Attention!! Lapak khusus dewasa!!
***
Vincent tanpa sengaja bertemu dengan Valeska di sebuah bar. Niat awalnya hanya untuk menyelamatkan Val yang diganggu laki-laki, namun akhirnya malah mereka melakukan 'one night stand'.
Dan ketika paginya, Vincent baru sadar kalau gadis yang dia ambil keperawanannya tadi malam adalah seorang siswi SMA!
***
Tolong bijak dalam memilih bacaan. Buat bocil gak usah ikut-ikutan baca ini, ntar lu jadi musang birahi!
Gak usah julid sama isi ceritanya, namanya juga imajinasi. Halu. Wajar saja kan? Mau kambing bertelor emas juga gapapa. :"D
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Everleigh Group
Valeska melangkah menjauh dari Vidya. Dia nggak mau sahabatnya ikut mencuri dengar obrolannya, terutama kalau ini soal Vincent.
“Iya, ada apa?” tanya Valeska, setengah mati menahan senyum di bibirnya. Dalam hati, dia udah menerka-nerka. ‘Pasti soal duit, kan?’
“Malam ini lo sibuk?” suara Vincent terdengar santai.
“Malam ini—” Valeska pura-pura mikir sebentar. Padahal sih, dia tahu jawabannya. “Nggak sibuk,” katanya akhirnya, dengan nada biasa aja.
“Bagus. Gue mau ngobrol sesuatu. Ketemuan di Royal Barbeque, ya,” ujar Vincent to the point.
“Eh?” Valeska mengernyit. “Ketemuan di sana?” ulangnya memastikan.
“Jam delapan. Jangan telat,” tambah Vincent, langsung menutup telepon sebelum Valeska sempat menanggapi.
Valeska menatap layar HP yang udah kembali ke home screen, matanya menyipit bingung. ‘Royal Barbeque? Restoran fancy kayak gitu? Dia mau apa? Jangan-jangan... ngajak gue kencan?’ pikirnya. Tapi otaknya cepat-cepat membantah, ‘Gak mungkin. Pasti ada urusan bisnis penting. Tapi … kalau ternyata bukan?’
“Kenapa, Val?” tanya Vidya tiba-tiba muncul di belakangnya.
“Ha? Nggak apa-apa,” jawab Valeska cepat sambil menggeleng. “Lo ngapain bangun? Sakit perut, kan? Udah sana, rebahan lagi.”
“Iya-iya,” balas Vidya sambil kembali merebahkan badannya di ranjang UKS. Sementara itu, Valeska masih asyik melamun, mencoba menebak-nebak maksud Vincent ngajak ketemuan di tempat semahal itu.
***
Di Kantor Vincent
Di balik meja kerjanya, Vincent memegang dada sambil menarik napas panjang. Jantungnya masih berdebar kencang, efek habis telponan sama Valeska. ‘Kenapa lo gugup banget sih, Vin? Itu kan cuma Valeska!’
“Sial. Ngomong sama dia bikin gue grogi kayak bocah SD yang baru ngomong ama crush,” gumam Vincent.
Desta yang sejak tadi duduk santai di sofa, langsung tertawa keras dengar pengakuan sahabatnya itu. “Astaga, lebih gugup daripada presentasi depan klien, ya?” godanya.
“Jauh lebih gugup,” aku Vincent jujur, sambil mengusap wajahnya sendiri.
“So, malam ini lo sendirian, kan? Nggak perlu minta gue buat nemenin,” ujar Desta sambil berdiri dan merapikan jasnya.
“Sibuk lo?” Vincent melirik Desta, curiga.
“Ada party,” jawab Desta singkat, dengan senyum jahil yang khas.
“Party mulu kerjaannya. Lo bawa Grace kali ini?” Vincent menaikkan alis, mengingat pacar Desta yang dulu.
Desta langsung nyengir. “Udah kelar sama dia. Tuh bule udah balik ke Aussie.”
Vincent cuma manggut dengan ekspresi datar. “Jadi lo mau nyari mangsa baru?”
“Exactly!” Desta menjentikkan jari dengan gaya sok keren. “Gue cabut dulu, ya. Good luck buat malam ini. Gue tunggu laporan hasil kencan lo sama Valeska,” ujarnya sambil cekikikan.
“Ini bukan kencan,” bantah Vincent pelan.
“Yeah, right,” balas Desta sambil menyeringai. “Hati-hati, bro. Jangan terlalu tegang,” tambahnya sebelum melangkah keluar. “Lo paham kan maksud gue dengan kata tegang?” tanyanya seraya tertawa.
“Bacot, njir!” seru Vincent.
Setelah Desta pergi, Vincent menghela napas panjang lagi. Tatapannya tertuju ke luar jendela, tapi pikirannya jelas nggak di kantor.
***
Wanita dengan aura dominan itu melangkah anggun menyusuri lobi kantor Everleigh Group. Melani Everleigh. Sosoknya seperti magnet, membuat semua yang berpapasan menunduk hormat tanpa diperintah. Dengan kacamata putih bergagang emas bertengger sempurna di hidungnya, Melani hanya melirik sekilas beberapa karyawan yang terlalu takut untuk menyapanya lebih dari itu.
Zoey, asisten pribadi Melani, mendahuluinya masuk ke ruang kerja Vincent tanpa mengetuk. Pintu terbuka begitu saja, mengejutkan Vincent yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya.
“Ma?” Vincent langsung berdiri, matanya membesar melihat mamanya berjalan masuk seperti pemilik dunia.
Tanpa sepatah kata, Melani melenggang menuju sofa kulit mahal yang terletak di tengah ruangan. Tas mahalnya dia letakkan di meja dengan gerakan santai tapi penuh perhitungan. Duduk bersilang kaki, ia terlihat seperti seorang ratu yang sedang memanggil salah satu bawahannya.
“Tumben Mama ke sini nggak bilang-bilang dulu.” Vincent mencoba mencairkan suasana dengan senyum tipis, ikut duduk di seberangnya.
Melani tak langsung menjawab. Matanya menyapu ruangan sebelum menatap Vincent dengan pandangan netral. “Kamu sudah makan siang?” tanyanya, nadanya dingin tapi entah kenapa, tetap terdengar elegan.
“Belum, Ma. Nanti aja,” jawab Vincent seadanya.
Melani hanya mengangguk, lalu memberi kode kecil pada Zoey yang berdiri tidak jauh darinya. “Pesan makan di Oishiya. Menu biasa.”
“Baik, Nyonya,” balas Zoey sebelum bergegas keluar.
Ketika mereka tinggal berdua, Melani kembali menatap Vincent, kali ini lebih lama. Sorot matanya seperti sedang memindai setiap detail dari wajah anaknya, seperti ingin memastikan sesuatu.
“Ada apa ke sini, Ma?” tanya Vincent sambil mengernyit heran.
“Cuma ingin lihat kamu,” jawab Melani pendek.
Vincent mengangguk kecil, pura-pura percaya. “Papa gimana kabarnya?”
Melani tersenyum tipis, hampir sinis. “Papamu? Oh, dia sedang honeymoon kedua dengan istri mudanya. Menyewa satu pulau selama seminggu.”
Vincent mendengus pelan. “Keren juga, ya, hidup Papa.”
“Jangan buang waktu membicarakan orang seperti dia,” potong Melani, tetap tenang. “Mama sudah memastikan semua aset berharga ada di tangan Mama.”
“Jadi … nggak ada rencana cerai, Ma?” Vincent menatapnya dengan dahi sedikit berkerut.
“Sebentar lagi,” jawab Melani tanpa beban. “Tapi Mama masih butuh dia menyelesaikan beberapa urusan legal.”
Vincent mengangguk pelan. Jawaban mamanya tidak mengejutkan sama sekali. Melani Everleigh bukan tipe wanita yang membuang energi untuk hal-hal nggak penting.
“Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Megan?” tanya Melani tiba-tiba, membuat Vincent tercekat.
“Begitu-begitu aja,” jawab Vincent singkat, setengah malas.
Melani mengangkat alis, sedikit mencondongkan tubuhnya. “Mama ingin kalian menikah secepatnya.”
“Secepatnya?” ulang Vincent, jelas nggak percaya dengan apa yang baru didengarnya.
Melani menyandarkan tubuhnya lagi, sikapnya tetap setenang gunung es. “Sterling Group bukan perusahaan kecil. Kamu tahu apa yang kita dapatkan setelah kamu menikah dengan Megan, kan? Empat puluh persen saham, Vincent. Itu bukan angka kecil.”
Vincent menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan diri untuk tidak berkomentar.
“Mama memilih Megan karena dia aset terbaik untuk masa depanmu. Dia dari keluarga yang setara dengan kita, dan itu penting untuk menjaga nama baik Everleigh Group,” lanjut Melani tanpa sedikit pun mengubah nadanya.
“Kalau Megan sendiri bahkan belum memegang peran penting di perusahaannya, Ma? Kita yakin ini langkah yang tepat?” Vincent mencoba mengajukan argumen, meski tahu usahanya mungkin sia-sia.
Melani hanya tersenyum kecil. “Kita akan memastikan dia mendapat perannya. Dengan kamu di sisinya, itu bukan masalah.”
“Mama selalu punya cara, ya.” Nada Vincent datar, tapi dalam hatinya ia merasa makin terjebak dalam permainan yang nggak dia suka.
Melani menatapnya lebih tajam. “Vincent, kamu nggak sedang dekat dengan gadis lain, kan?” tanya Melani dengan sorot mata seperti elang yang mengincar mangsa.
Pertanyaan itu menghantam Vincent seperti palu godam. Sekuat tenaga, dia berusaha menjaga wajahnya tetap netral. Tapi Melani selalu tahu. Dia selalu tahu lebih dulu sebelum Vincent bisa menyembunyikan sesuatu.
...****************...
-jangan lupa terus dukung cerita ini agar Author rajin update. Komentar dan like dari kalian sangat berarti. Apalagi kalau kalian meluangkan waktu untuk menonton satu iklan setiap satu bab, saya janji akan lebih semangat!!-