Kim Woo-jin masih bertahan membaca komik romansa remaja karena tertarik pada karakter Shimizu Miyuki, teman masa kecil karakter utama laki-laki dalam cerita. Namun, seperti yang sering terjadi, teman masa kecil biasanya hanya berperan sebagai pemanis di awal kisah dan tidak terpilih sebagai kekasih hingga akhir cerita.
Fenomena ini sudah menjadi klise dalam komik bergenre 'Harem,' yang merujuk pada karakter utama laki-laki dan para gadis-gadis yang menyukainya. Sebuah pola yang, meski berulang, tetap berhasil menarik perhatian pembaca.
"Selalu sama seperti yang lain, hanya saja sifatnya sangat baik dan polos. Tapi menerima semuanya dengan senyuman saat ditolak, sungguh hebat sekali. Awal cerita mereka selalu bersama seperti tidak terpisahkan, tapi setelah SMA, banyak gadis yang mendekati Protagonis Sampah," gumam Kim Woo-jin.
(Penulis : Sudah lama ya nggak ketemu xixixi~ aku sibuk dan lupa password, baru inget dan dah lupa lanjutan cerita yang aku buat ... selamat membaca~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayang_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aoi dan Hikari
Aoi dan Hikari
Okabe Aoi menyilangkan kedua tangannya di depan dada, mendengarkan dengan tenang semua yang dikatakan Shiratori Hikari, yang menganggap Miyuki telah menjadi sombong dan berani melawan dirinya.
"Dia sudah gila bicara seperti itu padaku! Aku benar-benar jengkel, Aoi!" seru Hikari dengan emosi.
"Hahaha, aku juga. Padahal dulu dia cuma bisa nunduk di depan kita. Sekarang, berani sekali hanya karena ada cowok yang melindunginya. Ren... terlalu sempurna untuk Miyuki," jawab Aoi dengan nada mengejek.
"Pasti dia tidak hanya dekat dengan Ren kalau cuma temenan. Tidak mungkin sampai berani menyela omonganku."
Aoi berkedip. "Tidak mungkin sampai sejauh itu. Dia culun."
"Kadang yang diam dan terlihat lugu itu sebenarnya lebih agresif daripada orang yang terlihat agresif. Kemarin kamu sempat meminta bantuanku untuk mengerjai Miyuki, kan? Aku akan membantumu sekarang."
"Huh, kamu mau membantuku?"
"Aku ingin melihat apakah dia masih berani mengangkat wajahnya setelah ini."
Hanya mereka berdua yang menjalankan rencana tersebut, tidak melibatkan Fujikawa Miyu dan Hoshino Rin untuk membantu. Mereka terus memperhatikan Miyuki dan apa pun yang dilakukannya, terutama karena mereka melihat Miyuki selalu menghabiskan waktu bersama Ren.
"Dia benar-benar seperti benalu," gumam Aoi.
"Benar. Dulu dia juga begitu dengan Ryuji-kun," Hikari menyetujui ucapan Aoi.
"Enaknya dia bisa dekat dengan Ren..." gumam Aoi sambil menatap tajam ke arah Ren dan Miyuki yang berada cukup jauh darinya.
Hikari memiringkan kepalanya, lalu bertanya, "Hei, bukankah kita sedang bersaing untuk mendapatkan Ryuji-kun?"
"Aku akan mundur," jawab Aoi dengan nada tegas.
"Hah? Kenapa? Bukankah kita sama-sama menyukai Ryuji-kun?"
"Aku sebenarnya tidak sepenuhnya menyukai Ryuji," ujar Aoi santai.
"Eh...? Serius?" Hikari menatapnya kaget.
"Sangat serius," balas Aoi.
"Jangan bilang kalau sekarang kamu suka sama Ren?"
"Ah, bagaimana ya... Aku juga ingin dapat perhatian dari Ren," jawab Aoi sambil menyentuh pipinya dengan kedua tangan, wajahnya menunjukkan ekspresi bahagia.
"Kamu benar-benar suka sama dia?"
"Kamu banyak tanya! Siapa sih yang nggak suka sama cowok ganteng kayak dia?" Cara bicara Aoi, berubah seketika.
"Aih, tidak mungkin dia bakal suka sama kamu—"
"Kenapa?"
"Sifatmu itu, kadang bikin orang jengkel. Kamu gampang marah, dan cara bicaramu kadang kasar."
"... Apa mungkin karena aku nggak terlihat polos, ya? Apa aku harus kepang dua rambutku terus pakai kacamata?"
"Hah?"
Hikari membayangkan jika Aoi berpenampilan seperti itu. Hikari merasa mual dan tidak ingin membayangkannya lebih jauh.
"Menyeramkan, lebih baik jangan lakukan itu."
"Memangnya kenapa?"
"Penampilannya culun, sifat buruk..."
"..."
Aoi mengerutkan dahinya.
Hikari menatap tegas pada Aoi. "Begini saja, coba pakai cara itu. Kamu kan nakal, kan?"
Aoi berdecak kesal. "Kalau Ryuji mudah digoda, kalau Ren, aku sih ragu."
"Eh, Aoi? Apa ini nyata?"
"Kamu tidak tahu seperti apa Ren. Aku sudah sering mengamati dia."
"Gila, kamu jadi penguntit sekarang? Bahaya, kamu terus-terusan stalking Ren?"
"Huh, aku cuma ngeliatin dia, nggak jadi stalker kok."
"Kamu serius suka dia? Sejak kapan?"
"Seminggu."
"Wow, udah lama ya~"
"Aku mau bilang suka sama dia... Ren selalu cuek."
"Ya, lihat saja itu. Ren kelihatan suka sama Miyuki, semakin dilihat, malah jadi jengkel."
"Sial, apa aku harus lebih agresif ya?" tanya Aoi pada dirinya sendiri.
"Wah, kalau begitu, kamu agresif saja!"
"Apa?"
