Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 20. Mimpi Kiran
Dalam kamarnya Kiran sungguh tidak bisa tidur. Berkali kali ia membolak balikkan tubuhnya. Ia juga sampai bergonta ganti posisi, namun matanya masih enggan menutup. Kata kata pria bule tadi sungguh membuatnya kesusahan tidur.
Kiran akhirnya bangun dari posisi tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur. Ia melihat pantulan dirinya di cermin.
" Ya Allaah, jawaban seperti apa yang harus kuberikan kepada dia."
Kiran mengusap wajahnya kasar. Ia menggulung rambut panjang sepinggangnya itu lalu menuju ke kamar mandi.
Kricik….kricik….kricik….
Kiran mengambil air wudhu. Sepertinya gadis itu hendak mencari jawaban kegundahannya dengan bersujud kepada Tuhannya.
Kembali ke kamarnya, Kiran membentangkan sajadahnya dan memulai dua rakaat. Ia benar benar harus menemukan jawaban itu malam ini.
" Uhuk...uhukkk...uhuk…."
Suara batuk sang ibu menyadarkan Kiran dari perenungannya. Ia segera melepas mukenanya lalu melipat kembali bersama sajadah. Kiran segera berjalan menuju kamar sang ibu, namun sebelumnya ia ke dapur terlebih dulu untuk membawakan Sari air minum.
" Buk… ibuk batuknya tambah parah."
Kiran masuk ke kamar ibunya. Sari buru buru menyimpan sapu tangan yang sudah dipenuhi darah yang berasal dari mulutnya.
" Eh maaf nduk. Kamu jadi kebangun denger batuk ibu."
Kiran mendekat dna duduk di pinggir tempat tidur sang ibu. Ia kemudian menyerahkan segelas air putih untuk Sari.
" Ndak kok buk… Kiran juga belum tidur."
Sari melirik jam dinding yang ada di kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Sari pun mengerutkan keningnya.
" Apa yang jadi pikirmu nduk, jam segini kok belum tidur."
" Ndak ada apa apa buk. Lagi tidak bisa tidur aja."
Kiran tersenyum kikuk. Ia kemudian memijat kaki sang ibu.
" Ibu tidur lagi, Kiran temani ibuk ya."
Sari mengangguk, namun ia menarik tangan sang putri untuk berbaring di sebelahnya.
" Sini, tidak usah memijat ibu. Tidurlah di sebelah ibu."
Kiran mengangguk, ia kemudian beringsut naik ke tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sebelah sang ibu. Sari membelai lembut rambut panjang putrinya. Ia menatap wajah Kiran dengan seksama.
" Nduk. Ibu kangen sama bapak mu."
" Sama buk. Kiran juga kangen sama bapak."
Keduanya memejamkan matanya dan lambat laun mereka sudah terbuai ke alam mimpi.
Kiran berada di sebuah sabana yang dipenuhi dengan bunga bunga. Ia duduk sendiri disana namun tiba tiba seseorang datang dan duduk di sebelahnya. Kiran tersenyum kepada orang tersebut.
Di depannya tampak seorang pria yang sangat ia kenal. Pria itu mengenakan pakaian serba putih dan wajahnya tampak bersinar.
" Bapak…."
Pria yang ia panggil bapak itu menoleh dan tersenyum. Ia mengulurkan tangannya seperti tengah menunggu seseorang. Kiran hendak berdiri dan menyambut uluran tangan sang ayah, namun seseorang di sebelahnya menahan tangannya.
Dari arah belakang muncul Sari, sang ibu berjalan melewati Kiran dan menyambut uluran tangan Prapto suaminya. Sari menengok sejenak kepada Kiran dan mengucapkan sesuatu.
" Tinggalah bersama nya nduk, dia orang yang baik. Kamu pasti akan bahagia. Ibu akan ikut dengan bapakmu. Hiduplah dengan bahagia."
" Bapak… ibu… jangan tinggalkan Kiran."
Kedua orang tuanya tersenyum sejenak ke arah sang putri tapi setelah itu mereka berjalan semakin menjauh. Kiran hendak mengejar namun tubuhnya direngkuh oleh seseorang yang berada disampingnya. Orang tersebut memeluk Kiran dengan begitu erat, Kiran hanya bisa menangis di pelukan orang tersebut.
" Astagfirullaah…. Mimpi apa tadi. Mengapa dia ada di mimpiku. Bapak… tadi itu bapak dan ibu."
Kiran bangun dengan peluh bercucuran. Ia segera melihat ke arah sang ibu. Saking takutnya Kiran sampai menaruh jarinya di bawah hidung sang ibu memastikan bahwa ibunya masih bernafas.
" Alhamdulillaah ya Allaah ibu masih ada bersama ku."
Kiran membuang nafasnya penuh dnwgna kelegaan. Ia segera menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan dua rakaat yang sudah terlambat.
" Astagfirullaah udah setengah 6."
Kiran berencana membangunkna ibunya setelah selesai sholat subuh. Namun ternyata sang ibu sudah bangun terlebih dulu saat Kiran keluar kamar mandi.
" Baru Kiran mau bangunin ibuk."
" Ndak apa apa. Ibu sudah bangun, cepat subuh dulu keburu siang. Ibuk juga mau buru buru."
Kiran mengangguk, namun ia merasa sedikit aneh. Ibu nya terlihat sangat sehat dan bersemangat.
🍀🍀🍀
Hari ini sesuai rencana Kiran untuk libur berjualan. Ia duduk termenung di teras rumahnya sambil nunggu tukang sayur lewat. Kiran masih memikirkan mimpinya tadi malam.
" Sebenarnya apa maksud dari mimpiku itu. Mengapa dia bisa muncul di mimpiku, dan mengapa ibu sepertinya memintaku untuk bersamanya. Huft…."
" Kenapa nduk kok sepertinya ada yang dipikirin."
" Eh… ndak kok buk. Ndak ada apa-apa."
" Kalau begitu temani ibuk jalan jalan saja yo."
Kiran mengangguk. Ia kemudian berdiri dan memenuhi keinginan sang ibu untuk berjalan jalan. Ibu dan anak itu berjalan beriringan mengelilingi kampung.
Sepanjang jalan Sari tersenyum sambil melihat pemandangan sekitar. Sesekali ia menghirup udara basah pagi dengan dalam dan membuangnya perlahan. Kiran sekilas melirik ke arah sang ibu. Meskipun ia sedikit aneh dengan tindakan ibu nya namun Kiran tersenyum melihat sang ibu tersenyum.
" Assalamualaikum Kiran dan ibu."
" Waalaikumsalam."
Sari tersenyum melihat Kai menyapa mereka. Ia pun tersenyum kepada pemuda berwajah bule itu.
" Lho kamu nggak jualan Kiran?"
" Ndak bang, hari ini mau nemenin ibuk aja di rumah. Abang dari mana?"
" Habis beli bumbu, ada yang kurang tadi.'
" Abang masak?"
Kai mengangguk lalu tersenyum. Senyum yang membuat Kiran merasa ada yang beterbangan di dadanya.
" Kiran dan ibu sudah sarapan belum, ayo mampir ke rumah."
Tanpa menunggu persetujuan dari Kiran, Kai sudah menggamit lengan Sari dan menuntunnya menuju ke rumah. Melihat Sari membuatnya rindu kepada sang mommy.
Sari hanya tersenyum dan menurut dengan Kai. Kiran tercengang melihat adegan di depannya. Mau tidak mau ia mengekor Kai dan Ibu nya.
" Nah… Silahkan duduk dulu. Maaf berantakan."
Kai meminta Kiran dan Sari untuk duduk di ruang tamu. Sedangkan dia kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya.
Kiran melihat sekeliling. Gadis itu takjub, rumah Kai sungguh rapi untuk ukuran seorang pemuda lajang.
10 menit berlalu, Kai keluar membawa nampan yang berisi nasi dan masakan yang ia buat. Pagi ini Kai memasak ayam lada hitam yang ditumis dengan bawang bombay, pria bule itu juga membuat capcay dan dilengkapi dengan tahu dan tempe goreng.
Kiran dan Sari sungguh terkejut dengan apa yang dihidangkan oleh Kai.
" I-ini abanh semua yang masak sendiri?"
" Kalau bukan abang sendiri terus siapa, abang di sini kan sendiri."
Kiran hanya mengangguk. Kai pun mengambilkan nasi untuk Ibu Sari.
" Cukup nak, terimakasih."
" Makanlah bu, semoga enak heheh."
" Bismillaah."
Sari menyendokkan nasi beserta lauk pauk itu ke mulutnya. Ia pun terdiam sejenak lalu tersenyum.
" MasyaaAllaah ini enak sekali nak. Kamu pintar memasak."
" Alhamdulillah kalau enak. Silahkan dimakan bu."
Sari kembali memakan makanannya. Dan Kiran ia menyendokkan nasi untuk Kai.
" Ini bang, abang juga makan. Masa orang yang masak malah tidak makan."
Kai mengangguk, hal sederhana seperti ini membuatnya tersenyum bahagia.
Semoga selalu bisa menyendokkan ku nasi setiap aku ingin makan Kiran.
TBC