Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 : PUNGGUNG GRATISAN
Siti menarik nafas dalam dalam, ada rasa sakit di sekitar dada dan perutnya, entah karena memar di bagian perut kanannya atau rasa sakit hatinya saat ingat pengkhianatan Arka dan Nira. Siti itu baru nikah, cara bercerai juga tentu ia tidak paham. Skripsinya saja Gandhi yang buatkan, entah apa saja isi otak Siti itu sebenarnya.
"Lu kan udah lulus tadi, lu juga udah pasti udah ketemu Arka kan?" Karena tidak dapat jawaban soal tanggal pernikahan dengan Arka, Gandhi bertanya lagi untuk mencari kepastian.
"Iya, udah tadi siang sebelum kecelakaan." Jawab Siti tertunduk.
"Jangan bilang lu mau bunuh diri lagi, karena di tolak Arka?" tebak Gandhi asal, ingat pertemuannya dengan Siti juga karena Arka gak mau serius dengan Siti.
"Gak gitu, kecelakaan tadi murni kelalain saja. Gua gak mungkin mati karena orang macam Arka." Jawab Siti dengan nada datar,
"Emang macam apa dia?" tanya Gandhi melihat Siti di samaran lampu taman rumah sakit yang temaram. Gandhi melihat ada sejumput kilauan sedih pada raut wajah istri pura-puranya itu.
"Arka itu vrengsek, Gan." Jawab Siti sudah dengan buliran air mata di pipinya. Gandhi merapatkan tubuhnya, lalu memberikan punggungnya untuk Siti.
"Lu boleh nangis di punggung gue, supaya gua gak liat muka jelek lu pas sedih gitu." Ujar Gandhi sengaja makin dekat agar wajah Siti kena punggungnya.
"Punggung lo gratis kan Gan? Gak berbayar?" Sempat saja Siti memastikan layanan Gandhi, takut Gandhi minta transferan lagi.
"Gratis, anggap hadiah kelulusan loe habis sidang tadi." Ujar Gandhi menahan senyumnya. Buk, Siti sempat saja memukul punggung itu, sebelum benar-benar membenamkan wajahnya di belakang Gandhi.
"Cinta itu ta! banget, Gan." Umpat Siti tanpa di tanya Gandhi.
"Baru tau ya?" respon Gandhi sambil memegang ponselnya.
"Persahabatan itu juga, menjijikan." Umpat Siti lagi masih sesungukan di punggung Gandhi.
"Emang Nira kenapa?" Gandhi sudah menebak saja, sebab terakhir ia melihat Siti ke kost Nira. Gandhi tau itu kost Nira.
"Nira hamil anak Arka, Gan."Teriak Siti, luruh lagi tangisnya. Eh bukan luruh saja, sudah masuk kategori tantrum gitu deh. Gandhi berbalik, reflek memeluk tubuh Siti yang bergetar-getar. Emosi istri pura-puranya itu meluap, Sepertinya sejak tadi Siti perlu mendapatkan penenangan dan tempat berbagi.Gandhi memberanikan diri kasih pelukan untuk Siti yang sedang butuh itu.
"Loe tau dari mana kalo Nira hamil anak Arka?" tanya Gandhi pelan masih memeluk Siti yang sesungukan di dadanya.
"Tadi gua ke kost Arka, mereka di kamar. Nira lagi lemes mabuk, karena masih di trimester pertama." Ujar Siti di sela tangisnya.
"Bisa jadi itu hanya akting mereka. Skenario gitu." tebak Gandhi yang tidak bisa cepat percaya, berbeda dengan Siti.
"Mereka gak tau aku masuk kost Arka." Siti sudah tidak perduli cairan dari mata dan hidungnya udah buat basah baju Gandhi, baginya tetap dalam pelukan Gandhi itu nyaman.
"Terus elu udah mastiin sama mereka kebenarannya?" Tanya Gandhi penasaran.
"Udah. Mereka mengakui kalo buat itu atas dasar saling cinta." Siti nangis lagi, benci dia ingat-ingat pengakuan Nira tadi siang.
"Ya udah, syukuri saja kamu tau sebelum nikah sama Arka. Siapa tau malah gua yang memang terbaik buat loe?" kekeh Gandhi menepuk-nepuk punggung Siti.
"Gan, gua lagi sedih. Sekarang gak tepat untuk bercanda. Tapi, makasih udah mau denger curhat gue." Siti sadar sudah buat basah dada Gandhi. Ia merenggangkan pelukannya, ingat kalo Gandhi itu orang asing yang hanya terikat pernikahan palsu dengannya yang sewaktu-waktu hubungan mereka pun akan berakhir.
"Sekarang fix, Arka gak bakalan menikahi loe. terus kita jadi cerai,gak?" Gandhi sadar posisinya hanya sementara Arka siap. Lalu saat hubungan itu sudah menjadi mustahil. Gandhi merasa perlu memastikan masa baktinya menjadi suami pura-pura Siti.
BERSAMBUNG ....
Gimana nih readers, kita ceraikan sajakah pasangan ini?
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya