NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26 Makan Malam

“Kakak?, Gue kangen Mama sama Papa” Gisel sudah jenuh tinggal sendirian di apartemen yang cukup luas untuk seorang diri.

“Gue kemarin abis balik ke rumah, dan Mama masih sering bertengkar dengan Papa, mungkin Papa juga akan menggugat cerai Mama” Mark sungguh pusing dengan kondisi kedua orang tuanya, belum lagi Ia harus berurusan dengan sibuknya dunia kedokteran

“Kenapa?, Apa masalah Mama dan Papa sehingga harus menempuh perceraian, Gue bahkan ikhlas nggak tinggal di rumah agar Mama nggak marah terus kalau Papa perhatian sama Gue” Ucap Gisel dengan nada sendu

Selam aini kedua orang tuanya selalu bertengkar dengan mengatasnamakan pekerjaan dana beberapa kali saat Mama dan Papanya bertengkar Mark selalu membawanya pergi, bahkan Gisel baru mengetahui bahwa apartemen yang ditempatinya saat ini adalah pemberian dari Papanya dan juga toko bunga yang menjadi usahanya saat ini.

Gisel ingin tahu apa alasan Papanya menyiapkan hal-hal tersebut, namun sampai saat ini baik Mark maupun Papanya tidak memberikan alasan jelas, Gisel pun mengetahui hal tersebut setelah menemukan surat peralihan kepemilikan darin nama sang Papa menjadi Namanya.

“Mama juga sayang sama Lu Gi, cuma emang Mama nggak begitu pandai saja mengurus anak perempuan” Mark mencoba menenangkan Gisel agar tidak berpikir kejauhan yang menyebabkan kecurigaan.

“Gue juga nggak butuh perlakuan special kok Kak, Mama malah hanya senyum seadanya dan ngomong seadanya Gue juga nggak pernah protes, dan kenapa Kak Mark selalu membawaku pergi setiap Papa dan Mama bertengkar?” Gisel kembali bertanya yang membuat matanya sedikit berembun.

Ia bahkan sempat berpikir dengan ayahnya menyimpannya tinggal bersama sang nenek selama 7 tahun sangat membuktikan bahwa Mamanya tidak mau mengurusnya sekalipun itu dengan alasan kesibukan kerja keduanya. Kenapa Gisel tidak bisa diurus sedangkan Mark bisa.

“Udah nggak usah mikir yang macam-macam, sekarang Lu mau makan apa, mala mini Gue bakal ngajak adik kesayangan Gue buat makan apapun yang dia mau dan kemanapun” Mark mengalihkan perhatian Gisel agar tidak kembali membahas persoalan Mama dan Papanya.

“Makan malam di taman hiburan gimana kak?” Gisel ingin sekali menaiki wahan namun Ia juga ingin makan malam karena sehari Ia hanya memakan beberapa roti dan minuman yang dibelikan oleh Candra sebelum meninggalkannya bersama Karin.

“Okey, Kakak bakalan nyari taman hiburan terbaik di kota ini untuk kita bersenang-senang” Mark segera menaikkan kecepatan laju mobilnya untuk segera tiba disalah satu taman hiburan.

.

“Kak Haikal mau kemana?” Tanya Candra yang melihat Haikal sudah rapi dengan celana jeans, kemeja hitam serta topi hitam yang ada ditangannya.

“Gue mau ngejalanin misi rahasia” jawabnya sembari memakai kaos kaki dan juga sepatunya.

“Kak Haikal suka sama Gisel yah?” tanya Candra tiba-tiba yang membuat pergerakan tangan haikal terhenti karena terkejut degan pertanyaan sang adik.

“Lu suka juga sama Gisel?” bukannya menjawab, Haikal kembali melemparkan pertanyaan yang sama pada Candra.

Ia tidak ingin bersaing dengan adiknya, apalagi kedekatan Gisel dan Candra pastilah lebih jauh dibanding dengannya. Ia bahkan tidak pernah berpikir jika Candra mungkin saja akan memiliki selera yang sama dengannya.

“Nggak lah, Gue udah anggap Gisel sahabat, Gue cuma mau mastiin kalau emang Kak Haikal nggak suka, jangan kasih harapan, dia anak baik” Entah kenapa Candra melihat ada sesuatu yang disembunyikan dibalik keceriaan seorang Gisel.

“Tenang aja, Gue nggak sejahat dan se pengecut itu kok buat nyakitin perempuan” Haikal kembali merapikan sepatunya dan penampilannya di balik pantulan kaca candela apartemen yang samar menampilkan bayangannya.

“Ya udah Gue jalan yah, titip apartemen Gue kalau berantakan nanti Lu Gue suruh beresin sampai nyuci juga” Haikal lalu bergegas meninggalkan apartemen dengan senyum yang jelas begitu merekah pada wajahnya.

“Gue juga mau Lu bahagia Kak, dan Gue yakin Gisel orang yang tepat untuk itu” ucapnya lirih yang jelas sudah tidak didengarkan oleh kakaknya yang bayangnya sudah hilang dibalik pintu.

.

“Mereka dimana?” tanya Haikal pada seorang pria yang kini ada di pintu masuk taman Hiburan.

“Mereka sedang makan malam di salah satu warung makan di sana” ucapnya menunjukkan dua orang yang kini makan dengan bercanda dan begitu asik.

“Gue yakin dengan perasaan Gue, dan Gue yakin dia adalah Lily” Haikal tersenyum menatap wajah ceria Gisel.

.

‘tring tring’ suara ponsel Mark berbunyi

“Kakak angkat telpon dulu yah” Mark segera menuju keluar warung makan untuk mengangkat telpon.

“Kak Mark kenapa harus jadi dokter sih, jadi sibuk gini kan” Gisel menangkupkan dagunya dengan kedua tangannya, rasanya Ia ingin mengeluh tapi bagaimanapun itu adalah cita-cita kakaknya sejak lama.

“Lu nggak boleh egois Gi” Gisel berusaha menguatkan hatinya,

Setelah beberapa saat Mark kembali dengan wajahnya yang tampak panik, Gisel yakin Mark akan segera pergi karena pasiennya.

“Lu mau ikut kakak ke rumah sakit nggak?” Tanya Mark, Ia tidak ingin merepotkan adiknya yang akan menungguinya nanti di rumah sakit sehingga Mark bertanya terlebih dahulu.

“Nggak deh Kak, Gue cape banget. Ntar kalau udah makan Gue langsung balik apartemen kok” Gisel tersenyum meyakinkan kakaknya bahwa Ia baik-baik saja jika ditinggal

“Ya udah kalau gitu kakak tinggal dulu, nanti kalau pulang kabari kakak yah kalau udah tiba” Mark mengusap kepala adiknya lalu segera meninggalkannya.

“huff” Gisel membuang nafasnya dengan kasar, rasanya air matanya akan keluar sekarang juga. Gisel mengangkat kepalanya agar air matanya tidak keluar dari tempatnya.

“Hey….” Ucap seseorang pria yang kini berdiri dihadapan Gisel dengan memasukkan tangan kirinya pada sakunya dan tangan kanannya memegang sebuah sapu tangan.

“Kak Haikal kok di sini?” tanya Gisel yang terkejut melihat Haikal ada di depannya.

“in ikan tempat umum” ucap Haikal dengan santai.

“Nih pakai, nangis aja nggak papa, orang-orang juga pada sibuk makan” Haikal melihat bagaimana tadi pria itu meninggalkan Gisel dan membuat Gisel menahan tangis,

Haikal segera menghampirinya agar Gisel tidak merasa sendiri. Haikal juga semakin penasaran apa hubungan Gisel dengan pria yang merupakan selingkuhan mantan kekasihnya itu.

Haikal duduk di hadapan Gisel dan memainkan ponselnya, Ia tidak ingin membuat Gisel malu karena melihatnya sedang menangis.

“Ini pesanannya neng” ucap seorang pelayan membawakan dua mangkok bakso dengan porsi yang sama.

“Iya, makasih ya” Gisel tersenyum melihat dua mangkok bakso kesukaannya dan Mark.

“Lu makan dua mangkok, lapar banget yah?” Tanya Haikal mencoba menghibur Gisel, Ia tahu betul pemilik mangkok bakso lainnya yang sudah pergi meninggalkan Gisel sendirian.

“Kak Haikal udah makan?” Tanya Gisel, Ia tidak mungkin memakan bakso dua mangkok,

“Belum, Gue juga tadi datang kesini mau makan bakso” jawabnya ngasal.

“Ya udah ini buat kakak aja, Tadi itu punya Kakak Gue tapi dia udah pergi karena harus ngurus pasiennya” jawab Gisel dengan senyum getir, Ia pun merasa kesal dengan dirinya yang harus kesal dengan kesibukan kakaknya.

“Kakak?” tanya Haikal memastikan,

“Iya tadi Gue kesini bareng kakak Gue, tapi dia harus kembali ke rumah sakit karena ada pasien yang harus ditangani” ucap Gisel, lalu menyodorkan mangkok mendekat pada Haikal.

Haikal dengan senang hati mengambil mangkok pemberian Gisel dan memakannya begitu pula dengan Gisel yang juga menyantap bakso yang ada didepannya.

‘Seenggaknya dia bukan saingan Gue’ tersenyum saat mengetahui pria yang dicurigainya adalah kakak Gisel yang tidak mungkin menjadi saingan Haikal untuk mendapatkan Gisel.

.

“Lu ngapain bengong, sakit gigi?” Tanya Jeno yang melihat Juan sibuk melamun sembari menopang wajahnya.

“Gue kayanya “Gue suka sama seseorang deh” jawab Juan dengan menerka-nerka perasaanya sendiri.

“Tapi masa Gue suka karena dia cerewet doang” Juan kembali ragu pada pemicu perasaanya.

Jeno menatap temannya dengan lekat-lekat, Ia sedang mencari tahu siapa perempuan cerewet yang berhasil mengambil hati temannya.

“Lu suka sama teman adik Lu?” tanya Jeno dengan suara lantang dan terkejut. Lalu menyusul dengan ekspresi mengejek dan menahan salting.

“Emang kenapa sih, lagian mereka seumuran yah sama calon istri Lu” sinis Juan yang melihat Jeno seolah meremehkannya.

“Iya juga yah, Gue lupa kalau calon istri Gue seumuran sama tuh bocah cabe” ucap Jeno sembari tertawa mengingat bagaimana Nia dan Candra yang adu mulut.

“Tapi Lu bayangin deh, kalau misalnya nih Lu nikah sama Nia terus serumah sama Jigar, dan candra bakal datang main ke rumah Lu, terus mereka ribut bertiga.. Hahahahaha” Jeno tergelak membayangkan bagaimana Nia dan Candra berdebat dan Jigar menengahi keduanya dengan wajah polosnya.

“Enak aja Lu, kasian adek Gue lah. Bakalan ke siksa batinnya tuh bocah dan minta pindah rumah hahahaha” Juan juga ikut tertawa membayangkan apa yang dibayangkan Jeno.

Juan begitu menyayangi adiknya namun Ia juga suka menjahilinya jika sedang gabut. Dan akan memasak makanan kesukaannya jika Jigar ngambek padanya.

“Lu berdua ngetawain apaan?”

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!