Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 : Yan Tianheng kembali ke Istana
Yan Tianheng merasa berat hati meninggalkan mansion dan kembali ke istana. Gosip yang tersebar cepat tentang kejadian semalam membuatnya semakin enggan. Tentu saja, siapa yang tidak tahu bahwa ia, sang Jenderal yang terkenal dingin dan tak terjangkau, kini dikabarkan bermesraan dengan seorang gadis? Meskipun pertemuan itu hanya berawal dari kejadian yang tidak disengaja, tetap saja, rumor itu berkembang pesat.
Saat ia tiba di istana, suasana sudah tidak seperti biasanya. Kaisar, yang biasanya selalu sibuk dengan urusan negara, tampak lebih ceria dari biasanya. Begitu melihat Yan Tianheng memasuki ruang tahta, sang Kaisar langsung tersenyum lebar.
"Ah, Tianheng! Akhirnya kau kembali. Lama sekali kau menghindar dari istana. Apa kau benar-benar ingin menghabiskan sisa hidupmu di perbatasan, jauh dari keluarga?" Kaisar bertanya dengan nada ringan, meskipun ada sedikit kekhawatiran di balik kata-katanya.
Yan Tianheng hanya membungkuk hormat, namun matanya tetap tampak tajam. "Ayah, panggilanmu mendesak. Ada urusan penting yang harus diselesaikan."
Namun, Kaisar hanya tertawa kecil, menyandarkan dirinya pada takhta. "Ah, urusan penting? Sepertinya lebih penting untuk membicarakan sesuatu yang lebih pribadi. Aku mendengar, putraku yang dingin ini akhirnya memiliki seorang gadis yang menarik perhatianmu."
Yan Tianheng terdiam sejenak, wajahnya tetap tenang meskipun dalam hati ia merasa tidak nyaman. "Ayah, itu hanya... gosip belaka."
Kaisar tertawa keras, seolah merasa lega mendengar jawaban itu. "Gosip? Hahaha, jangan terlalu serius, Tianheng. Aku justru merasa senang. Kau akhirnya menemukan seseorang yang bisa membuat hatimu sedikit lebih hangat. Aku kira kau akan menghabiskan sisa hidupmu sendiri di perbatasan, tanpa ada yang menemani."
Yan Tianheng menundukkan kepalanya, menahan amarah yang hampir muncul. "Saya hanya melakukan tugas saya, Ayah. Urusan pribadi tidak ada hubungannya dengan itu."
Kaisar memandangnya dengan penuh pengertian, namun senyum di wajahnya tidak bisa disembunyikan. "Tentu, tentu. Tapi, kalau kau tidak keberatan, aku ingin tahu lebih banyak tentang gadis itu. Mungkin, bisa jadi dia akan membawa perubahan baik dalam hidupmu."
Yan Tianheng tidak mengungkapkan apa pun, tetapi dalam hati, dia tahu bahwa pertemuan itu hanyalah awal dari sebuah permainan yang lebih besar.
***
Setelah insiden di kolam air panas, Yan Tianheng tidak bisa berhenti memikirkan Xin Yue. Setiap kali dia menutup matanya, wajah gadis itu muncul di benaknya, dan rasanya hatinya dipenuhi perasaan yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Itu bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena keberaniannya, dan cara dia bisa membuatnya kehilangan kendali, meskipun hanya sejenak.
Yan Tianheng memukul pedangnya dengan keras, menekankan setiap gerakan dalam latihan pedangnya, berharap bisa mengusir pikiran itu. "Fokus, Tianheng. Fokus," gumamnya pada dirinya sendiri.
Di sisi lain, Wakil Jenderal Li Jun, yang sudah lama mendampingi Tianheng, hanya bisa mengamati dengan bingung. Ia sudah terbiasa dengan sikap dingin dan tenang Tianheng, namun kali ini, ada yang berbeda. Setiap kali Tianheng mengayunkan pedangnya, gerakannya sedikit lebih kasar dari biasanya. Wajahnya pun terlihat lebih tegang, meskipun ia berusaha tetap fokus pada latihan.
Wakil Jenderal Li Jun, yang sudah tahu tentang gosip yang beredar di ibukota, menyeringai kecil. "Tuan, ada apa denganmu hari ini? Biasanya kau tak pernah seberat ini dalam latihan," katanya, mencoba mencari tahu apa yang sedang mengganggu Tianheng.
Tianheng berhenti sejenak, mengatur napasnya yang mulai terengah-engah. "Aku tidak bisa fokus," jawabnya singkat, dengan suara yang sedikit lebih dalam dari biasanya.
Li Jun mengangkat alisnya. "Jangan bilang... ada yang mengganggu pikiranmu? Tentang seorang gadis?"
Tianheng memutar bola matanya dengan kesal, meskipun ada sedikit kekhawatiran di dalam hatinya. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku," katanya dengan nada rendah. "Aku merasa seperti... aku tidak bisa berhenti memikirkan dia."
Wakil Jenderal Li Jun tertawa kecil, meskipun ia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk membuat Tianheng marah. "Tuan, kau sudah terkenal dengan ketenangan dan kontrol dirimu. Sekarang, kau malah seperti ini? Jadi benar, kan, gosip itu?"
Tianheng menatapnya dengan tatapan tajam, namun dalam hati, dia merasa sedikit canggung. "Kau pikir aku tertarik padanya?" tanyanya, mencoba untuk tetap tenang.
Li Jun mengangguk dengan senyum lebar. "Siapa yang tahu, Tuan. Tetapi aku rasa, jika ada seseorang yang bisa membuatmu merasa seperti ini, dia pasti bukan orang biasa."
Tianheng hanya menghela napas panjang dan kembali memegang pedangnya. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku," katanya lagi, kali ini dengan sedikit kebingungan. "Tapi aku rasa aku harus menemui gadis itu lagi."
Li Jun mengangkat bahu. "Tentu, Tuan. Tapi hati-hati, sepertinya kamu sudah mulai terjebak dalam permainan yang lebih besar."
Tianheng hanya tersenyum tipis, meskipun senyum itu lebih terlihat seperti senyum yang mengerikan bagi mereka yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam hatinya. "Aku akan menyelesaikan ini, satu cara atau lainnya."
***
Setelah menyelesaikan urusan mereka, Xin Yue dan Ru Jian kembali menuju Ruoshang karena panggilan mendesak dari Madam Hua. Namun, saat mereka baru saja melangkah ke dalam, suasana yang tenang tiba-tiba berubah. Tangan Xin Yue ditarik dengan kasar oleh Li Zheng, yang langsung menariknya menuju pintu keluar tanpa memberi kesempatan bagi Xin Yue untuk berkata-kata.
Xin Yue merasa kesal luar biasa, tetapi dia tahu bahwa sebagai "lotus putih" sekarang, dia tidak bisa langsung bertindak keras. Dengan cepat, dia berpura-pura merintih kesakitan, menahan rasa sakit yang sebenarnya tidak ada. Tangannya yang ditarik dengan kasar membuatnya berpura-pura terjatuh sedikit, menambahkan dramatisasi pada situasi itu.
Li Zheng terkejut melihat ekspresi kesakitan di wajah Xin Yue. "Maaf, maaf! Aku tidak bermaksud menyakitimu," katanya dengan cemas, suara lembutnya mengungkapkan kekhawatiran yang mendalam. Dengan lembut, dia menarik tangan Xin Yue dan memeluknya, seolah mencoba menghapus rasa sakit yang telah dia sebabkan.
Xin Yue yang berpura-pura menangis mulai menundukkan wajahnya, membiarkan air matanya mengalir, meskipun semuanya hanyalah sandiwara. Li Zheng memeluknya lebih erat, tidak bisa menahan perasaan sukanya pada gadis ini. "Aku sangat menyukaimu, Xin Yue," katanya dengan nada lembut namun penuh harapan. "Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu."
Di dalam hati Xin Yue, dia hampir tertawa. Astaga, kita baru bertemu sekali, dan kau sudah mengatakan kau tidak bisa hidup tanpaku? Dasar gila. Namun, dia tetap menjaga ekspresi terharu di wajahnya, berpura-pura tersentuh dengan kata-kata manisnya.
Li Zheng menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Aku ingin kau tahu, apa yang terjadi padaku... itu benar. Aku... aku kehilangan kemampuan pria-ku," katanya dengan nada rendah, seolah merasa malu untuk mengakui kenyataan itu.
Xin Yue menatapnya dengan mata penuh rasa ingin tahu, meskipun dalam hatinya dia merasa sedikit jijik mendengar pengakuan itu. Li Zheng melanjutkan, "Tapi jangan khawatir, aku akan mencari tabib terbaik untuk menyembuhkan aku. Aku akan melakukan apa saja untuk mengembalikan diriku seperti semula. Aku tidak akan membiarkan hal ini menghalangi kita."
Dia memegang kedua bahu Xin Yue dengan penuh harapan, menatapnya dengan mata penuh keyakinan. "Aku bisa memberimu segalanya, Xin Yue. Uang, kehormatan, dan semuanya yang kau inginkan. Aku akan menebusmu dari Ruoshang, dan kau akan menjadi milikku. Aku ingin kau ikut denganku, dan aku akan memberikanmu hidup yang lebih baik."
Namun, sebelum Xin Yue sempat memberikan tanggapan, suara langkah kaki berat terdengar mendekat. Dalam sekejap, Madam Hua muncul dengan beberapa pria kekar di belakangnya. Wajahnya penuh dengan senyuman yang tampak ramah, tetapi matanya memancarkan kilatan tajam yang membuat siapa pun merinding.
"Li Zheng, kau terlalu berisik," kata Madam Hua dengan nada santai, tetapi penuh ancaman. "Sudah waktunya kau pergi."
Li Zheng menoleh dengan ekspresi terkejut, tetapi sebelum dia sempat berkata apa-apa, dua pria kekar langsung menangkap kedua lengannya. "Tunggu! Aku belum selesai bicara dengan Xin Yue!" teriaknya panik, mencoba melawan.
Namun, pria-pria itu terlalu kuat, dan dia hanya bisa menyeret kakinya sambil terus memanggil nama Xin Yue. "Xin Yue! Jangan pergi dariku! Aku akan menyembuhkan diriku untukmu! Aku akan membawamu keluar dari sini!"
Suasana menjadi semakin kacau. Xin Yue yang sudah lelah mendengar keributan itu akhirnya melangkah maju. "Diamlah," gumamnya pelan, tetapi cukup dingin untuk membuat semua orang di sekitarnya membeku.
Dengan langkah tenang, dia mendekati Li Zheng yang masih berteriak-teriak. Tanpa ragu, dia mengayunkan tinjunya ke kepala pria itu. "Sangat berisik," ucapnya datar, melihat Li Zheng yang langsung pingsan di tempat.
Ru Jian yang berdiri di samping hanya bisa menahan tawa sambil menutup mulutnya. Madam Hua mengangguk puas sebelum memberi isyarat kepada pria-pria kekar itu untuk membawa tubuh Li Zheng yang pingsan keluar dari Ruoshang.
Xin Yue berdiri di tempatnya, menatap tubuh Li Zheng yang diseret pergi. Dalam hati, dia menyeringai. Jangan pernah berpikir kau bisa mengendalikanku, Li Zheng. Kau bahkan tidak layak untuk itu.
Bab ini berakhir dengan Xin Yue yang kembali ke kamarnya dengan tenang, sementara keributan Li Zheng menjadi bahan gosip baru di Ruoshang.
Setelah keributan itu, Xin Yue kembali ke kamarnya dengan langkah santai, meninggalkan suasana Ruoshang yang kembali tenang. Namun, pikirannya mulai dipenuhi dengan rencana baru. Li Zheng hanyalah permulaan. Jika aku ingin bertahan di tempat ini, aku harus memastikan bahwa setiap langkahku mengarah pada sesuatu yang lebih besar.
Di sudut lain kota, Yan Tianheng yang baru saja kembali ke istana memandang keluar jendela kamarnya. Dalam pikirannya, bayangan gadis misterius itu terus muncul, membuatnya merasa tidak tenang. Siapa sebenarnya dia? Dan mengapa aku tidak bisa melupakannya?