"Aku tidak menyangka kau begitu tega padaku. Di saat aku bertugas di luar kota, kau malah selingkuh di belakangku. Aku menyesal karena sudah menikahi wanita sepertimu!"
Devina ditalak dan dituduh telah berselingkuh dengan pria lain yang tak lain adalah sahabat dari mantan suaminya, Marcell. Hidupnya jadi menderita dan terlunta-lunta ketika berpisah dari suaminya. Fitnah keji itu membuat anak kembar yang dilahirkannya harus menanggung beban penderitaan karena keegoisan orang tua. Dalam keadaan serba kekurangan, Devina berdiri sendiri untuk menjadi ibu sekaligus Ayah buat kedua anaknya.
Mampukah Devina melewati segala cobaan yang datang silih berganti dalam hidupnya?
Mungkinkah dia bersatu kembali dengan mantan suami setelah tahu dia memiliki anak yang harus dijaga bersama?
Kisah Devina hanya ada di Noveltoon, dengan judul Bayi Kembar Presdir Tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
Sembari menunggu anak laki-lakinya keluar, Marcell menyuapi anak perempuannya di lantai dengan beralaskan tikar karakter.
Begitu bahagianya ia bisa sedekat itu dengan anaknya, walaupun salah satu dari anaknya ada yang tidak mau dekat dengannya, tapi itu tak dijadikan masalah, yang paling penting, ia bisa menjadi seorang Ayah sepenuhnya.
"Telnyata yayam doleng itu enak ya dad? Tiap hali aku mamam cuma cama tahu, cama kecap doang. Cekalang aku bica mamam cama yayam doleng."
Azalea tak berhenti mengunyah ayam crispy, hingga kedua tangannya memegang ayam goreng. Marcell begitu terenyuh hatinya, selama ini ia bisa menikmati makanan enak, tidur nyenyak, kehidupan yang layak, sedangkan di luar, anaknya hidup menderita serba kekurangan.
"Sekarang kalian nggak akan lagi makan sama tahu doang, Daddy akan kirimkan makanan yang enak buat kalian."
Kecupan sayang bersandar di pipi gembul putrinya, hatinya serasa ingin menjerit, namun lidahnya kelu untuk berucap. Tangis sedih ia tahan, namun apalah daya, air matanya tak bisa dibendung.
"Daddy kok nangis?"
Azalea mendongak dengan membalikkan badannya hingga bisa dengan jelas menatap wajah sang Ayah yang tengah mengeluarkan air matanya.
"Enggak nak, Daddy nggak nangis kok, Daddy cuma kelilipan. Ayo Lea habiskan ayam gorengnya, nanti kalau udah habis, Daddy beliin lagi," ujar Marcell.
Marcell membagi ayam gorengnya menjadi dua bagian, separuh buat Azalea, separuhnya lagi buat anak laki-lakinya. Mungkin sudah terlambat mengetahui keberadaan anaknya, tapi ia akan perjuangkan mereka untuk bisa bersatu kembali bersamanya.
"Kakak kok nggak kelual-kelual ya? Apa dia tidak cuma cama yayam doleng?"
Azalea menunggu kembarannya keluar dan ikut makan bersamanya. Hingga dia nyaris menghabiskan satu potong ayam goreng, Kenzo tak kunjung keluar.
"Mommy, Mommy lagi apa? Mommy macih malah cama aku? Lea minta maaf ya Mom, Lea udah nakal?"
Tidak mendapati ibu dan kembarannya keluar kamar, Azalea berpikir ibunya sudah marah dan kecewa karena telah membantahnya. Gadis itu jadi sedih dan langsung menangis.
Melihat anaknya yang tiba-tiba menangis, membuat Marcell seketika panik. "Sayang, kenapa kamu menangis? Ada apa hum?" Tangan pria itu terulur untuk menghapus air mata putrinya.
"Mommy malah cama Lea, dad! Mommy nggak mau kelual!"
Tangis Lea kian pecah membuat Devina buru-buru keluar kamar dengan menggandeng Kenzo.
Dia langsung mendekati Azalea yang tengah dipangku oleh Ayahnya.
"Ada apa sayang? Siapa yang nakal? Kenapa Lea nangis?"
Devina mengulurkan tangannya untuk mengambil Azalea dari pangkuan Marcell.
Dengan rasa sayangnya ia peluk erat anak perempuannya yang terisak-isak oleh tangisnya.
"Mommy maafin Lea, Mommy jangan malah cama Lea, Mommy jangan benci Lea."
Devina mengeratkan pelukannya dan memberikan kecupan berkali-kali di wajah putrinya.
"Sayang, mana ada orang tua yang membenci anaknya sendiri. Mommy tidak pernah benci sama kalian, Mommy sangat menyayangi kalian, hanya saja mommy terlalu miskin tidak bisa memberikan kehidupan yang layak buat kalian. Percayalah nak, mommy tidak bisa hidup tanpa kalian, kalian ini kekuatan mommy, tanpa kalian, apa gunanya mommy hidup."
Devina menangis dengan memeluk putrinya erat erat. Ia terlalu lemah, tak punya kekuatan untuk menghadapi kehidupan yang begitu pahit. Tak ada keluarga yang mendukung, tak ada suami yang mendampingi, membuatnya kehilangan kekuatan, hanya saja ia bertahan karena adanya si kecil yang butuh perlindungannya.
"Vina, kamu jangan nangis di depan anak-anak, kuatkan dirimu. Kamu tidak lagi sendiri, di sini ada aku, yang bisa kamu jadikan tiang untuk bersandar. Tolong jangan hindari aku, aku nggak ada niatan buruk sama kamu. Kita jalani sama-sama ya?"
Marcell merangkul Devina dan menyandarkan kepala mantan istrinya itu dibahunya. Ia bisa merasakan apa yang tengah dirasakan oleh mantan istrinya, menjadi seorang single parent diusianya yang masih terbilang muda itu sangatlah sulit. Semua itu gara-gara orang tuanya yang terlalu egois, terlalu berambisi dan serakah, memfitnah begitu keji hingga membuat rumah tangganya hancur berantakan.
"Kak Marcell, aku minta tolong jangan ambil anak-anak dariku, apapun keadaanku, tolong jangan pisahkan mereka dariku, kecuali jika aku mati, kau baru bisa membawanya."
Si kembar yang tidak tahu permasalahan orang tuanya juga ikut menangis. Mereka juga tidak ingin berpisah dari ibunya yang selama ini merawat dan menemaninya.
"Mommy jangan tinggalin kita ya mom, Mommy jangan pelgi, kita cayang cama Mommy."
Devina mengusap surai kedua anaknya bergantian. Ia juga menguatkan dirinya agar tidak kembali menangis. Tangisannya hanya membuat anaknya ketakutan, takut akan kehilangannya.
"Enggak sayang, mana mungkin mommy akan ninggalin kalian? Mommy nggak akan pernah ninggalin kalian, kalian akan tetap bersama dengan mommy, kemanapun mommy pergi, pasti akan membawa kalian. Udah ya? Kalian nggak usah menangis, lebih baik kalian makan dulu, setelah itu bisa bobok lagi."
Marcell berkali-kali mengusap air matanya yang berjatuhan, pria yang begitu tegas saat berada di kantor, seketika mewek saat dihadapkan dengan anak dan mantan istrinya. Selama berpisah, ia sering mengurung diri, bahkan ia putuskan untuk pergi dari rumah orang tuanya karena selalu berbeda pendapat.
"Memangnya kamu berencana untuk pergi lagi dari sini? Kamu mau pergi ke mana lagi? Kamu tega misahin aku sama anak-anak? Lea bisa merasakan kebahagiaan saat dia mengenaliku sebagai Ayahnya, apakah kamu tega memisahkannya dariku? Tolong pikirkan baik-baik sebelum mengambil keputusan yang hanya akan menyulitkanmu."
Devina diam dengan memejamkan matanya, ia bahkan tidak bisa berpikir dengan jernih di saat otaknya bergelut dengan ego, entah benar entah salah jika ia harus kembali memisahkan anak-anaknya dengan Ayah kandungnya sendiri.
"Vina, aku sedang bicara denganmu, tolong jangan diam saja, aku butuh penjelasanmu! Tolong jangan abaikan keberadaanku di sini, Vina! Aku akui memang pendosa, aku orang yang sangat buruk dan tidak pantas untuk dimaafkan, tapi demi anak, apa kamu tega memisahkan kami?"
Dengan helaan nafas berat, Devina mencoba untuk berdamai dengan keadaan. Bukan karena ia ingin kembali pada mantan suaminya, tapi ia tidak ingin disalahkan karena sudah memisahkan antara anak dan Bapak.
"Menurutmu aku harus apa? Apa aku tetap bertahan di sini untuk mendengarkan hinaan dan cacianmu setiap saat? Sudah cukup hatiku kau patahkan, aku minta stop jangan pernah ganggu aku lagi. Jika kamu tidak menggangguku, mungkin aku masih bisa berpikir untuk bertahan di tempat ini, tapi kalau kamu masih juga menggangguku, aku tidak janji untuk bertahan di sini."
Marcell meneguk ludahnya susah payah. Haruskah ia berjanji untuk tidak mengganggu kehidupan mereka, sedangkan ia sudah berjanji pada putrinya untuk tidak pernah meninggalkannya.
"Mommy, jangan ucil Daddy ya? Aku ingin punya Daddy, aku ingin digendong cama Daddy, kalau Daddy pelgi, aku juga akan pelgi."
Ucapan Azalea membuat Devina dan Marcell terenyuh. Keduanya saling menatap dengan tatapan kosong."
kok bungsu.. benarnya si sulung
sebaiknya cari dulu tentang dunia kerja dan peraturan-peraturannya.
mana ada karyawan diminta hadir di kantor tengah malam. apalagi kualifikasi nya hanya karyawan biasa..
semuanya ada undang undang yang mengaturnya.
soal sanksi itu benar adanya, tapi tidak bisa juga sepihak.. disini jelas ada perbuatan tercela dari pihak atasan.. bahkan didepan karyawan lain...
memang bos punya kuasa.. tapi jika sewenang menang. maka SP (serikat pekerja) bisa mengajukan keberatan.. setiap perusahaan pasti punya wadah persatuan untuk karyawan.
mereka dilindungi oleh undang-undang atau perusahaan dapat sanksi
sebaiknya umurnya di tuakan sedikit
pasti tamatan paket A y🤣
bukannya tadi sudah sepakat bersikap profesional seperti atasan dan bawahan normal seperti biasa?