NovelToon NovelToon
Jodoh Untuk Kakak

Jodoh Untuk Kakak

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: veraya

Ketika adik-adiknya sudah memiliki jodoh masing-masing, Ara masih diam tanpa progres. Beberapa calon sudah di depan mata, namun Ara masih trauma dengan masa lalu. Kehadiran beberapa orang dalam hidupnya membuat Ara harus memilih. Teman lama atau teman baru? Adik-adik dan keluarganya atau jalan yang dia pilih sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20 : Alice

     Baru saja Mahesa masuk ke dalam rumah, Tante Nia sudah langsung buru-buru mendorong badannya menuju kamar mandi.

     "Cepetan mandiii...bentar lagi Alice datang."

Mahesa malas-malasan mengambil handuk di jemuran.

     "Alice nggak hubungi aku, Tante yang minta dia kemari?"

     "Dia nanyain kamu. Makanya Tante kasih tahu. Untung kamu lagi di rumah. Untung jadwal dia juga lagi kosong. Biasanya dia sibuk ngajar dan praktek di rumah sakit, loh. Kamu beruntung bisa ketemu dia hari ini. Untung ditambah untung sama dengan jodoh, Hees."

     Tante Nia bertepuk tangan sendiri sambil senyum berbunga-bunga. Mahesa menyunggingkan sudut bibirnya.

     Dari luar terdengar bunyi bel pintu. Laras yang sedari tadi nonton televisi sambil ngemil sontak berlari ke pintu masuk.

     "Laras aja yang bukain."

     "Aduh! Keburu dateng dianya. Kamu belum rapih-rapih, Mahes! Udah sana buruan ganti baju."

     "Nggak perlu. Gini aja. Kita lihat apakah Alice masih mau sama aku kalau dia liat aslinya kayak gini."

     "Ya jangan dong, Mahesa...kamu harus menghargai tamu. Masa'...hei..."

     Mahesa duduk di sofa ruang tamu sambil menyambar cemilan Laras. Tante Nia ngomel-ngomel sendiri karena Mahesa terkesan menguji Alice.

     Berbeda dengan Mahesa yang santuy, Laras terlihat sangat antusias menyambut Alice datang. Dia sudah menggandeng tangan Alice menuju ruang tamu.

     "Kak Alice bawain jaket keluaran terbaru dari Centang Satu, Tante. Keren banget deh! Besok mau Laras bawa buat hiking."

     "Alice bawain brownies buat Tante. Buatan sendiri. Semoga Tante suka ya."

     Mata Tante Nia berbinar-binar melihat tampilan Alice yang stunning. Rambutnya yang coklat keemasan, kulitnya yang seputih pualam, serta wajah blasterannya yang estetik.

     Dress selutut warna maroon ditutup dengan blazer putih dengan satu kancing di bawah dada memancarkan kesan simple elegan dari dalam diri Alice. Pembawaannya yang kalem membuat Tante Nia semakin kepincut.

     "Oh my goodness, kamu cantik sekali. Kapan terakhir kali kita ketemu ya? Kamu masih sama loh."

     Alice ber-cipika-cipiki dengan Tante Nia sambil tersenyum hemat.

     "Pas reuni, Tante. Saya nganter Mama, kan."

     "Oh, iya. Betul. Kalian bisa ketemu waktu itu juga karena Mahesa nganter Tante kan. Gimana kabar Mama kamu?"

     "Sehat."

     "Good. Itu Mahesa. Kamu duduk saja dulu. Tante bikinin minum."

     Tante Nia menerima paperbag berisi brownies dari tangan Alice.

     "Laras aja yang bikin minum, Tante."

     "Uuu...anak baik, anak cakeep. Makasih ya, Ras. Tante mau pesen makanan dulu."

     "Nggak perlu repot-repot, Tante. Minum aja udah cukup."

     "Kamu lagi diet?"

     Alice tertawa. "Nggak kok. Saya malah pengen ajak kalian makan di luar nanti."

     "Ooow...kamu baik bangeet. Ya udah, minum aja dulu ya."

     Alice mengangguk kemudian berjalan menghampiri Mahesa yang masih sok cuek seolah-olah tidak tahu Alice sudah datang.

     "Hai, Mahesa."

     "Haai...Alice. Maaf aku nggak tau kamu datang. Silahkan duduk."

     Mahesa masih ngemil sambil mengangkat sebelah kakinya ke lutut.

     Alice mamandangi Mahesa yang sudah lama tidak ditemuinya. Di matanya, Mahesa masih semenarik itu walau hanya dengan dipandangi sepanjang hari.

     "Sorry, aku belum mandi. Habis olahraga tadi. Kamu pagi banget datengnya."

     "Nggak apa-apa. Maaf kalau kepagian."

     Mahesa tersenyum sambil menawarkan cemilan. Alice dengan sopan menolak tawaran Mahesa.

     "Kamu nggak makan keripik kentang kayak gini ya? Orang-orang bilang kalau ini junk food, padahal enak dan layak dimakan. Dari mana junk-nya ya kan?"

     "Aku makan kok, tapi bikin sendiri dari kentang asli."

     "Oh, wow."

     Mata Mahesa masih sibuk melihat tayangan di televisi tapi mulutnya masih ngobrol dengan Alice.

     "Gimana jadi dokter? Seru?"

     "What do you mean seru?"

     "Entahlah. Aku tidak pernah jadi dokter. Tapi di film-film itu..." Mahesa menunjuk salah satu drama di televisi, "...profesi dokter selalu jadi idola dan kisah hidupnya menarik."

     Alice memandang televisi sambil tersenyum tipis.

     "Bagian mana yang kamu lihat? Kalau bagian cinta-cintaan dan pemerannya yang rupawan si...ya...mungkin seru. Tapi coba kamu ikut aku ke pedalaman atau daerah rawan konflik. Sudut pandangmu pasti akan berbeda."

     "Oh..."

     Mahesa mengunyah keripik kentangnya sambil tersenyum.

     "Aku nggak mungkin ikut kamu ke sana, Alice. Dunia kita berbeda."

     Alice tersenyum menatap Mahesa.

     "Yes i know. Duniamu tentu lebih seru dari duniaku. Bebas mengekspresikan diri dan dicintai banyak orang."

     Alice menunduk sambil menyilakan rambut di sisi telinganya. Teringat dengan video yang kemarin sempat ditontonnya. Gadis bunga mawar. Alice sebenarnya ragu untuk datang, tapi Tante Nia bilang Mahesa tidak berpacaran dengan siapa-siapa.

     "Tapi...pekerjaanmu mulia, Alice. Menyelamatkan banyak orang."

     "Sayangnya tidak semuanya bisa selamat."

     Alice menatap mata Mahesa dengan tatapan memelas. Seolah semua perjalanan waktu dia lalui dengan penuh perjuangan dan air mata. Mahesa yang ditatap begitu jadi merasa tidak nyaman.

     "Next. Aku mandi dulu."

...* * * * *...

     Alice masih menunggu Mahesa selesai mandi sambil ditemani oleh Tante Nia dan Laras. Keduanya bahkan sudah berganti baju, siap-siap untuk pergi makan di luar bersama Alice.

     Mahesa keluar dari kamar memakai jaket dan topi, celana ripped jeans dan sneaker.

     "Aku berangkat dulu ya."

     "Loh?!" Suara Tante Nia menggelegar hampir meruntuhkan atap dan pot-pot tanaman. "Mau ke mana, Mahesa?! Kita kan mau makan bareng sama Alice."

     "Loh? Tante nggak tahu Mahesa ada jadwal soundcheck buat acara besok?"

     "Mana Tante tahu, Tante bukan manajermu."

     "Nah itu dia. Tante mau gantiin si Dasa? Biar tahu semua jadwalku. He he..." Mahesa tersenyum lebar. Antara nantang atau nyindir ya?

     Mahesa melambaikan tangan pada ladies group itu. "Maaf ya, Gals. Aku nggak bisa ikut. Alice, sorry banget."

     "Kamu soundcheck buat konser?" tanya Alice.

     "Ya."

     "Di mana?"

     "Kenapa memangnya?"

     "Nggak apa-apa. Pengen aja nonton konsermu."

     "Um...itu acara ulang tahun hotel si sebenernya. Terbatas."

     "Oh..." Alice merasa Mahesa menghindarinya.

     "Kak Mahesa benar-benar deh. Masa' nggak bisa nyusupin Kak Alice ke konser kamu? Bilang aja Kak Alice itu pacar kakak."

     "Eh...anak kecil nggak usah ikut-ikut ya. Kerja itu harus profesional."

     "Tapi Kak Ara kok bisa nonton konsermu waktu itu?"

     "Dia punya tiketnya, anak baweel. Kalau masih ada pertanyaan dan keluhan, simpan buat nanti. Aku nggak mau terlambat. Aku pamit, Tante. Alice, makasih ya udah bantu aku momong Tante dan adikku. U're the best. Bye..."

     Mahesa ngacir keluar rumah sambil menenteng sepatu biar nggak keburu ditahan Tante Nia karena meninggalkan mereka.

     Di balik kepergian Mahesa. Alice merasa ada sedikit efek bunga bermekaran di dalam hatinya karena Mahesa memujinya 'the best' dan Laras yang menyebutnya 'pacar' Mahesa.

     Pujian itu sudah cukup untuknya bisa terus mengagumi Mahesa. Paling tidak, Alice terlihat di mata Mahesa untuk sesaat. Walaupun dia tidak tahu akan bertahan sampai kapan.

     "Ara...siapa, Ras?"

     "Cuma temen masa kecilnya Kak Hesa." jawab Laras malas.

     "Nggak perlu dipikirin, Alice." tambah Tante Nia.

     "Ara itu...yang ada di video gadis mawar itu, bukan?" tanya Alice lebih penasaran.

     "Tadinya aku juga nggak terlalu yakin itu dia. Tapi begitu aku liat orang aslinya, yaaa...itu dia." jawab Laras kesal.

     “Itulah sebabnya Tante berharap kamu sama Mahesa, Alice. Mahesa itu kalau nggak dicariin gantinya Ara, nggak bakalan move on. Padahal Ara-nya cuma nganggep temen. Tante takut kalau Mahesa pacaran sama Ara, bisa kena sial. Dulu ya, pernikahan di depan mata aja Ara bisa gagal, apalagi pacaran. Seisi komplek sini juga tahu siapa calonnya Ara dulu. Anak orang terpandang, public figure, kaya raya, bahkan sempet jadi model juga. Kalau sampai laki-laki batalin pernikahan yang cuma kurang sebulan, berarti ceweknya ada apa-apa, kan?"

     Alice terdiam. Tidak tahu harus berperasaan dan bereaksi apa.

1
Sumringah Jelita
paket komplit
veraya: terima kasih atas apresiasinya 🥰🥰 🥰
total 1 replies
ian gomes
Keren abis, thor! Jangan berhenti menulis, ya!
veraya: Terima kasih supportnya, smangat lanjut 🥰🥰
total 1 replies
Shion Fujino
Lanjutkan ceritanya, jangan sampai aku ketinggalan!
veraya: Terima kasih dukungannya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!