Dua Garis Biru

Reno berjalan di lobi rumah sakit tempat ayu di rawat .

Dengan bahagia dan senyum di wajahnya , Reno membuka perlahan pintu kamar perawatan Ayu.

Reno terkejut mendapati Ayu sudah tidak di kamarnya, nampak suster sedang membersihkan tempat tidurnya.

" sus, pasien di sini ke mana ya ?" tanya Reno lembut.

Suster itu pun berbalik dan menatap Reno, dia mengatakan kalau pasien di sini baru saja pulang .

Tentu saja Reno kaget , tubuhnya lemas seketika .

" terimakasih ya sus " ucap Reno dengan gemetar.

Reno pun kembali melangkah sambil melemparkan sebuah buket bunga ke tempat sampah.

Air matanya tiba tiba menetes membasahi pipi maskulin seorang Reno yang gagah dan rupawan .

Reno memasuki mobilnya kembali dan dua benamkan wajahnya di kedua lengannya yang bersandar di gagang stir.

" kenapa ? kenapa Ayu kamu tega meninggalkanku seperti ini , apa ini hukuman untukku " gumamnya dengan penuh penyesalan.

Dret 🎵🎵🎵

( ponsel Reno berdering dan tertera nama bi Ani di sana )

" iya bi" suara Reno yang serak khas orang habis nangis .

Bi Ani terdiam sesaat karena mendengar suara Reno yang tidak seperti biasanya dan terdengar serak habis menangis .

( mas Reno, ada apa mas , mas Reno seperti baru saja menangis )

" tidak bi, kenapa bi Ani menghubungiku apa ada masalah dengan Stevie dan anaknya?"

( begini mas , Cellina dari tadi menangis terus tidak bisa minum asi mas )

Reno terdiam dan menarik nafas panjang.

" baiklah bi, sebentar lagi saya akan pulang"

Reno menyeka airmatanya dan bergegas melajukan mobilnya memecah keramaian kota menuju ke rumahnya.

...🌺🌺🌺...

Zea terdiam di meja makan , pikirannya masih terbayang-bayang apa yang tadi dipegangnya

" gila , sebesar itu bagaimana kalau masuk aduhhh ach , apa mungkin aku sudah gila ? kayaknya aku benar benar stress butuh refreshing, gara gara setiap hari Davin menggangguku otakku jadi kotor seperti otaknya dia " gumam Zea sambil memegangi kepalanya.

Erina mengeryitkan keningnya dan terus menatap ke arah putrinya yang melamun dan sesekali bicara sendiri sambil memegangi kepalanya.

" Zea , apa yang kamu pikirkan?"

" ach sebesar dan sepanjang itu kalau masuk bagaimana, apa tidak sakit ?" jawab Zea tanpa sadar.

" apa yang besar dan panjang ?" tanya Erina heran.

Zea tersentak dan terkesiap hingga sendok yang pegangnya terjatuh " hahhh , mama , i-itu ma b-bukan apa apa kok ma , ehm tadi itu Zea mau masak terong iya terong ma terongnya besar besar itu di kulkas pasti bibi belinya di warung bang Toyib ya, o iya Zea mau mandi dulu ya ma "

Zea bergegas berlari ke kamarnya sementara Erina masih bingung dengan jawaban Zea .

Arya muncul dan mengagetkan Erina .

" ada apa sih ma ?"

Erina masih tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Zea " tidak pa , ehm pa sini pa ?"

Erina menarik tangan suaminya dan berbisik sesuatu di telinga Arya " pa, apa kira kira Zea dan Davin belum melakukan itu ya ?"

Arya mengeryitkan keningnya" itu apa ?"

" itu pa , MP" bisik Erina .

Arya masih bingung dan menggaruk-garuk kepalanya " MP , apa itu MP?

Dengan kesal Erina mencubit pinggang suaminya itu " ihh papa, itu pa malam pertama , papa pura pura gak tahu atau berlagak sok polos sih !"

" o , itu , lha bukannya mereka sudah pernah melakukannya sampai putri kita hamil , mama nih ada ada saja " gumam Arya sambil mencubit hidung istrinya.

" tapi pa , apa papa sudah lupa apa yang sebenarnya terjadi ?" gumam Erina .

Arya tersenyum dan mengacak kasar rambutnya" o iya, kok papa bisa lupa ya , ok ma kita pergi jalan jalan yuk ? Otak papa butuh refreshing dan liburan kayaknya agar tidak cepat pikun "

" lho papa lupa lagi hari ini kita kan mau ke rumah bibi di kampung , anaknya bibi mau lamaran " ucap Erina .

"aduhh lupa lagi , ok ok sayang ayo kita bersiap siap " jawab Arya sambil menggoda istrinya.

Setelah beberapa saat kemudian, Arya , Erina serta bibi sudah siap untuk berangkat ke kampungnya mereka membawa banyak oleh oleh untuk keperluan putri bibi yang mau lamaran dan untuk yang lainnya.

"sayang mama sama papa serta bibi mau berangkat ke kampung bibi ya , mungkin sekitar 2 atau 4 hari kita di sana , kamu sama Davin menginap saja di sini sampai kamu kembali ,sambil jaga rumah " ucap Erina sambil mengusap kepala putrinya itu dengan lembut .

Sedangkan Davin hanya tersenyum dan mengangguk.

Dan mereka berangkat .

Sekarang tinggal Zea dan Davin yang berada di rumah mewah dan besar itu .

Davin menatap Zea yang membuat Zea kelicutan dan canggung " k-kenapa kamu menatapku seperti itu Vin ?"

" masa aku menatap istriku sendiri yang cantik ini tidak boleh sih ?" goda Davin.

Zea pun membalikkan badannya sambil senyum senyum sendiri.

Davin yang tahu istrinya mulai baper itu pun segera beranjak dan mendekatinya seraya berbisik " apa memang hobimu membuatku tegang nona Alzea Alfarest ?"

Zea berbalik dan menatap lekat mata Davin

" hahh apa maksudmu Davin ?"

Davin mendekatkan wajahnya ke telinga Zea , sangat dekat bahkan nyaris saja Davin mencium pipi mulus istrinya itu.

" melonmu yang besar menggangguku nona , apa perlu aku belikan kamu bra agar kamu pakai dan tidak membuatku gelisah , untungnya dibrumah cuma ada kita berdua , aku tidak rela kalau sampai dilihat orang lain "

Zea melotot tajam dan segera mendorong tubuh Davin kemudian berlari sambil menutupi dadanya dengan kedua lengannya.

Zea masuk dan menutup rapat pintu kamarnya " sialan , hahh Zea Zea bodoh sekali , kenapa kamu bisa lupa tidak memakai bra , aduhh "

Davin yang berada di ruang depan hanya senyum senyum sendiri melihat tingkah lucu istrinya sambil berkacak pinggang .

...🌺🌺🌺...

Di rumah Reno, terlihat Stevie yang duduk dengan pandangan kosong .

Sementara bi Ani menggendong bayinya yang masih berumur kurang lebih 4 bulan yang menangis minta asi.

Reno menatap adiknya dengan iba kemudian mendekat sambil menggendong baby Cellina yang terus saja minta minum .

"Stevie , lihatlah Vie ini anak kamu dia cantik seperti kamu Vie " Reno memperlihatkan bayinya yang kehausan .

Stevie tidak merespon , dia terus saja menatap ke depan dengan pandangan kosong , dan tiba tiba saja air matanya mengalir deras membuat Reno semakin terluka mendapati kenyataan pahit dalam keluarganya.

Dengan tetesan airmata, Reno tetap mencoba menenangkan keponakannya itu

" sayang , pintar diam ya nanti papa Reno akan berikan susu formula yang bagus untuk Cellina"

Bi Ani sungguh tidak tega melihat majikannya itu " mas Reno , kalau diijinkan baby Cellina disusukan pada anak bibi yang juga sedang menyusui , karena bagaimanapun juga asi tetap lebih baik daripada susu formula mas "

Reno mengusap airmatanya dan tersenyum seakan menemukan sebuah harapan baru

" baiklah bi , sebelumnya saya berterimakasih banyak kepada bibi karena sudah banyak membantu saya bi "

Bi Ani segera mengambil baby Cellina dari gendongan Reno dan membawanya pulang untuk disusukan pada putrinya .

Setelah bi Ani pergi membawa baby Cellina, Reno duduk di samping Stevie dan membelai rambut panjang adiknya itu " Stevie, kamu harus sadar Vie kasihan bayi kamu dia butuh kamu ?"

Stevie menoleh menatap wajah kakaknya kemudian menangis sesenggukan dan menunduk .

Reno mengusap airmata yang menetes membasahi pipi adiknya " Vie , sayang , kita akan pergi untuk menemui seseorang, seseorang yang akan bisa membawamu kembali , dia orang yang sangat kamu cintai "

Stevie menatap Reno dengan tersenyum kemudian memeluk erat kakaknya itu.