Sekedar Menjadi Ibu Sambung

Sekedar Menjadi Ibu Sambung

Kakak Ipar, Adik Ipar

Siapa pun pasti tidak mau kehilangan orang yang sangat dicintai dan disayangi, baik itu saudara kandung, suami atau istri, atau orang tua dan anak. Namun, jika ajal sudah datang tak akan bisa ditolak atau dibatalkan karena semua sudah menjadi kuasa Sang Maha Pencipta.

Langit cerah yang menerangi bumi mulai tertutup dengan awan hitam, suara gemuruh dibalik awan hitam tersebut mulai saling bersahutan seakan memberitahukan pada makhluk hidup di dunia jika hujan akan segera datang.

Beberapa orang yang sejak tadi berjongkok dekat salah satu pusara pemakaman, terpaksa bangkit demi tubuhnya tidak terkena hujan jika memang akan turun hujan.

“Ayo Jihan, kita harus bergegas pulang, hari sudah mau hujan kasihan Ezra nanti akan kehujanan,” pinta Ibu Kaila ibunya Jihan.

Dengan mengusap air matanya yang masih saja betah keluar dari ujung netranya, gadis ayu yang baru saja lulus sekolah menengah atasnya kemarin langsung bangkit dari jongkoknya.

“Sini Bu ... Ezra-nya biar Jihan gendong saja, nanti Ibu akan kesusahan jalannya,” pinta Jihan dengan mengulurkan kedua tangannya pada batita laki-laki yang baru saja menginjak usia 3 tahun. Wanita paruh baya itu membuka ikatan kain gendongannya dan membiarkan Jihan mengambil alih anak almarhumah kakaknya.

Sementara itu, di antara mereka bertiga ada sosok pria yang bernama Fathi Dizwhar Prawidja, suami dari almarhumah kakaknya Jihan yang bernama Embun. Melihat mereka berdua bangkit dari tepi pusara, dia ikutan beranjak, tapi sebelumnya pria itu mengusap pusara istrinya yang telah berpulang ke rahmatullah enam bulan yang lalu.

Pria yang miliki paras tampan, tubuhnya yang besar dan tinggi jalan terlebih dahulu mendahului kedua wanita itu, Jihan melengoskan wajahnya ketika kakak iparnya melewatinya begitu saja. Jangankan Jihan, Fathi saja juga tidak sudi melihat wajah adik iparnya yang telah menyebabkan istrinya meninggal dunia.

“Sabar ... sabar untung udah bukan kakak ipar lagi. Kalau enggak wiih nih jantung bisa terjun payung setiap hari! Selalu aja gue yang disalahi ... Huft! Memangnya hanya dia yang kehilangan Kak Embun, gue juga kehilangan Kak Embun, lalu ibu dan ayah juga kehilangan dan bersedih,” gerutu batin Jihan sendiri. Menurutnya sudah cukup dia menahan dirinya selama enam bulan jadi bual-bualan kakak iparnya itu.

Namanya musibah tidak pernah ada yang tahu, termasuk Jihan di saat dia meminta kakaknya jemput di salah satu rumah temannya karena takut pulang malam sendiri, lantas Embun menjemputnya dengan motornya. Tapi apa yang terjadi, belum tiba di rumah temannya, Jihan dapat kabar dari rumah sakit kalau kakaknya mengalami kecelakaan.

Semua anggota keluarga kocar kacir termasuk Fathi yang sebagai dokter langsung datang ke rumah sakit di mana istrinya di bawa ke sana, tapi semuanya terlambat, ajalnya sudah menjemput Embun.

Di sinilah Fathi marah besar pada Jihan, karena sebelumnya dia sudah melarang istrinya untuk menjemput adik manjanya itu. Fathi menyalahkan kematian istrinya karena adik manja istrinya tersebut yang bernama Jihan Aisha. Semenjak kematian Embun, Fathi berubah total sikapnya termasuk pada Jihan, awalnya dia biasa saja dengan adik iparnya, tapi sekarang sangat membencinya, setiap bertemu pandang seperti ingin memakan gadis muda itu.

Mereka semua bergerak menuju mobil mewah milik Fathi, dan seperti biasa Jihan akan ambil posisi duduk di belakang kemudi bersama keponakannya, dan ibunya duduk di samping kemudi.

BRAK!

Bahu Jihan berjengit ketika Fathi membanting pintu mobilnya sendiri, seolah-olah saat ini dia meluapkan emosinya di depan Jihan.

“Wiss eling-eling, tuh pintu mobil gak berdosa, yo kok dibanting ... kasihan anak ganteng Tante jadi kaget ya,” gumam Jihan sendiri sembari melirik keponakan yang ganteng persis banget kayak papa-nya.

Ucapan Jihan barusan terdengar jelas di telinga Fathi, dan samar-samar dia melirik Jihan dan anaknya melalui kaca tengah dengan tatapan mencebiknya.

“Kita langsung pulang, atau Ibu mau mampir ke sesuatu tempat?” tanya Fathi. Hari ini kebetulan dia libur praktik di rumah sakit milik keluarganya, maka dari itu dia bisa mengantar ibunya Embun berziarah, tapi siapa sangka jika ibu mertuanya mengajak adik manjanya Embun, sudah tentu bikin moodnya swing.

“Su-su dan diapers Ezra kebetulan stocknya abis Fathi, mungkin kamu mau belikan dulu di supermarket,” ucap Bu Kaila.

“Kalau begitu kita mampir ke supermarket dekat rumah,” jawab Fathi sembari menyalakan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan pemakaman umum. Sepanjang perjalanan menuju supermarket, tidak ada pembicaraan yang hangat, yang ada hanya suara cempreng Jihan yang sedang melantunkan lagu anak-anak bersama putranya Fathi.

Ingin rasanya Fathi menegurnya untuk tidak menyanyi, tapi apa dayanya ketika Jihan berhenti bernyanyi anaknya malah menangis, ya terima nasiblah Fathi mendengar suara cempreng Jihan sampai tiba di tujuan.

30 menit kemudian, mobil yang dikemudikan oleh Fathi tiba di supermaket yang menuju rumah Jihan, setelah terparkir rapi barulah mereka keluar dari mobil. Kebetulan Fathi tidak membawa stroller anaknya, dan membiarkan gadis itu mengendong putranya.

Jihan hanya bisa mendesah, dan terima resikonya kalau begini, perangai kakak iparnya itu udah luar binasa rasanya mulutnya ingin mengumpat. Karena tidak mungkin dia bergantian dengan ibunya yang lagi sakit pinggang mengendong batita yang gemoy dan menggemaskan ini, mengesalkan!

“Laut masih jauh ya, rasanya pengen tenggelami  orang ke laut rasanya!” celetuk Jihan, sengaja melangkahkan kakinya mendahului Fathi, dan biar suaranya terdengar jelas di telinga sang dokter tersebut.

“Ck ...!” berdecak kesal Fathi sembari menarik troli besi untuk menampung belanjaan.

“Fathi, Ibu tunggu di sini saja ya, kayaknya Ibu gak kuat kalau keliling masuk ke dalam,” ucap Bu Kaila menunjuk bangku tunggu, sembari mengusap pinggangnya,

“Ya Bu, tunggu di sini saja. Biar aku sama Jihan yang belanja,” jawab Fathi sebelum meninggalkan Bu Salwa.

Jihan yang sudah berjalan duluan dengan mengendong Ezra langsung bergerak ke lorong susu, dan mengambil beberapa kotak susu yang biasa diminum. Lalu, dia celingak-celinguk ke belakang baru menyadari jika tidak ada yang mengikutinya.

“Duh ... de ternyata hanya kita berdua aja, papamu emang keterlaluan! Yang punya anak siapa, kenapa Tante yang repot sih ngurusin kamu!” gerutu Jihan, bukan bermaksud dia tidak ikhlas mengurus keponakannya, tapi lebih kesal sama si papanya Ezra.

“Dokter jabatannya, anak pemilik rumah sakit, wajah ganteng, tapi ngeselin. Tante masih saja disalahkan, andaikan dibolehkan Tante pengen tenggelamkan papanya Ezra ke empang biar dicubit-cubit gemes sama ikan gurame, ikan nila, ikan mujair sama kena patilnya lele, pasti sedap banget ya, De.” Dasar Jihan, batitalah diajak curhat yang ada tuh bocah nyengir kasih lihat giginya yang masih putih mengkilap tak ada cela.

“Hmm!”

Baru aja lagi sesi curhat, ada suara orang yang kayaknya tenggorokannya nyangkut tulang ikan mas.

“Hmm!”

Jihan yang masih menatap Ezra, menolehkan wajahnya ke belakang bahunya.

“Bagus ya, ngajarin anak aku yang enggak-enggak!” tegur Fathi akhirnya keluar suaranya setelah hampir sekian lama lebih banyak diam setelah habis-habisan memaki Jihan di depan keluarga dirinya dan keluarga Jihan. Ya, walau saat itu sangat menyakitkan buat Jihan, tapi dia menerimanya lapang dada, dan untungnya jiwa Jihan bukan jiwa cengeng, setelah larut dalam kehilangan kakaknya dia kembali ke setelan pabrik yaitu agak bar bar dan manja.

“Aduh De, tadi Tante cerita nama-nama ikan'kan, eeh sekarang muncullah ikan paus yang ganas. Jadi gimana kalau kita pindah ke laut sebelah ya De,” balas Jihan masih ajak ngobrol si batita, sembari menaruh box susu ke dalam troli, lalu dengan gesitnya dia bergerak menjauhi Fathi.

“Iss ... ada Om Dokter galak!” gumam Jihan sendiri.

“Dasar bocah manja!” gerutu Fathi kesal.

bersambung ...

Halo Kakak Readers yang cantik dan ganteng, ada yang kangen gak ya sama Mommy Ghina 🤭, pasti gak ada yang kangen ya 😁. I'm comeback nih dengan karya terbaru di tahun 2024. Semoga kisahnya bisa menghibur ya, dan seperti biasa temani ya saya nulis di sini sampai kisahnya tamat.

Jangan lupa selalu tinggalkan jejaknya ya, like, komentar, poin dan sebagainya sebagai bentuk dukungan karya ini ya. Makasih sebelumya.

Lope Lope sekebon 🍊🍊🍊🍊🍊

Visual MC

Fathi Dizwhar Prawidja, usia 32 tahun, Dokter sekaligus anak pemilik rumah sakit.

Ezra Prawidja, usai 3 tahun, anaknya Fathi dan Embun.

Jihan Aisha, usia 19 tahun, baru lulus sekolah rencana mau kuliah. Adiknya Embun.

Terpopuler

Comments

Anita noer

Anita noer

lucux sih si dedek....

2024-05-31

1

Nuryati Yati

Nuryati Yati

mampir mom..

2024-06-14

0

Anonymous

Anonymous

ok

2024-06-12

0

lihat semua
Episodes
1 Kakak Ipar, Adik Ipar
2 Apa! menikah!
3 Hutang budi atau balas budi?
4 Hari pernikahan
5 Di antara pintar dan bodoh
6 Tak semudah itu minta cerai!
7 Mau berapa lama memeluk Jihan?
8 Mie rebus
9 Memarahi Jihan
10 Jangan konyol, Jihan!
11 Mengobati luka Jihan
12 Saran Kinan
13 Pergi tanpa pamit
14 Makan siang
15 Ada yang menahan emosi
16 Bertengkar kembali
17 Lehernya kenapa Mas Fathi?
18 Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19 Just two of us
20 Lakukanlah sampai puas
21 Tolong, bertahanlah Jihan!
22 Amarah Papa Gibran
23 Pergi untuk selamanya?
24 Kembalilah Jihan!
25 Kegelisahan Bu Kaila
26 Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27 Jihan ingat siapa aku?
28 Ezra sakit
29 Gosip para perawat
30 Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31 Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32 Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33 Perhatian Fathi
34 Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35 Loh kenapa tidur di sini!
36 Pelampiasan!
37 Perkara cake
38 Perjodohan Fathi dengan Kinan
39 Amarah Fathi
40 Pingsan
41 Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42 Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43 Penjelasan Fathi
44 Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45 Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46 Maafkan Tante, Ezra
47 Pembicaraan sahabat
48 Papa janji
49 Jihan minta maaf, Kak
50 Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51 Mintalah kesempatan kepada istrimu
52 Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53 Kegaduhan di makan malam
54 Time to sleeping
55 Iya Mama, sekarang bobo ya
56 Jangan bilang Mama ya!
57 Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58 Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59 Kasih waktu
60 Rempeyek ikan teri
61 Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62 Mengusir Kinan
63 Mama anak kecilnya Papa
64 Lakukan seperti tempo hari!
65 Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66 Bolehkan kalau aku cemburu
67 Fathi bucin
68 Om sugar daddy
69 Makan siang yang damai!?
70 Perdebatan di restoran
71 Pembicaraan ayah dan anak
72 Kembali tinggal di rumah Fathi
73 Tanpa bayangan masa lalu
74 Penolakan Rahmat
75 Jangan bertindak gegabah!
76 Kejujuran Rahmat
77 Nafkah dari suami
78 Waspadalah dengan Kinan!
79 Menghadap Papa Gibran
80 Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81 Perjuangan Fathi dan Rahmat
82 Penangkapan Kinan
83 Cepat bangun ya, Pah!
84 Peluk aku Sayang
85 Theo terkejut!
86 Keadaan Rahmat
87 Back to home
88 Beneran, Mas gak minta?
89 Honeymoon - 1
90 Honeymoon - 2
91 Honeymoon - 3
92 Honeymoon - 4
93 Akhir kisah Jihan dan Fathi
94 Info karya terbaru Mommy Ghina
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kakak Ipar, Adik Ipar
2
Apa! menikah!
3
Hutang budi atau balas budi?
4
Hari pernikahan
5
Di antara pintar dan bodoh
6
Tak semudah itu minta cerai!
7
Mau berapa lama memeluk Jihan?
8
Mie rebus
9
Memarahi Jihan
10
Jangan konyol, Jihan!
11
Mengobati luka Jihan
12
Saran Kinan
13
Pergi tanpa pamit
14
Makan siang
15
Ada yang menahan emosi
16
Bertengkar kembali
17
Lehernya kenapa Mas Fathi?
18
Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19
Just two of us
20
Lakukanlah sampai puas
21
Tolong, bertahanlah Jihan!
22
Amarah Papa Gibran
23
Pergi untuk selamanya?
24
Kembalilah Jihan!
25
Kegelisahan Bu Kaila
26
Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27
Jihan ingat siapa aku?
28
Ezra sakit
29
Gosip para perawat
30
Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31
Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32
Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33
Perhatian Fathi
34
Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35
Loh kenapa tidur di sini!
36
Pelampiasan!
37
Perkara cake
38
Perjodohan Fathi dengan Kinan
39
Amarah Fathi
40
Pingsan
41
Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42
Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43
Penjelasan Fathi
44
Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45
Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46
Maafkan Tante, Ezra
47
Pembicaraan sahabat
48
Papa janji
49
Jihan minta maaf, Kak
50
Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51
Mintalah kesempatan kepada istrimu
52
Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53
Kegaduhan di makan malam
54
Time to sleeping
55
Iya Mama, sekarang bobo ya
56
Jangan bilang Mama ya!
57
Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58
Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59
Kasih waktu
60
Rempeyek ikan teri
61
Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62
Mengusir Kinan
63
Mama anak kecilnya Papa
64
Lakukan seperti tempo hari!
65
Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66
Bolehkan kalau aku cemburu
67
Fathi bucin
68
Om sugar daddy
69
Makan siang yang damai!?
70
Perdebatan di restoran
71
Pembicaraan ayah dan anak
72
Kembali tinggal di rumah Fathi
73
Tanpa bayangan masa lalu
74
Penolakan Rahmat
75
Jangan bertindak gegabah!
76
Kejujuran Rahmat
77
Nafkah dari suami
78
Waspadalah dengan Kinan!
79
Menghadap Papa Gibran
80
Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81
Perjuangan Fathi dan Rahmat
82
Penangkapan Kinan
83
Cepat bangun ya, Pah!
84
Peluk aku Sayang
85
Theo terkejut!
86
Keadaan Rahmat
87
Back to home
88
Beneran, Mas gak minta?
89
Honeymoon - 1
90
Honeymoon - 2
91
Honeymoon - 3
92
Honeymoon - 4
93
Akhir kisah Jihan dan Fathi
94
Info karya terbaru Mommy Ghina

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!