Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.
Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.
Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.
Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 - Sakit
Theodore datang membawa seorang dokter dan William bersamanya. Pria paruh baya itu dengan cepat memeriksa keadaan kaisar.
“Jadi apa yang terjadi padanya, dokter?” tanya Calista yang wajahnya tampak kembali tenang.
“Yang Mulia Permaisuri, Penyebab sakitnya baginda dikarenakan racun.”
Thoedore terbelalak mendengar perkataan sang dokter, reaksinya jauh berbeda dengan William dan para pelayan yang berdiri di belakangnya.
“Racun?” wajah Calista mengernyit.
“Hm, begini Yang Mulia, pisau yang menusuk perut Baginda kaisar dilumuri racun. Tapi karena kebiasaan turun-menurun para kaisar Lezarde yang setiap hari meminum racun, membuat tubuh Baginda Kaisar kebal tehadapnya.”
“Ya, aku juga tahu itu, tapi kenapa ia bisa selemah ini? Seharusnya tubuh kaisar tak beraksi apa-apa dengan racun.
“Yang Mulia ada kemungkinan jika racun yang digunakan adalah racun yang sangat mematikan, belum lagi hari ini ia bekerja penuh tanpa istirahat, itu akan menguras energinya lebih cepat.”
“Lalu bagaimana apa Ayah akan baik-baik saja?” tanya Theodore.
“Tidak papa Yang Mulia putra mahkota, Baginda kaisar tidak akan mati hanya karena racun itu,” balas Wiliam sambil memperbaiki kacamatanya yang menurun.
“Benar Yang dikatakan tuan William, Yang Mulia putra Mahkota, Baginda kaisar akan pulih dalam beberapa hari. Saya akan meresepkan obat untuk baginda.”
Dokter tersebut keluar dari ruangan bersama beberapa pelayan untuk mengambil obat, sedangkan Wiliam ia masih di sana bersama Calista dan Theodore.
Sang permaisuri yang duduk di dekat ranjang kaisar itu pun, kembali memeriksa suhu tubuh Leonardo. Matanya sayu menatap Calista dan Theodore.
Merasakan suhu tubuh sang suami yang tak berkurang, Calista menarik selimut dan menyelimuti seluruh tubuh Loenardo.
“Seharusnya Anda beristirahat, kenapa masih memaksakan diri untuk bekerja?”
“Maaf Calista,” balas Leonardo lirih.
Calista terdiam mendengar perkataan maaf Leonardo, baru kali ini orang yang terbaring di hadapannya itu mengucap maaf setelah sepuluh tahun pernikahan keduanya.
Kata-kata itu membuat Calista teringat akan perlakuan sang suami padanya selama ini, mengingat setiap perlakuan tidak adil Leonardo membuat dadanya terasa perih.
Seharusnya aku tidak di sini, dia tidak pantas untuk dikasihani Calista. Calista
Dia sudah banyak mengabaikanmu, dia tidak pantas mendapatkan perhatianmu. Calista.
Di saat bersamaan, seorang pelayan masuk ke kamar dengan membawa nampan berisi semangkuk air hangat dan kain.
“Yang Mulia Permaisuri, saya membawa barang yang anda perintahkan,” ucap pelayan tersebut.
“Ya, letakan saja di atas nakas,” balas Calista.
Pelayan tersebut mengangguk dan menuruti perintah permaisuri, setelah memberi salam ia pun pergi. Calista kemudian dengan tangannya sendiri membasahi kain dan mengompres kening Leonardo.
“tuan Wil, apa Yang Mulia Kasiar bekerja penuh hari ini?”
William mengangguk “Ya, Yang Mulia Permaisuri, saya sudah mencegahnya untuk tak bekerja, tapi baginda tidak mendengarkan. Karna itu saya pergi ke istana putih untuk menemui Anda, dengan begitu mungkin baginda kaisar bisa mendengarkan perkataan Yang Mulia.
“Tapi ternyata saat sampai di sana Yang Mulia sudah lebih dulu pergi.”
Calista menghela nafas panjang. “Sekarang anda harus beristirahat, Yang Mulia. Jangan paksa diri Anda bekerja,”
“Saya dan Theodore harus pergi, kami tidak bisa menemani Anda lebih lama di sini,” ucap sang Permaisuri yang beridiri dari kursinya.
Leonardo langsung memegang erat lengan Calista, “Kumohon temani aku di sini. Tolong jangan meninggalkanku.”
“Maaf saya tidak bisa, banyak pekerjaan yang harus dilakukan besok.”
Walau Calista mengatakan kalimat penolakan, tetap saja sang kaisar memegang erat lengannya. Wajah yang mengiba itu pada akhirnya membuat Calista menyerah, ia mengikuti apa yang diinginkan kaisar.
Jangan Calista, pergilah, dia telah memperlakukanmu begitu buruk, ingat ketika kau memohon padanya dan dia mengacuhkanmu. Calista.
Ingat ketika ia bahkan tak ingin memegang lenganmu saat pesta. Calista.
Dia tidak pantas untuk mendapatkan rasa iba darimu! Calista.
Meski hatinya bergejolak dengan amarah, Calista tetap memilih di sana.
“Baiklah saya akan menunggu di sini. Saya akan menemani Anda.”
“Ayah. ibu sudah mengikuti keinginanmu, sekarang kau harus beristirahat,” pinta Theodore.
Leonardo menatap Theodore dan tersenyum, “Theo, maukah kau bermalam di sini bersama Ayah?” pinta Leonardo.
Theodore menatap sang ibu bertanya lewat gerakan mata.
“Keputusannya ada di tanganmu Theo,” balas Calista yang mengerti ekspresinya.
“Baiklah, Ayah, Theo akan tidur bersama ayah di sini, sekarang jangan banyak bicara dan beristirahatlah.”
"Yang Mulia Permaisuri maaf saya menggangu waktu anda, karna saya sudah memastikan keadaan Baginda, kalu begitu saya permisi."
"Ya, terima kasih, tuan William."
"Calista maafkan aku. Karna pembunuh bayaran itu kau jadi susah,"
"Tidak papa Yang Mulia, lagi pula saya tak terluka sedikit pun."
"Dan Ya, saya juga berniat menanyakan tentang pembunuh bayaran tersebut pada Anda, tapi melihat kondisi anda seperti ini ... lain kali saja."
...****************...
Pagi yang indah menyambut kerajaan Lezarde, Calista terbangun dari tidurnya kala mendengar burung-burung berdecit di luar balkon.
Calista membuka matanya dan memandang ke sekitar, barulah wanita itu sadar jika ia tertidur bersama Leonardo di ranjang yang sama, dengan putranya yang berada di tengah-tengah keduanya.
sblmnya aku mendukung Aaron, skrg males banget