Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Esok harinya, Xixi yang merasa bosan di rumah berencana pergi ke sebuah mall. Sebelumnya dia di ajak oleh Mimi untuk pergi bersama, tapi dia menolak. Itu karena jika dia pergi dengan Mimi, dia tidak bisa pergi dengan tenang. Karena penggemar Mimi akan mendatangi mereka.
Dengan memakai pakaian kasualnya yang paling sederhana, di tambah dengan kacamata yang selalu bertengger di hidung, Xixi pergi dengan mobil miliknya sendiri.
"Sudah lama aku tidak memakai mobil ini, rasanya tidak berubah."
...Mobil yang di pakai Xixi...
Dengan kecepatan sedang Xixi melaju di jalanan kota menuju salah satu mall yang cukup besar.
Hanya mengendarai mobil sekitar 20 menit, Xixi sudah sampai di tempat parkir mall yang dia tuju.
Xixi turun dari mobilnya, lalu berjalan menaiki lift untuk naik ke lantai atas, karena tempat parkir berada di bawah tanah.
Sampai di lantai 4 Xixi keluar dari dalam lift, lalu berjalan sambil melihat-lihat beberapa toko di dalam mall itu.
Xixi melihat sebuah toko pakaian wanita, Xixi yang tertarik pun berjalan masuk kedalam toko itu.
Beberapa pelayan toko yang melihat Xixi tidak mau melayaninya, karena mereka berfikir jika Xixi hanyalah wanita yang sok punya uang, dan hanya akan melihat-lihat saja tanpa mau membeli.
Xixi memilih-milih beberapa pakaian dan mengambil salah satu pakaian yang menurut dia bagus.
Saat tangannya mengambil pakaian itu, ada tangan orang lain yang menarik pakaian itu juga.
Xixi menatap orang yang sama-sama tertarik dengan pakaian yang dia sukai.
"Ra... Rachel?"
Rachel menatap sinis pada Xixi dan tersenyum mengejek.
"Heh, bahkan orang miskin seperti dirimu bisa masuk kedalam mall yang besar ini. Benar-benar tidak tahu diri." Ucap Rachel dengan sombongnya.
"Kau benar, dari mana rasa percaya dirinya untuk membeli pakaian disini muncul?" Ucap salah seorang teman Rachel yang pernah ikut memukuli Xixi di atap kampus.
Melihat ada keributan, dua pelayan datang mendekati mereka.
"Maaf nona, ada masalah apa disini? Mohon untuk tidak membuat keributan di toko kami." Ucap salah seorang pelayan toko.
"Kalian ini apa sudah buta? Wanita miskin seperti ini pun kalian perbolehkan masuk. Apa kalian ingin toko kalian ini sial?" Ucap Rachel pada pelayan toko.
Pelayan itu terkejut mendengar ucapan Rachel, dia lalu menatap Xixi dengan tatapan menghina.
"Ini, aku tidak jadi membeli pakaian ini. Aku tidak ingin memakai pakaian yang sudah di sentuh oleh wanita culun dan miskim ini." Rachel memberikan pakaian yang dia pegang pada pelayan toko.
Xixi hanya diam mendapatkan penghinanaan dari Rachel dan teman-temannya itu.
"Ayo kita pergi, aku sudah muak disini dengan si culun ini." Ucap Rachel lagi pada teman-temannya.
"Iya, aku juga."
Rachel menabrak bahu Xixi saat melewati Xixi dan pergi dengan tawa bahagia.
"Nona, maaf. Lebih baik nona pergi dari toko kami, kami tidak...."
Plaak!
Xixi meletakan sebuah kartu kredit berwarna emas di atas meja kaca.
"Aku akan membeli pakaian itu, segera bungkus." Ucap Xixi datar.
Para pelayan dan pengunjung di dalam toko terkejut melihat kartu kredit emas yang Xixi keluarkan. Itu adalah kartu kredit yang hanya orang-orang kaya tertentu saja yang memilikinya, dan itu juga hanya ada 50 di seluruh dunia.
Bahkan keluarga terkaya di negara itu pun belum tentu memiliki kartu emas itu.
"Ba... baik nona, mohon tunggu sebentar." Ucap seorang pelayan toko yang tengah memegang pakaian yang di lempar oleh Rachel dengan gugup.
Setelah selesai membeli pakaian, Xixi mengambil kembali kartu kreditnya dan menatap pelayan toko yang tadi sempat mengusirnya.
"Setiap pengunjung adalah raja, apakah dia membeli atau sekedar melihat-lihat. Jangan pernah melihat seseorang hanya dari penampilannya saja, karena mereka yang terlihat miskin, belum tentu dia lebih miskin dari kalian." Ucap Xixi sebelum dia keluar dari toko pakaian itu.
Xixi sangat benci melihat orang lain memandang rendah seseorang hanya dari penampilannya saja. Rasanya ingin sekali dia menarik rambut mereka semua.
Setelah membeli pakaian, Xixi lalu masuk ke toko sepatu dan beberapa toko lainnya.
Sekarang, di tangan Xixi sudah ada 4 paperbags dari berbagai toko yang dia datangi tadi.
Kruyuuuuk
Perut Xixi berbunyi dengam merdu.
"Sepertinya sudah cukup untuk hari ini." Ucap Xixi.
Xixi lalu berjalan ke arah lift untuk ke tempat parkir mobil.
"Xixi."
Xixi mendengar namanya di panggil, dia menoleh dan mendapati kakaknya berdiri tak jauh darinya bersama seorang wanita cantik yang mungkin teman baiknya.
Mimi dan temannya berjalan mendekati Xixi.
"Aku mengajakmu keluar, tapi kau tidak mau. Lalu apa itu, kau berbelanja sendirian?" Mimi melihat beberapa paperbags yang Xixi bawa.
"Aku sedang tidak ingin keluar dengan kakak. Lagipula kakak juga keluar dengan teman kakak."
"Kau ini."
Teman Mimi menatap Xixi dengan seksama.
"Apa dia... adikmu?" Tanya teman Mimi.
"Ah benar, Xixi dia adalah teman kakak. Namanya Vinnie."
"Salam kenal, aku Cicilia. Panggil saja Xixi."
"Iya salam kenal."
"Oh astaga, kau ini sangat kaku sekali Xixi. Benar-benar membuat kesal."
"Itu urusanku. Sudahlah aku mau makan." Ucap Xixi sambil berbalik.
"Bolehkah kita makan bersama?" Tanya Vinnie.
Xixi berbalik dan menatap kakaknya.
"Kita juga akan makan, jadi kita makan bersama saja." Ucap Mimi.
"Tidak apa-apa, tapi aku tidak mau kalian mengundang banyak perhatian dari orang-orang."
"Tentu."
Mereka pun akhirnya pergi untuk makan siang bersama.
Vinnie merasa tertarik dan penasaran pada Xixi, karena penampilan kedua kakak beradik ini jauh berbeda. Di tambah Xixi yang seorang adik memiliki aura yang lebih dominan dari Mimi yang jelas-jelas adalah kakaknya.
Keluar dari mall, mereka yang mengendarai dua mobil yang berbeda pergi ke salah satu restoran yang tidak jauh dari mall tadi.
"Kau yakin mau makan di sini kak?" Tanya Xixi meyakinkan kakaknya saat mereka berdiri di depan sebuah restoran.
"Tentu saja, ayo kita masuk."
Xixi dan Vinnie berjalan mengikuti Mimi yang berjalan di depan mereka.
Mimi memilih tempat duduk yang tidak ada banyak orang, karena dia tidak mau terganggu oleh orang-orang yang mengenalnya.
"Kau ingin makan apa?" Tanya Mimi pada Vinnie yang duduk di sampingnya.
"Spaghetti dengan beef sausage."
Mimi mengangguk "Dan kamu, Xixi."
"Aku terserah saja."
"Hmm baiklah."
Mimi lalu memanggil pelayan restoran untuk memesan makanan yang ingin mereka makan.
Setelah memesan, Xixi yang sejak tadi sibuk memainkan ponselnya menatap Vinnie yang terus melihatnya.
"Kak Vinnie, apa ada sesuatu yang aneh padaku?" Tanya Xixi tiba-tiba.
Vinnie yang di tanya secara tiba-tiba tersentak, dia lalu menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada, aku hanya merasa sedikit heran dengan kalian berdua."
"Heran dengan kami?" Kali ini Mimi yang bertanya.
Vinnie mengangguk "Iya, aku heran melihat kalian yang seperti bukan kakak beradik."
Mimi dan Xixi saling menatap satu sama lain, seolah sedang menyamakan wajah mereka.
"Kau benar kak Vinnie, aku jadi ragu apakah dia adalah kakak kandung ku."
Mimi menarik telinga Xixi saat mendengar ucapan Xixi barusan.
"Kau ini, sembarangan sekali bicara mu." Ucap Mimi.
"Aaakh, lepaskan telingaku. Apa kakak mau aku hanya mempunyai satu telinga?"
Mimi melepaskan telinga Xixi, lalu melipat kedua tangannya di depan dada.
"Bukan seperti itu, maksudku sifat dan karakter kalian sangat berbeda. Mimi berpenampilan seperti ini dan sudah banyak orang yang tahu jika dia putri dari keluarga William. Tapi kau Xixi, aku bahkan baru pertama ini bertemu denganmu. Aku pikir kau bukan adik kandung Mimi, jika bukan dia sendiri yang mengenalkannya padaku."
"Ini semua ada alasannya, lagi pula aku tidak terlalu tertarik untuk di kenal banyak orang dan menjadi pusat tontonan orang-orang."
"Tapi... Mungkin kau akan terlihat lebih cantik, kalau kau menggerai rambutmu dan melepas kacamata itu."
"Vinnie hentikan semuanya, kau mulai lagi ingin mengubah style orang lain."
Vinnie terkekeh mendengar ucapan Mimi.
"Yo, wanita culun. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi. Dan, oh.. ternyata kau juga punya teman yang terlihat kaya dan cantik." Sebuah suara wanita terdengar dari arah samping Xixi.
Xixi, Mimi dan Vinnie menoleh dan melihat Rachel yang dengan sombongnya menatap Xixi dengan tatapan menghina.
"Siapa kau?" Tanya Vinnie.
Rachel menatap Vinnie, dia mencoba menilai pakaian yang di kenakan oleh Vinnie.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku, aku hanya akan memberitahu kalian, jika kalian hanya akan mempermalukan diri kalian selama kalian bersama dengan wanita culun dan kampungan ini." Rachel memainkan rambut Xixi yang terikat.
"Nona, kami tidak mengenalmu. Dan kami tidak punya urusan denganmu, lebih baik kau dan teman-temanmu pergi dari sini." Ucap Mimi.
"Heh, kau berani juga berkata seperti itu pada Rachel. Apa kau tidak tahu siapa dia?" Ucap salah seorang teman Rachel.
Mimi yang sudah tahu Rachel dan teman-temannya yang sudah membuat Xixi terluka, menatap mereka dengan tatapan menghina.
"Berani kau menatapku seperti itu!" Seru Rachel.
"Oh, apa kau adalah Rachel Scott? Mahasiswa yang di skors dari kampus, tapi dengan bantuan kekayaan keluarga mu kau sudah di izinkan ke kampus lagi?"
Rachel terkejut mendengar ucapan Mimi, tidak ada yang tahu perihal keluarganya telah memberikan sejumlah uang kepada pihak kampus untuk menarik masa skorsing Rachel.
Mendengar itu, orang-orang yang ada di sekitar meja Mimi berbisik, dan menatap Rachel dengan tidak percaya.
"Dasar wanita culun kampungan, beraninya kau berkata yang tidak-tidak pada orang lain tentangku! dasar j*lang!"
Plak!
Sebuah tamparan keras singgah di pipi kiri Rachel, yang membuatnya langsung memegangi pipi yang di tampar itu.
"Kau berkata jika dia adalah j*lang, apa aku harus membuktikan jika semua yang aku katakan adalah benar, nona Rachel Scott terhormat!" Seru Mimi yang tidak terima jika adiknya di hina di depan umum.
"Kau... Beraninya kau memukulku!"
Rachel menatap Mimi dengan nanar, dia mengeratkan giginya karena menahan kesal telah di permalukan di depan publik. Terlebih wanita itu tahu siapa keluarganya.
"Oh, lalu kenapa jika aku memukulmu? Kau akan mengadu kepada orang tuamu?"
"Kau, kau sama j*langnya seperti si culun ini. Kalian pasti akan menyesal!"
Rachel dengan cepat mengambil ponselnya, lalu menghubungi seseorang untuk datang ke restoran itu.
Restoran yang semula damai menjadi sangat ribut dan memanas setelah Rachel dan teman-temannya datang dan membuat keributan.
Beberapa menit kemudian, seorang wanita paruh baya datang dengan beberapa pengawalnya yang mengikuti dia di belakang.
"Rachel."
Semua orang menoleh dan melihat ke arah suara wanita itu.
"Mama."
Wanita paruh baya yang ternyata adalah ibunya Rachel berjalan dengan cepat menghampiri Rachel yang memegangi pipinya berpura-pura sakit karena di tampar.
"Apa yang terjadi, kenapa pipimu merah begini?"
"Wanita tidak tahu diri ini menamparku, dia adalah teman si culun ini." Rachel menunjuk Mimi dan Xixi bergantian.
Mimi melihat drama itu dengan tenang, sementara Vinnie sudah merasa ingin muntah melihat hal itu di depannya.
"Kau wanita kurangajar, beraninya kau memukul anakku!" Seru nyonya Scott kepada Mimi.
"Dia mengatakan jika Xixi adalah seorang j*lang, dan dia juga mengatakan hal yang sama padaku. Apakah aku tidak bisa membantumu mengajari anakmu agar berbicara lebih sopan nyonya?"
"Kau hanya orang rendahan, tidak pantas untuk mengajari anak dari keluarga Scott kami!"
Mimi mencibir mendengar itu, beberapa pengunjung yang melihat ulah anak dan ibu yang membuat keributan mulai berbisik lagi.
"Lihat bagaimana keluarga Scott akan menjadikan mu orang yang paling tidak berguna di negara ini!"
"Nyonya Scott, apakah anda bisa membuktikan itu?"
"Tentu saja, kami keluarga Scott yang terkenal. Tidak ada orang yang berani melawan kami!"
"Benarkah?"
"Tentu, kau dan si culun ini hanyalah orang rendahan yang memakai pakaian tiruan. Benar-benar memalukan!"
Mimi benar-benar sudah tidak tahan lagi, dia lalu mengirimkan pesan kepada manajernya untuk datang.
"Heh, lihatlah. Kau takut bukan, makanya kau menghubungi orang lain untuk membantumu."
"Maaf, aku bukan orang yang tidak tahu malu. Sudah membuat onar di meja orang, lalu memanggil ibunya untuk datang dan ikut membuat keributan disini."
"Kau! Beraninya kau!"
Orang-orang mulai berbisik lagi, mereka membenarkan perkataan yang Mimi katakan. Semuanya terjadi setelah Rachel datang dan berkata dengan lantang yang membuat para pengunjung penasaran dan melihat mereka.
Tak berapa lama manajer Mimi sampai di restoran itu.
Ibu Rachel yang sangat mengenal manajer Junnie tersenyum senang, dia tidak menyangka jika manajer yang selama ini ingin dia dekati agar Rachel bisa menjadi model terkenal akan datang ke restoran itu.
"Manajer Ju...."
Manajer Junnie melewati nyonya Scott begitu saja, dia terus berjalan dan berhenti di depan Mimi.
"Hari ini kau libur, apa telah terjadi sesuatu?" Tanya Junnie pada Mimi.
Melihat manajer Junnie berbicara dengan Mimi begitu santai, nyonya Scott terkejut. Pasalnya semua orang yang mengenal manajer Junnie adalah orang yang hebat dan berpengaruh, mulai dari artis, model dan bahkan pebisnis.
"Manajer Junnie, a... apa kabar?" Ucap nyonya Scott mencoba menyapa.
manajer Junnie menoleh dan menatap nyonya Scott yang ada di belakangnya.
"Jadi, anda nyonya Scott?"
"Benar, benar. Saya nyonya Scott." Ucapnya dengan bangga.
"Kami akan menuntut anda dan putri anda atas penghinaan terhadap model nomor satu saya ini. Jadi kalian bersiaplah untuk menerima surat tuntutan kami."
Kedua mata nyonya Scott dan Rachel membulat, mereka tidak menyangka jika manajer Junnie yang terkenal akan menuntut mereka.
"Kami tidak bersalah, kenapa anda menutut kami? Wanita ini yang sudah menampar anak saya."
"Iya, ibuku benar." Ucap Rachel ikut membela.
"Anda masih tidak mengerti? Dia adalah model nomor satu di perusahaan saya, dan dia merupakan model internasional. Anda mengenal saya, bagaimana bisa anda tidak mengenal model saya dan malah menghinanya."
Nyonya Scott kembali terkejut, dia lalu menatap Mimi.
"Kau.... Kau adalah Michael, model terkenal itu?"
Mimi hanya diam melihat keterkejutan dari nyonya Scott dan putri tercintanya.
"Urus semuanya. Aku mau mereka menyesal telah mengusik keluargalu, terutama anak mereka itu." Ucap Mimi setengah berbisik pada manajernya.
Setelah mengatakan itu, Mimi menggandeng tangan Xixi lalu keluar dari restoran yang sudah sangat ramai itu. Begitu pula dengan Vinnie yang sudah sangat bosan melihat drama seperti itu.
Semuanya sesuai dengam apa yang Mimi inginkan, manajer Junnie langsung menghubungi pengacara perusahaannya untuk membuat tuntutan atas apa yang telah nyonya Scott dan anaknya lakukan pada Mimi dan Xixi.
Di luar restoran, Mimi melepaskan tangan Xixi dengan kesal. Dia benar-benar tidak tahu apa yang adiknya ini pikirkan, dia melihat Xixi yang diam saja sejak Rachel datang dan menghinanya di dalam restoran itu.
"Mau sampai kapan kamu akan menutupi semuanya Cicilia? Kau benar-benar bisa bertahan dengan wanita macam itu di sekitarmu!" Ucap Mimi kesal.
"Belum saatnya dia tahu siapa aku kak, aku belum benar-benar membereskan keluarga itu." Ucap Xixi.
Mimi menghela nafas dengan kasar melihat adiknya yang sangat keras kepala itu.
"Baik, lakukankanlah. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana denganmu."
Mimi berjalan pergi meninggalkan Xixi dengan kesal.
Vinnie yang melihat itu mengerti, kenapa Xixi tidak melakukan apapun saat wanita bernama Rachel itu menghinanya.
"Jika kau tidak bisa bertahan, lebih baik jangan berpura-pura lagi. Ini semua juga demi kebaikanmu." Ucap Vinnie ada Xixi.
Xixi hanya diam, Vinnie lalu pergi menyusul Mimi yang pergi dengan kesal karena adiknya.
"Maaf kak, sedikit lagi. Hanya sedikit lagi aku dan ayah bisa membuat keluarga itu hancur. Dan aku akan menjadi diriku sendiri seperti yang kakak inginkan."