahagiaan pemeran utama dalam novel.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @hartati_tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Pagi itu, Reka bersiap-siap berangkat ke sekolah dengan perasaan sedikit enggan. Biasanya, supir keluarganya yang mengantar, namun kali ini Arsan yang harus mengambil alih karena supir mereka sedang izin cuti untuk merawat istrinya yang sakit.

Dengan perasaan campur aduk, Reka masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang depan, sementara Arsan duduk di kursi pengemudi dengan semangat yang luar biasa.

"Siap, Micro Sister? Kita berangkat!" seru Arsan, memulai celotehannya yang sudah dimulai sejak mereka meninggalkan rumah.

Reka menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Kak Arsan, bisakah kamu berhenti memanggilku dengan panggilan aneh setiap kali kita bersama?"

Arsan hanya tertawa dan melajukan mobil dengan riang. "Ah, tenang saja, Micro Sister. Kamu tahu aku hanya bercanda. Lagipula, perjalanan ini akan lebih seru dengan sedikit candaan, kan?"

Reka menatap keluar jendela, mencoba mengabaikan celotehan kakaknya yang terus-menerus. Selama perjalanan, Arsan tak henti-hentinya mengeluarkan komentar-komentar random dan cerita-cerita aneh yang membuat Reka semakin kesal.

"Micro Sister, tahu nggak? Aku barusan baca artikel tentang bagaimana kucing bisa mengendalikan manusia dengan tatapan mereka. Bayangkan kalau kamu punya kekuatan itu, pasti semua cowok di sekolahmu akan tunduk padamu!" ujar Arsan dengan semangat.

Reka memutar mata malas. "Kak Arsan, serius. Tolong diam sebentar saja. Aku butuh ketenangan sebelum sampai di sekolah."

Arsan menoleh sebentar dan melihat raut wajah Reka yang penuh dengan ketidaksabaran. "Baiklah, baiklah. Aku akan diam... untuk satu menit," katanya dengan nada menggoda.

Reka menghela napas lega, meski tahu bahwa ketenangan itu hanya akan berlangsung sesaat. Benar saja, hanya beberapa detik kemudian, Arsan kembali dengan celotehan lainnya.

"Micro Sister, bagaimana kalau kita bikin kode rahasia antara kita berdua? Jadi, kalau ada cowok yang mengganggumu, kamu tinggal kirim pesan rahasia ke kakakmu yang ganteng ini, dan aku akan datang menyelamatkanmu," ujar Arsan sambil menyeringai.

Reka hanya bisa menggelengkan kepala, mencoba mengabaikan kata-kata kakaknya. Meskipun kesal, dia tahu bahwa Arsan hanya ingin membuatnya tertawa dan merasa nyaman. Namun, dalam suasana pagi yang sibuk ini, Reka hanya ingin sampai ke sekolah dengan tenang.

Akhirnya, mereka tiba di depan sekolah Reka. Arsan menghentikan mobil dan menatap Reka dengan senyum lebar.

"Sampai, Micro Sister! Semoga harimu menyenangkan. Ingat, kalau ada apa-apa, kakakmu ini selalu siap membantu!"

Reka menghela napas sekali lagi sebelum keluar dari mobil.

"Terima kasih, Kak Arsan. Sampai nanti," katanya dengan senyum tipis, meskipun di dalam hatinya masih terasa kesal.

Saat Reka baru saja melangkah keluar dari mobil dan berjalan menuju gerbang sekolah, dia merasakan sedikit ketenangan setelah perjalanan yang penuh dengan celotehan kakaknya. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.

Dari dalam mobil, Arsan menurunkan jendela dan berteriak dengan penuh semangat, "Micro Sister, I Love You!"

Suara nyaring Arsan menggema di udara pagi, membuat kepala semua murid yang berada di sekitar gerbang sekolah seketika berputar ke arah Reka. Dia langsung menjadi pusat perhatian, dengan puluhan mata menatapnya dengan rasa ingin tahu dan tawa yang tertahan.

Reka merasa wajahnya memerah seketika. Dia menundukkan kepala, mencoba menutupi rasa malunya sambil berjalan lebih cepat menuju pintu masuk. Dia bisa mendengar bisikan dan tawa dari teman-temannya yang mulai beredar.

"Hei, lihat itu! Kakaknya Reka benar-benar mencintainya!" bisik seorang murid.

"Micro Sister? Apa itu nama panggilan baru?" tawa yang lain terdengar.

Reka hanya bisa menghela napas dalam-dalam, mencoba mengabaikan tatapan dan bisikan di sekitarnya. Dia tahu bahwa Arsan tidak bermaksud mempermalukannya, tapi tetap saja, momen itu membuatnya ingin segera masuk ke dalam gedung dan menghilang dari pandangan semua orang.

Setelah beberapa langkah yang terasa seperti perjalanan panjang, Reka akhirnya berhasil mencapai pintu masuk sekolah. Dia menoleh sekilas ke arah mobil Arsan, melihat kakaknya melambai dengan senyum lebar. Reka menggelengkan kepala, setengah kesal dan setengah tertawa.

Dengan segala upaya, Reka berusaha menenangkan diri dan mengumpulkan kepercayaan diri untuk menghadapi hari sekolahnya. Meskipun pagi itu dimulai dengan kejadian memalukan, dia tahu bahwa ini hanya satu dari banyak momen aneh yang akan dia hadapi dengan Arsan sebagai kakaknya. Terlepas dari semua itu, dia sadar bahwa kakaknya selalu ada untuk mendukung dan mencintainya, meskipun dengan cara yang sering kali tidak terduga.

Arsan tersenyum lebar melihat Reka yang berjalan cepat menuju pintu masuk sekolah, puas dengan lelucon kecil yang berhasil dia buat. Namun, senyumnya perlahan memudar saat dia melihat seseorang yang tidak diharapkannya.

Saat Arsan ingin memutar mobilnya, matanya yang tajam menangkap sosok Gazef yang sedang memasuki halaman sekolah dengan motornya. Gazef, dengan penampilan keren dan karisma yang kuat, selalu menarik perhatian. Namun, perhatian Arsan tertuju pada gadis yang duduk di belakang Gazef, memeluk erat pinggangnya.

Arsan meremas setir mobilnya dengan kuat, ekspresi wajahnya berubah menjadi tegang dan marah. Mata tajamnya menatap tajam Gazef dan gadis itu, perasaan tak nyaman dan khawatir merayapi pikirannya.

"Dasar brengsek," desis Arsan sambil mengeluarkan kata-kata kasar yang hampir tak terdengar. Dia menatap pemandangan itu dengan rasa frustrasi yang mendalam, merasa tidak suka dengan kedekatan antara Gazef dan gadis itu.

Di dalam dirinya, Arsan tahu bahwa Gazef dan Reka memiliki sejarah yang rumit, dan melihat Gazef dengan gadis lain hanya membuat kekhawatirannya semakin besar. Dengan tatapan yang masih penuh amarah, Arsan memutuskan untuk tidak memperpanjang waktu di sana. Dia menghela napas berat, mencoba menenangkan emosinya, lalu mulai memutar mobilnya untuk meninggalkan halaman sekolah.

Namun, sebelum benar-benar pergi, Arsan melihat sekali lagi ke arah Gazef dan gadis itu. Dalam hatinya, dia berjanji akan selalu melindungi Reka, apa pun yang terjadi. Arsan lalu melajukan mobilnya keluar dari area sekolah, dengan pikiran yang masih berkecamuk dan tekad untuk memastikan adiknya tidak akan terluka oleh siapa pun, terutama oleh Gazef.

Arsan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, melintasi jalan-jalan kota dengan perasaan yang campur aduk. Amarah dan kekhawatiran bercampur menjadi satu, membuatnya nyaris tidak memperhatikan pemandangan di sekitarnya. Sesampainya di mansion, Arsan mengerem mendadak, lalu keluar dari mobil dengan gerakan cepat.

Dia berjalan masuk ke dalam mansion dengan langkah berat, raut wajahnya datar dan tatapan matanya tajam. Pintu depan terbuka dengan suara keras, menggemakan kemarahan yang dia coba kendalikan.

Di dalam, Arsad, kembarannya, baru saja keluar dari lift. Melihat ekspresi wajah Arsan yang berbeda dari biasanya, Arsad menatapnya dengan rasa ingin tahu dan sedikit khawatir. "Arsan, apa yang terjadi? Kenapa kamu marah? Padahal saat mengantar Reka tadi, kamu terlihat sangat senang," tanya Arsad, suaranya penuh keprihatinan.

Arsan berhenti sejenak, menatap Arsad dengan tatapan yang intens. "Aku melihat Gazef di sekolah tadi," jawabnya singkat, mencoba meredam kemarahan yang masih bergolak di dadanya.

Arsad mengernyitkan dahi, merasa bingung. "Lalu kenapa? Apa yang Gazef lakukan hingga membuatmu marah seperti ini?"

Arsan menghela napas berat, mencoba menenangkan diri sebelum melanjutkan. "Dia datang dengan seorang gadis yang memeluknya erat. Aku tidak suka melihat itu, terutama setelah semua yang terjadi antara dia dan Reka."

Arsad menepuk bahu kembarannya, mencoba memberikan dukungan. "Arsan, kita tidak bisa selalu melindungi Reka dari setiap hal yang mungkin menyakitinya. Tapi kita bisa memastikan dia tahu bahwa kita selalu ada untuknya."

"Aku tahu, Arsad. Tapi melihat Gazef dengan gadis lain membuatku khawatir. Aku hanya tidak ingin Reka terluka lagi," ujar Arsan mengangguk pelan, meski amarahnya belum sepenuhnya mereda.

"Kita akan selalu ada untuk Reka, Arsan. Dan jika Gazef membuat masalah lagi, kita akan menghadapi itu bersama," ucap Arsad tersenyum tipis, mencoba menenangkan Arsan.

"Baiklah, Arsad. Aku hanya berharap Reka bisa tetap kuat dan tidak terganggu dengan apa pun yang Gazef lakukan," kata Arsan menghela napas panjang, sedikit merasa lega dengan kata-kata kembarannya.

Dengan tekad yang lebih kuat, Arsan berusaha mengendalikan emosinya dan mengingatkan dirinya bahwa dia dan Arsad selalu ada untuk mendukung dan melindungi Reka, apa pun yang terjadi.

Gred baru saja tiba di mansion bersama sekretarisnya. Langkahnya mantap dan wajahnya terlihat serius, seperti biasa ketika dia kembali dari urusan bisnis. Namun, saat dia masuk ke dalam, dia mendengar percakapan antara Arsan dan Arsad yang segera menarik perhatiannya.

Dengan tatapan tajam, Gred mendekati kedua adiknya yang masih berdiri di dekat pintu. "Apa yang kalian bicarakan? Siapa gadis yang dimaksud oleh Arsan?" tanyanya langsung, suaranya tegas dan penuh otoritas.

Arsan dan Arsad saling bertukar pandang sejenak sebelum Arsan menjawab. "Kak Gred, aku melihat Gazef di sekolah tadi. Dia bersama seorang gadis yang memeluknya erat. Itu membuatku marah dan khawatir tentang Reka," ujarnya.

Mendengar itu, raut wajah Gred berubah menjadi lebih serius, dan matanya semakin tajam. "Gazef bersama gadis lain?" gumamnya dengan nada rendah tapi penuh kemarahan.

Sekretaris Gred yang berdiri di belakangnya, mencatat hal ini dalam hati, menyadari bahwa situasinya bisa menjadi lebih rumit. "Arsan, apakah Reka melihat mereka?" tanya Gred, mencoba mengumpulkan lebih banyak informasi.

"Tidak, Kak. Dia sudah masuk ke dalam sekolah sebelum aku melihat Gazef. Tapi tetap saja, aku khawatir dia akan tahu dan itu akan menyakitinya," kata Arsan menggelengkan kepala.

"Kita harus memastikan Reka tidak terluka lebih jauh oleh tindakan Gazef. Aku akan berbicara dengannya. Jika dia bermain-main dengan perasaan adik kita lagi, aku sendiri yang akan menghadapinya," ujar Gred mengepalkan tangannya, jelas tidak senang dengan situasi ini.

Arsan dan Arsad mengangguk, setuju dengan keputusan Gred. Mereka tahu bahwa Gred selalu tegas dan melindungi, terutama ketika datang ke urusan keluarga.

"Arsad, pastikan kamu menjaga Reka di sekolah. Aku tidak ingin dia mendengar atau melihat sesuatu yang bisa menyakitinya," lanjut Gred dengan tegas.

"Tentu, Kak. Aku akan memastikan Reka baik-baik saja," ucap Arsad mengangguk lagi.

"Baiklah. Kita harus lebih waspada. Reka sudah cukup menderita. Kita tidak akan membiarkan Gazef atau siapa pun menyakitinya lagi," kata Gred menghela napas, berusaha meredam amarahnya.

Dengan itu, Gred melangkah pergi, diikuti oleh sekretarisnya. Arsan dan Arsad saling bertukar pandang, merasakan ketegangan yang masih tersisa di udara.

1
Murni Dewita
👣
Yui
Luar biasa
Dede Mila
baca
Aisyah Suyuti
seru
Black Moon
Masih nunggu up nya, Thor.
renaa.
di chapter sebelumnya si arsan manggilnya cebol, trs micro sister, lah skrg malah kunti bogel 🙂
zakia Mutmainah
kenapa harus nolak reka? padahal kalo reka sama kael itu pasti cocok banget
Black Moon
Kalo Gw jadi Kael juga pasti mikirnya ke arah situ, sabar ya Kael tapi bukan itu yg mau dibicarakan 🙈
✓🥀 forever
suka/Heart/

smngt Thor
Moly
Lanjut...
charis@ŕŕa
up 1 lg dong
Erni Nofiyanti
pusing bacanya muter2,
Erni Nofiyanti
kirain mukanya rusak
Midah Zaenudien
cukup bagus cuma aku belum faham alur x
@ImIm: *Biar typo
@ImIm: Reka aka naya dipaksa sama author buat mengikuti cerita novelnya dimana Reka aka naya harus mati. Karena Reka menolak dan mencoba mengubah alur cerita biara tidak mati akhirnya author (penulis novel) memutar waktu. Dibagian pertama Reka berhasil memutuskan pertunangan tapi Reka tidak tahu kalau keluarganya mencelakai Rosa dan Gazef pemeran utama dalam cerita novel makanya Reka sempat bingung kenapa dia tiba-tiba ke tarik kembali ke awal cerita dimana dia masih berstatus tunangannya Gazef. Dibagian kedua dimana Reka menembak Gazef disitu titik awal Reka sadar kalau terjadi sesuatu yang buruk kepada pemeran utama maka Reka akan di tarik paksa kembali ke titik awal cerita.

Semoga paham dengan penjelasannya
total 2 replies
Black Moon
Ditunggu up selanjutnya, semangat Author
Lippe
kata cebol dengan berat hati masih keterima. Tapi..... MICRO???
semungil itu😭😭😭😭
Neng Rusyanah
Luar biasa
Grey
apa jangan² karena perasaan kael? author nya terlalu terobsesi sama peran si kael? atau author nya terobsesi sama ending dari pemeran utama yg dia ciptakan?
Grey
kirain gegara kata rawrr nya😂🤣
Grey
kenapa harus Kunti bogel😂🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!