Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Hewan Buas
Tubuhnya ditumbuhi bulu lebat coklat kehitaman. Makhluk itu meraung ganas seolah ingin melahap sesuatu yang berada didepannya.
Hampir semua pria yang berdiri memegang senjata menganga terperanjat tidak percaya ada makhluk sebesar itu.
Vinay buru-buru membawa Luvi menjauh dari mahkluk tersebut.
Dominic tidak gentar sama sekali. Ia mulai menyerang makhluk tadi dari depan, tapi Dominic tidak berhasil menebasnya sedikitpun.
Makhluk itu balik menyerang dengan menghantamkan cakarnya, yang satu kukunya sebesar pedang Dominic.Untungnya pria itu dengan sigap bisa menghindar.
“Apa-apaan cakar itu! Kalau menancap di tubuhku, tamat sudah” gerutu Dominic.
“Tuan, dia bukan manusia! Jangan menyerang dengan cara seperti itu!” teriak Ardon memberi sarannya.
“Ya, aku juga berfikir seperti itu. Aku sedang mencari celah untuk menyerangnya” ucap Dominic sambil mencari celah untuk bisa melumpuhkan makhluk besar di depannya.
Mereka menjauh dan menjaga jarak dari makhluk itu. Dominic harus berfikir cepat mengatur strategi bagaimana caranya menghadapi makhluk yang beberapa kali lebih sebesar dari dirinya.
“Ardon, apa kau bisa mengganggunya di depan? Pergerakanmu sangat cepat, buat dia sibuk denganmu. Aku akan menyerangnya dari belakang” perintah Dominic.
Ardon yang memiliki kemampuan sangat cepat dalam bergerak, mulai mengganggu mahkluk buas tersebut, hingga kesulitan menangkapnya.
“Sebagian serang kakinya!”
Dominic dengan cepat berlari kearah belakang makhluk itu. Pria itu memanjat tubuh besar si makhluk dengan menggunakan bulu tebal makhluk itu untuk pegangannya.
Dominic harus berpegangan erat, karena makhluk tersebut mengamuk dan membuat tubuh Dominic terhuyung ke segala arah.
Namun ia berhasil menaiki sampai ke kepala makhluk tadi, kemudian …
Dzeep!
Pria itu berhasil menancapkan pedang tepat di mata makhluk besar tersebut.
Wraaawwrr!!
Erangan keras si makhluk sangat mengerikan.
Dengan kecepatan maksimalnya, Dominic loncat turun dari kepala dan punggung makhluk besar.
Si makhluk meronta dan mengamuk sejadinya. Tapi seolah kehilangan keseimbangan, makhluk tersebut menyerang Dominic dan anak buahnya dengan sembarang.
Pasukan Dominic terus menyerang bagian yang bisa mereka serang. Hingga makhluk tersebut terlihat kelelahan dan membungkuk, kemudian ia berlutut di tanah sambil memegang sebelah matanya yang terluka.
“Jangan dibunuh!” Perintah Dominic. “Apa ini makhluk yang kita incar kemarin?”
“Sepertinya iya Tuan” jawab salah satu anak buah Dominic.
“Bagaimana kita akan membawanya?” tanya Hack.
“Kita tidak akan membawanya. Kita batalkan misi penangkapan itu” ujar Dominic membuat bawahannya menoleh padanya.
“Tapi kita sudah menangkapnya Tuan?”
“Iya, bukankah ini adalah tangkapan besar?”
Protes para bawahan Dominic.
“Dia memang besar, sebesar hadiahnya. Tapi aku sudah tidak berminat untuk menangkapnya” jawab Dominic.
“Tapi Tuan,-”
“Sudahlah. Aku tidak ingin menyusahkan kalian dengan membawanya kehadapan Putera Mahkota yang konyol itu. Apa kalian bisa menggendongnya? Biarkan saja si Pangeran itu yang mengambilnya sendiri disini”
Nafas si makhluk terdengar tersengal sengal terdengar keras di selingi lendir menyeramkan yang keluar dari sela taringnya.
Ia mengerang seolah kesakitan namun terlihat sudah tidak mampu melawan dan bertarung lagi.
Makhluk buas itu seolah menyerah, dia tidak seganas tadi.
Para pria di depannya terus memantau si makhluk sampai pergerakan selanjutnya.
Tapi Dominic seolah memikirkan sesuatu. “Ardon, Hack dan kalian berdua, coba kalian cari kelinci atau rusa di sekitaran hutan ini”
“Baik Tuan!”
Setelah anak buah yang diperintahkan kembali. Mereka berhasil membawa seekor kelinci dan satu burung agak besar dan satu kijang muda.
Dominic menunduk dengan hati-hati, kemudian ia melempar hasil buruan itu ke depan makhluk buas yang kini duduk lemah.
Awalnya si makhluk diam, tapi lama kelamaan dia mengendus daging dan darah di hadapannya seketika itu menggugah rasa laparnya.
Makhluk tadi mengambil bangkai kelinci dengan kukunya yang besar kemudian memasukan kedalam mulutnya dengan sekali telan. Kelinci itu hanya seperti kue cup cake untuknya, begitu kecil hanya untuk kudapan.
Lalu ia beralih ke burung yang juga sudah Dominic lempar kearahnya. Makhluk itu juga memasukannya kedalam mulut dan dalam sekejap habis tanpa sisa.
Kini tinggal makanan penutup, kijang muda.
Dominic memerintahkan anak buahnya untuk pergi dari sana dengan sangat hati-hati dan perlahan.
Mereka melangkah mengendap-endap agar si makhluk tidak kaget dan menyerang lagi.
Akhirnya sebagian pasukan berhasil menjauh dan berlalu dari sana. Tapi sebagian pasukan beserta Dominic harus berhenti dari langkah mereka karena si makhluk sudah selesai dari makannya.
Dia mengerang lagi. Tapi kali ini erangan makhluk itu tidak seganas di awal tadi. Dominic tidak tega juga melihat darah terus keluar dari matanya akibat tusukan pedangnya tadi.
Dominic nekat mendekati makhluk itu perlahan.
“Tuan!” panggil bawahan Dominic yang panik.
Sangat-sangat perlahan Dominic mencoba memegang kaki makhluk buas mengerikan itu.
“Aaarww!”
Dominic terperanjat kaget dan mundur beberapa langkah. Tapi ia mencoba lagi untuk menyentuhnya, dan akhirnya berhasil.
Makhluk itu seolah tahu jika niat Dominic tidak ingin menyakitinya. Hewan besar mengerikan itu hanya meraung sesekali menahan sakit.
“Hack! Keluarkan obat-obatan di dalam tas kulitku!” perintah Dominic.
* * *
Dua hari berlalu, Dominic dan bawahannya baru berjalan keluar hutan dan akan kembali ke kedai.
Kali ini mereka memiliki dua tangkapan besar. Niat Dominic yang ingin meninggalkan makhluk buas tadi di hutan akhirnya dikalahkan oleh usulan anak buahnya dan yang paling membuat Dominic akhirnya membawa makhluk itu karena hewan besar itu terus mengerang memelas ketika Dominic akan melangkah meninggalkannya.
Akhirnya terpaksa mereka bermalam dan tinggal beberapa hari lagi di dalam hutan untuk membuat kandang besar dari batang pohon dan merakitnya menjadi semacam kereta ber-roda yang ditarik oleh beberapa kuda.
Karena seperti hewan peliharaan yang menurut, makhluk buas itu sangat mudah digiring menuju kandang dengan pancingan makanan, rusa kecil dan anak babi hutan.
Di dalam kandang dia tidak berontak sama sekali. Akhirnya makhluk besar itu di bawa pulang oleh mereka, beserta Puteri yang selama ini dicari.
Sesekali Dominic melirik kearah Luvi dengan tatapan tidak seperti biasanya. Luvi merasakan perubahan dalam diri Dominic setelah terbongkar bahwa ia adalah Puteri Elisa.
Akhirnya perjalanan mereka berakhir di kedai. Sorak sorai bawahan Dominic menggelegar membuat ruang kedai gaduh dan hidup kembali.
“Tuan, aku akan ke pasar membeli lima ekor ayam dan dua domba besar untuk makhluk itu” ucap salah seorang anak buah Dominic.
“Baik, ini koinnya. Sisanya kau belilah keperluanmu” ujar Dominic membuat bawahannya semangat.
“Besok kita akan menyerahkan makhluk buas itu, juga si Puteri nakal. Hari ini banyak-banyaklah beristirahat, besok kita akan mengambil harta karun yang banyak!” Dominic mengangkat gelas besarnya tinggi-tinggi. Anak buah Dominic menyambutnya dengan semangat yang bergelora seraya mengangkat semua gelas di tangan kekar mereka.
Malam mulai naik meninggi. Dominic menoleh kearah pintu kamar Luvi dipojokan kedai.
Pria itu melangkah menuju ke kamar Luvi. Ia membuka kuncinya, kemudian membukanya perlahan, penasaran apa yang gadis itu sedang lakukan.
Dominic mendapati Luvi tengah meringkuk tidur di kasur mungil sambil terisak menangis.
Ia menutup pintunya dan mulai melangkah mendekati gadis itu. Dominic duduk di pinggir ranjang. Posisi Luvi menghadap ke dinding.
“Bukankah kau senang bertemu dengan Ayahmu?” Dominic membuka pembicaraan.
Luvi masih diam dengan tangisan kecilnya.
“Apa kau pernah bertanya pada Ayahmu kenapa dia terlalu mengekang mu?” pertanyaan Dominic lagi-lagi tidak mendapat jawaban.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.