Juara 2 YAAW 2024, kategori cinta manis.
Datang ke rumah sahabatnya malah membuat Jeni merasakan kekesalan yang luar biasa, karena ayah dari sahabatnya itu malah mengejar-ngejar dirinya dan meminta dirinya untuk menjadi istrinya.
"Menikahlah denganku, Jeni. Aku jamin kamu pasti akan bahagia."
"Idih! Nggak mau, Om. Jauh-jauh sana, aku masih suka yang muda!"
Akan seperti apa jadinya hubungan Jeni dan juga Josua?
Skuy pantengin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anterin Julian pulang, Om.
Julian terlihat begitu ketakutan, karena tidak bisa pulang dari tempat yang dia rasa aneh itu. Bagaimana tidak aneh, jika di sekeliling tempat itu hanya ada bangunan kosong yang terlihat begitu misterius.
Ketika dia melihat bangunan-bangunan yang hampir roboh itu, Julian bahkan seakan melihat banyak hantu di sana. Seakan ada pocong yang melompat-lompat kegirangan melihat penderitaannya.
Seakan ada kuntilanak yang menertawakan kebingungannya, Julian merasa tidak tahan dengan keadaan seperti itu. Dia ingin segera pulang, tetapi motor sportnya tertinggal di kediaman jeni.
Bahkan, ponsel miliknya saja terjatuh di dalam rumah Jeni ketika dia diberikan bogem mentah oleh Josua. dia benar-benar kebingungan harus pulang dengan cara bagaimana, pada akhirnya Julian memberanikan diri untuk meminta bantuan kepada beberapa pengawal yang ada di sana.
"Om, tolong Julian dong Om."
Pengawal dengan tubuh tegap dan bertato nampak menghampiri Julian, pria itu bahkan menarik kerah baju yang dipakai oleh Julian.
"Minta tolong apa, hah? Ganggu aja!" teriak pengawal itu.
Julian nampak kaget mendengar suara yang begitu kencang dari pengawal itu, tetapi dia berusaha untuk memberanikan diri dalam menghadapi pria itu. Karena dia ingin meminta tolong agar bisa pulang.
"Tolong antarkan Julian pulang, Om. Julian nggak tahu ke mana arah pulang, ini sebenarnya di mana sih?" tanya Julian dengan bingung.
Karena melihat sekeliling tempat tersebut begitu asing bagi dirinya, pengawal itu menghela napas berat. Dia sudah mendapatkan pesan chat dari Josua, jika Julian hanya boleh diberikan pelajaran, tetapi bukan harus disakiti secara berlebihan apalagi harus dibuat mati.
Kecuali jika pria itu tidak melaksanakan perjanjian tertulis yang sudah Josua buat, barulah Josua akan melakukan tindakan tegas terhadap pria itu.
"Ya udah, gue anterin."
Satu hal yang membuat pengawal itu merasa ingin meludahi Julian, pria itu ketika berada di rumah Jeni terlihat begitu arogan. Bahkan, bisa-bisanya pria itu berusaha untuk mengambil kesucian wanita incaran bosnya itu.
Saat pengawal itu bertanya kenapa Julian melakukan hal itu, Julian menjawab jika dengan mengambil kesucian Jeni, maka Julian akan bisa memiliki wanita itu dengan cepat.
Karena untuk mendekati wanita seperti Jeni itu sangatlah sulit, sudah dua tahun dia melakukan pendekatan kepada wanita itu dan tidak pernah digubris sama sekali oleh Jeni.
Saat melihat Josua yang begitu menyukai Jeni, pikiran Julian menjadi sempit dan dia berpikir untuk segera mengambil keperawanan Jeni, agar wanita itu mau tidak mau menikah dengan dirinya.
"Terima kasih, Om," ucap Julian dengan begitu senang. Karena akhirnya pria itu akan segera pulang.
Dia sudah membayangkan akan segera tidur di kasur yang empuk, dia juga sudah membayangkan akan meminum obat pereda nyeri. Dia juga akan memanggil bibi untuk mengompres lukanya, karena jujur saja wajahnya terasa begitu perih dan juga perutnya terasa begitu sakit.
Akan tetapi, kesenangan pria itu tidak berlangsung lama. Karena pengawal itu tidak memperlakukan Julian sesuai dengan harapannya.
Pengawal itu memang membawa Julian, tetapi pengawal itu tidak mengantarkan Julian menuju tempat tinggal pria itu. Akan tetapi, pria itu dibawa menggunakan mobil ke tempat yang asing bagi Julian.
Bahkan, mata pria itu ditutup dengan kain. Kedua tangan dan juga kakinya diikat dengan cukup kencang, hal itu dilakukan sama seperti pada awal Julian dibawa ke tempat itu.
Tentunya bukan tanpa alasan pengawal itu melakukan hal tersebut, karena dengan cara itu Julian tidak akan tahu dimana markas mereka berada.
Setelah mobil itu tiba di jalan perkotaan, Julian diturunkan di tepi jalan. Pria itu menangis layaknya anak kucing yang kehilangan ibunya.
"Om, jangan tinggalin Julian sendirian. Ini sudah malam, Julian harus pulang dengan cara apa?" tanya Julian seraya menangis sesenggukkan.
"Cengeng!" ujar pengawal itu.
pengawal itu lalu merogoh satu celana Julian, dia melihat ada dompet milik pria itu. Pengawal itu tersenyum ketika melihat isi dompet Julian yang begitu penuh dengan uang.
"Om mau apa? Jangan ambil uang Julian juga, itu uang jajan Julian."
Pengawal itu menggelengkan kepalanya. dia merasa tidak percaya dengan tingkah Julian yang benar-benar kekanakan dan juga manja. Sungguh kelakuannya berbeda sekali saat berada di kediaman Jeni.
"Katanya mau pulang! Dasar cerewet!"
Pengawal itu nampak mengambil ponselnya, lalu mengklik aplikasi penyewaan kendaraan online dan dia memesankan taksi online untuk Julian. Setelahnya pengawal itu berkata.
"Ini sudah di ibu kota, kalau elu mau pulang, setengah jam juga sampai. Nanti bakalan ada taksi online yang datang, elu pakai duit sendiri buat bayar."
Pengawal itu mengembalikan dompet Julian, karena pengawal itu hanya mengecek isi dompet Julian saja. Apakah ada uangnya atau tidak, bukan mau nyopet.
"Jangan lupa untuk membayar ongkos taksi onlinenya sesuai dengan tagihan yang tertera, elu baik-baik di sini. Tunggu itu taksi online datang, hati-hati. Takutnya diculik wanita jadi-jadian."
Pengawal itu memberitahukan berapa Julian harus membayar taksi online yang sudah dipesan, pengawal itu juga memberitahukan nomor plat dari mobil taksi tersebut.
Setelah itu pengawal tersebut dengan cepat masuk ke dalam mobilnya, Julian yang berada di pinggir jalan nampak menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Ternyata tidak jauh dari sana ada beberapa wanita jadi-jadian yang sedang berkumpul.
Julian Jadi bergidik ngeri, karena ternyata sekelompok wanita jadi-jadian itu sedang merayu setiap lelaki yang lewat. Padahal, waktu sudah menunjukkan lebih dari tengah malam, tetapi masih saja mereka beroperasi.
"Ya Tuhan, semoga aja Julian nggak digodain sama mereka. Julian takut," ujar Julian yang memang merupakan anak papi itu.
Tidak lama kemudian, ketakutan pria itu semakin menjadi-jadi. Karena ada dua orang wanita jadi-jadian yang menghampiri dirinya, wanita jadi-jadian itu terlihat memakai baju yang seksi dengan wig yang panjang.
Kalau wanita sungguhan mungkin akan terlihat begitu cantik, tetapi sayangnya setelah semakin mendekat wanita jadi-jadian itu ternyata berkumis tipis. Rasanya Julian ingin muntah karena perutnya terasa mual.
"Hai brondong, mau pakai jasa kita nggak? Kita kasih diskon loh, dijamin servis memuaskan. Mau langsung di semak-semak, atau mau nyewa hotel? Akikah sih oke aja."
Julian langsung menggelengkan kepalanya, berdekatan dengan wanita jadi-jadian itu saja dia tidak mau. Apalagi harus memakai jasa dari kedua wanita jadi-jadian tersebut.
"Nggak usah, terima kasih. Aku lagi nunggu jemputan," ujar Julian dengan begitu sopan.
Pria itu bahkan tersenyum canggung, karena begitu gugup Julian menunduk lalu meremat kedua tangannya secara bergantian. Kedua wanita jadi-jadian itu nampak memandang Julian dengan tatapan aneh, tidak lama kemudian keduanya nampak saling pandang.
"Sepertinya dia sama kayak kita, Ne. Lebih baik kita tinggal aja, kayaknya dia juga lagi mangkal."
"Heem, bener. Lagi nyari mangsa juga kayanya," timpal yang satunya.
Julian hanya terdiam seraya mengerjapkan matanya, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh kedua wanita jadi-jadian tersebut. Ingin rasanya Julian marah, tetapi tidak bisa.
Namun, di dalam hati dia juga merasa bersyukur karena dianggap seperti itu. Karena jika dirinya dianggap seperti pria yang begitu normal, pasti dirinya jadi rebutan kedua wanita jadi-jadian itu.
"Terima kasih, Tuhan," ujar Julian seraya mengelus dadanya.