Walaupun identitasnya adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Dong yang terkenal di dunia kultivator, tapi Fangxuan menjalani kehidupan yang begitu sulit karena tidak memiliki jiwa martial seperti murid sekte yang lainnya.
Hidupnya terlunta-lunta seperti pengemis jalanan. Fangxuan juga sering dihina, diremehkan, bahkan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri.
Mereka malu memiliki penerus yang tidak mempunyai bakat apapun. Padahal, keluarganya adalah keluarga terhebat nomor satu di kota Donghae.
Karena malu terhadap gunjingan orang, tetua sekte Tombak Api mengutus seorang guru untuk melenyapkan nyawa Fangxuan dengan cara membuangnya ke lembah Kematian Jianmeng.
Namun, nasib baik masih berpihak padanya. Fangxuan diselamatkan oleh seorang Petapa tua. Bukan hanya itu, Petapa tua tersebut juga mengangkatnya sebagai murid satu-satunya dan mewariskan seluruh ilmu kanuragan yang dimilikinya.
"Aku akan membalas mereka semua yang selama ini menindas ku. Tunggulah ajal kalian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lienmachan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Bab 33~Pergerakan Siluman
Di sebuah goa di kaki gunung Huǒ róng.
Para siluman sedang berkumpul membahas sesuatu yang penting. Terlihat jelas dari raut tak bersahabat dengan dihiasi ketegangan di wajah semua siluman.
Di depan, duduk satu siluman yang terlihat sangat kuat dan diduga pemimpin mereka. Dia adalah Báixióng, siluman beruang putih.
Báixióng memiliki kekuatan spirit tingkat dua, dengan jiwa martial cakar kegelapan. Kekuatannya cukup besar, sehingga bisa menghancurkan sebuah tembok kota dalam hitungan detik.
Báixióng juga adalah kaki tangan raja iblis Mowang sekaligus jendral perang kerajaan iblis. Ia memiliki dua puluh tujuh sihir untuk merubah wujud. Kekuatan Báixióng berasal dari darah manusia yang dihisapnya ketika malam bulan purnama.
Siluman beruang putih itu saat ini sedang memikirkan cara untuk menemukan raja naga Longwei atas titah Mowang.
Namun, hingga kini mereka tak bisa menemukan atau bahkan mencium jejak Longwei setelah terakhir kali merasakan kebangkitannya.
"Bedebah. Kalian tidak berguna!" hardik Báixióng kepada anak buahnya.
Semua siluman bawahan Báixióng tidak ada yang berani mengangkat wajah. Mereka terlalu takut untuk menatap wajah pimpinan itu yang saat ini tengah marah besar.
Ekspresi wajahnya terlihat bengis ketika menatap satu persatu bawahannya yang tetap menunduk walaupun dirinya sudah berteriak keras.
Siluman beruang putih itu menghela napas panjang lalu meraup wajahnya kasar.
"Kalian harus berpencar untuk mencari keberadaan Panglima Longwei. Jika kalian merasakan atau mencium baunya, segeralah melapor padaku!" titah Báixióng.
"Baik, Jendral!" Bong Xuyen mewakili.
Semua siluman mengangguk sebelum pergi berpencar untuk mencari keberadaan Longwei yang katanya telah bangkit. Mereka harus segera menemukan panglima perang kerajaan langit itu sesuai perintah raja, demi merebut pusaka kaisar langit yang dibawanya.
Pusaka kaisar langit adalah senjata paling menakutkan di seluruh alam semesta. Memiliki kekuatan yang dapat menghancurkan seluruh dunia dalam sekali tebas, namun tergantung si pengguna itu sendiri. Jika penggunanya kuat, maka kekuatan pedang tersebut akan sangat kuat, begitupun sebaliknya. Jika penggunanya lemah, maka kekuatan pedang tersebut juga akan sangat lemah.
Pusaka tersebut kini berada di tangan Longwei, sang raja naga langit atau panglima perang istana langit. Ia dipercayakan menjaganya demi mencari penerus yang bisa melawan raja iblis untuk membebaskan dunia dari kehancuran.
Pusaka tersebut berbentuk pedang yang berukuran lebih besar dari pedang biasa. Dari kedua bilah pedang tersebut bisa mengeluarkan cahaya berwarna merah, putih, biru, bahkan hitam. Namun, kembali lagi pada kekuatan si penggunanya itu sendiri.
Ketika para siluman sedang berusaha mencari keberadaan Longwei, tiba-tiba saja Fangxuan muncul di kota Xiangnan.
Salah satu siluman yang memiliki penciuman tajam bisa merasakan keberadaan Longwei walaupun samar.
Untuk memastikan, ia pun merubah wujud menjadi seorang wanita gelandangan dan berusaha mendekati Fangxuan.
Ketika Fangxuan, Xiao Mei dan wanita gelandangan itu datang, semua pengunjung kedai makan pun pergi meninggalkan meja mereka.
Bukan hanya penampilan saja, bahkan aroma busuk yang tercium dari tubuh wanita gelandangan itu membuat semua orang tak tahan.
"Hei, kalau kalian membawanya ke mari, setidaknya bersihkan dulu tubuhnya. Bau sekali," cecar para pengunjung kedai.
"Iya, benar. Membuat kami kehilangan selera makan saja." timpal yang lain.
Pemilik kedai segera berjalan cepat menghampiri mereka. "Hei, kalian mau ke mana?" Ia berusaha menghentikan para pengunjung yang hendak meninggalkan kedainya.
"Kami tidak mau makan di tempat ini. Bau," sahut mereka sambil menutup hidung.
Si pemilik kedai pun menoleh ke arah pelanggan yang baru datang. "Haish, Nona dan Tuan, aku mohon kasihanilah aku. Usahaku untuk mencukupi kebutuhan keluarga dari kedai ini. Jika kau membuatnya rugi, lalu bagaimana aku membiayai semuanya. Sebaiknya kalian pergi saja, bawa gelandangan itu dari sini!" usirnya.
"Benar, pergi saja kalian!" timpal para pengunjung.
Mendengar itu Xiao Mei mengeram marah dengan tangan terkepal. Dia hendak mendebat para pengunjung dan pemilik kedai namun tangan Fangxuan terulur menghentikan.
"Ayo!" ajaknya tak ingin berdebat.
"Tapi ...!" Xiao Mei menutup mulut rapat ketika melihat tatapan tajam Fangxuan. Gadis itupun cemberut sambil berbalik dan pergi.
"Huuuuu, sok baik mereka. Gelandangan dibawa ke mari," Obrolan mereka terdengar jelas di telinga ketiganya.
Xiao Mei berbalik dan hendak menghampiri lagi, namun Fangxuan meliriknya sinis hingga gadis itupun kembali berjalan.
"Maafkan aku, anak muda. Tidak seharusnya aku meminta perlindungan kepada kalian. Aku malah membuat kalian kerepotan," cetus wanita tersebut.
"Ah, tidak apa-apa Bibi, kami tidak merasa kerepotan. Hanya saja pikiran orang-orang itu sempit sehingga tidak punya belas kasih terhadap sesama." ujar Xiao Mei membuat wanita gelandangan tersebut tersenyum simpul.
Sementara Fangxuan hanya berjalan tanpa banyak kata. Ia terus mengawasi pergerakan wanita tersebut. Terlebih, Longwei sudah memperingatkannya dari dalam tubuh.
"Dia bukan manusia biasa, Fangxuan. Aku mencium bau siluman, jadi berhati-hatilah!" peringat Longwei.
"Kau benar, Longwei. Aku pun mencium bau siluman ketika pertama kali dia menyentuh tanganku."
"Lalu, apa rencana mu?" tanya Longwei.
Fangxuan menyeringai penuh arti sebelum menjawab. "Kita ikuti saja apa yang dia inginkan,"
"Ah, kau pandai. Ayo, giring dia ke tempat sepi!" ajak Longwei. "Eh, tapi, bagaimana dengan si gadis manis pengikut ini? Kita harus menyingkirkannya sejenak."
"Tenang, aku punya cara." Setelah berbicara pada Longwei, Fangxuan pun kembali memperhatikan Xiao Mei dan wanita siluman itu.
"Mei-mei!" seru Fangxuan seketika menghentikan langkah gadis itu.
Deg deg ... Deg deg ...
Jantung Xiao mei seakan berhenti berdetak saat namanya disebut Fangxuan. Gadis itu terpaku diam di tempat dengan mata tak berkedip.
Hanya satu panggilan dari Fangxuan saja membuat gadis itu mendadak diam.
"Hahaha, dia benar-benar menyukaimu, Fangxuan. Lihat, gadis itu seperti orang bodoh!" Longwei tertawa cekikikan.
"Diam!" bentak Fangxuan pada Longwei, lalu berjalan menghampiri Xiao Mei. "Bagaimana kalau kau pergi membeli makanan, dan aku akan menjaga Bibi ini. Kakiku pegal, butuh istirahat." ucapnya beralasan.
Xiao Mei masih tak merespon ucapan Fangxuan karena sedang memperhatikan. Gadis itu tak henti-hentinya terpana ketika mendengar Fangxuan berbicara, padahal nada bicaranya biasa saja bahkan terdengar ketus. Tapi Xiao Mei justru sangat menyukai itu.
"Mei-mei!"
"Ah iya, baiklah Fangxuan. Kau istirahat saja bersama Bibi di ..." Xiao Mei mengedarkan pandang mencari tempat. "... sana!" Ia menunjuk sebuah pohon yang tak jauh dari posisi mereka.
"Baiklah, ini uangnya untuk membeli makanan!"
Namun Xiao Mei menolak pemberian Fangxuan. "Tidak, aku juga masih punya. Ya sudah, aku akan pergi. Kau ... maksudku kalian tunggu aku di sana. Aku segera kembali!" Gadis itu berlari sambil melambaikan tangan.
Belum jauh melangkah, gadis itu terjatuh karena berjalan sambil menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Fangxuan. Xiao Mei berdiri lagi sambil tertawa kikuk lalu berlari secepat mungkin.
Longwei lagi-lagi tertawa melihat tingkah konyol gadis itu. Ia terus menggoda Fangxuan untuk menikahi Xiao mei suatu saat nanti.
Tanpa menghiraukan gurauan Longwei, Fangxuan pun mengajak wanita gelandangan untuk berjalan mengikutinya.
"Nak, kalau kita beristirahat di area pasar ini, orang-orang pasti akan mengejek dan menghinamu lagi karena bersamaku. Bagaimana kalau kita ke arah Utara saja, ada tempat sepi untuk kita duduk!" ajak siluman wanita tersebut.
Fangxuan mengangguk setuju membuat siluman itu senang. "Kau akan mati sebentar lagi, anak muda. Hahaha!"
...Bersambung ......
kultivasi ga jelas,semua nya ga jelas