Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Anna
"Syukurlah kamu tidak apa-apa," gumam Devan.
Seumur hidupnya Devan tidak pernah merasakan ketakutan seperti ini. Ini benar-benar kekhawatiran terbesar dalam hidup seorang Devan setelah kejadian empat tahun lalu.
Pelukan itu terjadi cukup lama sebelum akhirnya Anna masuk. Anna yang sudah terlanjur melihat hal itu hanya bisa celingukan dengan ekspresi gugup. Mau keluar pun sudah tidak bisa karena Devan sudah mendengar suara pintu yang terbuka.
"Maaf Tuan saya hanya ingin menyampaikan bahwa orang-orang diluar sudah kita amankan, apakah harus kita serahkan pada polisi atau..."
"Tidak, kita cari tahu dulu siapa dalang dari penculikan ini."
"Apa Delia baik-baik saja?" tanya Anna.
Devan melepaskan ikatan Delia sambil mencari luka di tubuh gadis itu, beruntungnya Delia tidak terluka sedikit pun.
"Dia baik-baik saja, ini hanya efek obat bius," jawab Devan yang membuat Anna begitu lega.
Tak ingin berlama-lama, Devan segera menggendong Delia menuju ke mobil.
"Tuan, lenganku terluka, bagaimana jika pengawal saja yang membawa Non Delia," ucap Anna khawatir saat melihat kucuran dar*h keluar dari lengan Tuannya.
"Tidak, aku bisa," jawab Devan.
Di tengah guyuran hujan, Devan menggendong Delia dalam pelukannya. Perasaan Devan sangat lega begitu menatap Delia yang masih terlelap. Jika saja gadis itu tidak tertidur apakah ia bisa menggendong Delia seperti ini, rasanya mustahil.
Akhirnya satu pengawal datang dan membawakan sebuah payung.
Didalam mobil Devan tak bisa berhenti menatap wajah teduh Delia. Jika saja tidak ada Dio, mungkin ia tidak bisa menahan tangannya untuk tidak menyentuh wajah gadis itu.
"Tuan kita harus segera ke rumah sakit untuk mengobati luka di lengan Tuan," ucap Dio.
"Tidak perlu, kita langsung ke rumah saja."
Devan melirik lukanya dan baru sekarang ia meringis kesakitan padahal tadi ia sama sekali tidak merasakan sakit.
Dio menyerahkan kemejanya pada Devan. "Tuan bisa gunakan ini untuk menghentikan pendarahannya."
Devan menerimanya dengan sungkan, namun kemudian ia mengikatkan kemeja itu di lengannya yang terluka.
Sesampainya di rumah, Devan masih bersikeras untuk menggendong Delia padahal wajahnya sendiri sudah pucat karena banyaknya darah yang keluar. Namun ia juga tidak mau membiarkan orang lain menyentuh tubuh Delia.
Devan membaringkan Delia di ranjangnya lalu mengatur suhu udara yang pas untuk membuat tidur Delia nyaman.
Saat Devan keluar dari kamar tiba-tiba tubuhnya sempoyongan sehingga ia harus berpegangan pada tembok. Beruntung saat itu Anna mengawasinya sehingga ia bisa dengan sigap mendatangi Devan.
"Dokter Nico sudah menunggu anda Tuan, apa anda bisa berjalan sendiri?" ucap Anna khawatir.
Devan menganggukkan kepalanya sambil berjalan perlahan.
"Luka anda tidak terlalu dalam, namun itu bisa berakibat fatal jika tidak segera di tangani," ucap Dokter Nico.
Kini lengan Devan sudah dibalut perban. Sebenarnya luka seperti itu tidak seberapa untuknya namun luka tetaplah luka. Semakin diabaikan maka akan semakin parah. Seperti halnya para penjahat itu, meski mereka tidak melukai Delia tapi tetap saja mereka harus dibasmi sebelum bertindak lebih jauh.
Dokter Nico lalu pergi setelah memberikan obat pada Anna.
"Kalau gitu saya permisi dulu," ucap Dokter Nico sebelum pergi meninggalkan rumah Devan.
"Baik dokter, terimakasih," jawab Anna.
Usai mengantarkan Dokter Nico, Anna segera kembali ke kamar Devan. Ia berniat untuk melaporkan daftar tamu yang tadi di minta Devan.
Namun sesampainya disana, rupanya Devan sudah tertidur lelap. Sepertinya pertarungan tadi cukup menguras tenaganya, apalagi ia baru saja menjalani operasi kecil.
Begitu Anna keluar dari kamar Devan, ia langsung di hadang oleh Keyla. Gadis itu sudah menangis sesenggukan bahkan sebelum berbicara.
"Ini ada apa, kenapa Delia bisa pingsan, terus kenapa Tuan Devan bisa terluka," kata Keyla sambil sesenggukan.
"Kita bicara dibawah," bisik Anna.
Mereka sudah berada di lantai bawah, duduk saling berhadapan namun hanya terdiam untuk beberapa saat.
"Keyla.. Mulai sekarang kamu harus jaga Delia baik-baik, setiap ada orang yang mencurigakan kamu bisa bilang sama aku, dan yang paling penting jangan membantah ucapan Devan karena itu pasti yang terbaik untuk Delia," tegas Anna sambil celingukan kesana-kemari.
"Kamu belum cerita ini sebenarnya ada apa?" seru Keyla. Ucapan Anna tentu sudah memancing rasa penasaran Keyla.
"Delia habis di culik, entah siapa yang melakukan ini sampai dia bahkan berani melukai Tuan Devan," jawab Anna dengan wajah geram.
"Apa, di culik?" seru Keyla dengan suara tinggi sambil membelalakkan matanya.
"Pelan-pelan, kita harus waspada, nggak boleh percaya sama siapapun termasuk pelayan dan penjaga di rumah ini karena bisa jadi mereka adalah mata-mata."
"Sampai segitunya?
Keyla yang sama sekali belum paham akan kehidupan orang-orang kaya tidak mudah untuk menerima perkataan Anna, apalagi selama hidupnya yang Keyla tahu hanyalah bekerja dan bekerja.
"Delia sepertinya tidak tau kejadian ini, jadi sebaiknya kamu rahasiakan hal ini darinya," ucap Anna.
Keyla mengangguk. Bayangan kehidupan orang kaya yang penuh kebahagiaan dan bergelimang harta tiba-tiba sirna, ada perasaan menyesal saat Keyla teringat ketika Devan memintanya untuk bekerja dengannya. Saat itu ia sangat bahagia karena dipikirannya ia bisa tinggal di rumah mewah dengan gaji yang besar.
Jika tahu resikonya sebesar ini mungkin sejak awal Keyla akan lebih memilih bekerja di cafe. Namun itu sudah berlalu, lagi pula Delia adalah sahabatnya, tidak mungkin Keyla akan meninggalkannya disaat Delia membutuhkan bantuan dan dukungannya.
"Kalau gitu aku pulang dulu, kamu juga bisa istirahat sekarang. Ingat kata-kataku, jangan sampai Delia tahu." Sekali lagi Anna mengingatkan Keyla karena bagaimanapun ini bisa menjadi trauma besar untuk Delia.
"Iya, aku janji."
"Aku percaya sama kamu," ucap Anna sambil menepuk lengan Keyla seolah memberi dukungan padanya.
Keyla hanya tersenyum lalu ia melihat kepergiaan Anna dengan perasaan cemas. Dengan cepat Keyla kembali ke kamar lalu menguncinya.
Sambil berdiri di belakang pintu, Keyla terbayang ucapan Anna bahwa ia tidak boleh percaya siapapun termasuk penjaga dan pelayan di rumah ini, seketika itu juga Keyla menjadi takut untuk keluar dari kamar.
Keyla menuju ke ranjang dan tidur di sebelah Delia. Benar, karena ketakutan Keyla memutuskan untuk tidur di kamar Delia sekaligus menjaganya.
Di luar rumah, Anna sudah memperketat penjagaan. Bahkan diam-diam ia meminta pada Dio untuk mengirim seluruh rekaman CCTV di rumah itu. Firasat Anna sangat yakin bahwa ada orang dalam yang menjadi mata-mata. Namun Anna tidak ingin gegabah dengan melaporkan hal ini pada Devan, ia akan mengumpulkan bukti-buktinya terlebih dulu.
BERSAMBUNG...
Haii.. Nantikan terus kisah Delia dan Devan ya..
Jangan lupa juga untuk terus dukung othor dengan cara tekan like, komen dan subscribe, ditunggu ya kesayanganku semua 😍😍
Bikin Devan salting terus sampe klepek-klepek sama Delia🥰🤭