"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"
Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.
Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.
Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.
Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23. Tidak Lebih Mahal
"Untuk dua orang tamu penting." jawab Anin pendek, sudut bibirnya membentuk senyuman, terlihat sekelebat pilu tetapi hatinya telah sedingin es.
"Siapa?" Alis Galih bertaut penasaran. Dia hanya tahu, undangan Anin selain keluarga mereka tentu saja Ratna, sahabat dan selingkuhannya.
"Nanti kamu akan tahu sendiri." Anin melirik ke jam di pergelangan tangan kirinya. Masih lima menit sebelum jam tujuh malam. Matanya melirik ke arah pintu. Dan benar saja, Ratna muncul di sana dengan senyum sumringahnya, ketika seorang pelayan muda membuka pintu sambil membungkuk.
Dia terlihat glamour dan seksi dengan embroidery lace dress yang sangat cocok untuknya yang memiliki bentuk tubuh pir padat itu. Aksen belt di pinggang membuat Ratna terlihat lebih seksi. Pada bagian bawah potongannya panjang di bagian belakang. Detail embroidery bunga-bunganya pun semakin membuat Ratna terlihat mewah. Ratna terlihat memang seperti ingin memukau seseorang, mengembalikan perhatian Galih padanya setelah dia di buat kesal sore tadi, di tinggalkan begitu saja.
"Selamat malam semuanya..." Ratna menyapa dengan senyum lebar, dan yang pertama kali di datanginya adalah ibu Wati, dengan takjim di ciumnya punggung tangan perempuan itu, dan menempelkan pipinya yang glowing itu di pipi ibu mertua Anin.
"Hallo tante, apa kabar? Baru tahu kalau tante ada di sini. Coba tahu dari kemarin, aku pasti sudah main ke rumah Anin. Kangen, lho. Lama tidak bertemu tante..." Cerocosnya riang, membuat roman wajah mertua Anin itu berseri.
Dia menyukai Ratna yang suka ngobrol dan tentu saja selalu memuji penampilan setiap kali bersua tak lupa hadiah-hadiah mewah yang kerap di terimanya, kadang baju atau tas bermerk. Terakhir mereka bertemu mungkin dua tiga tahun yang lewat. Teman Anin ini kaya, mandiri, penampilannya menarik dan royal, tipe ideal menantu di mata bu Wati.
Di liriknya Anin, sungguh membuatnya kesal, hanya tinggal di rumah, berkutat dengan pekerjaan rumah tangga dan anaknya saja, itupun masih di bantu oleh seorang pembantu. Menantu seperti ini tak tahu diri menurutnya, hanya makan uang suaminya saja. Perempuan ini selalu di prioritas suaminya tanpa terlalu mempertimbangkan perasaannya yang juga merasa punya hak atas jerih payah anaknya itu.
"Aduh, Ratna. Kamu tambah cantik saja nak. Beruntung sekali suamimu memperistri kamu." Kalimat yang di ucapkan ibu mertua Anin itu tentu saja mengundang bara di telinga perempuan manapun yang mungkin kini berada di posisi Anin.
Setelah itu sebuah pelukan dan ciuman mendarat penuh semangat diterima Anin seolah mereka adalah dua teman dekat yang berbahagia.
"Happy Anniversary, beib." Ucap Ratna. Dengan perasaan jijik Anin memejamkan matanya membayangkan sahabatnya ini dalam satu setengah tahun terakhir telah tidur dan bercumbu dengan suaminya.
"Selamat ya, semoga pernikahannya selalu langgeng." Dia beralih memeluk Galih dan tanpa di lihat oleh siapapun tangan keduanya saling meremas, seakan saling memberi isyarat.
"Tentu saja akan langgeng jika tak ada apapun yang mengganggu pernikahan kami." celetukan itu seperti sebuah sindiran tetapi Anin mengucapkan dengan senyum yang lebar, hal itu membuat Ratna segera merenggut tangannya dari genggaman Galih.
Bererapa saat kemudian pelayan menyajikan makanan pembuka yang hangat berupa hot appertizer yang kontras dengan suhu selepas hujan, hidangan Quiche lorraine yang mewah dan menggugah selera juga salah satu pastry gurih yang berasal dari Prancis. Quiche berupa pie dengan isian custard yang terdiri dari telur dan susu. Sedangkan pelengkapnya berupa keju dan daging.
Tentu saja ini mahal dan membuat mata bu Wati segera melotot besar menatap Anin dan Galih bergantian.
"Apa ini?" Galih terlihat bingung dia tak yakin telah memesan makan malam mahal seperti ini, yang appetizernya saja sudah pasti cukup membuatnya menguras kantong.
"Tenang saja, aku yang membayarnya..." Anin tersenyum lebar sembari mengedipkan sebelah matanya pada sang suami.
"Kamu boros sekali!" Oceh sang mertua sembari merengut.
"Ibu tak usah kuatir, aku tak akan meminta uang sepeserpun dari mas Galih untuk makan malam ini. Aku yang akan membayarnya." Sahut Anin dengan suara setengah membisik.
"Omong kosong! Uang dari mana kalau bukan---"
"Sudahlah, bu! Pamali bertengkar di depan makanan." Ayah Galih menyela, sedari tadi dia diam dan sekarang dia tak tahan tak ikut menimpali melihat sikap istrinya itu.
Meja makan itu menjadi tenang tetapi jelas setiap orang menyimpan ketegangan di dada dengan alasan yang berbeda.
"Siapa lagi yang belum datang? kamu mengundang siapa lagi?" Galih melirik kursi kosong yang berada di seberangnya, tepat di sebelah kursi Anin.
"Kita tidak harus menunggunya, penerbangannya mungkin delay. Jika sempat dia akan datang aku telah men share lock untuknya." Jawab Anin sembari mengangkat kue ultah sang mertua lalu dia menghidupkan lilin di atasnya, tanpa meminta yang lain bersuara dia melantunkan sendiri lagu selamat ulang tahun untuk ibu mertuanya lalu dengan suara lembut dia menyodorkan supaya lilin itu di tiup dengan mengucapkan harapan dan do'a.
Semua orang memandang Anin dengan bingung. Tetapi akhirnya bu Wati meniup lilin itu hingga padam di bawah tatapan puas Anin.
"Selamat ulang tahun, bu. Semoga panjang umur dan bisa melihat kebahagiaan anak ibu sepanjang hidup ibu. Aku juga telah membawakan ibu hadiah khusus, terimalah..." Anin menyodorkan sebuah kotak perhiasan dari brand kenamaan luar negeri yang segera membuat Bu Wati dan Ratna berdecak kagum ketika di buka, kilau itu menyilaukan kornea mereka, kilauan dari sebuah kalung bermata berlian.
"A...apa ini?"
"Untuk ibu, aku memesannya khusus dari Paris." Jawab Anin pendek lalu duduk kembali, membiarkan sang mertua memegang kotak itu dengan kedua tangan gemetar.
"Ta..tapi?" Mulut bu Wati tergagap tak tahu harus berkata apa.
"Tak perlu berterimakasih padaku. Berterimakasihlah pada mas Galih, tagihannya telah ku kirimkan ke rekeningnya. Untuk ini tentu saja dia harus membayarnya? Ya, kan? Apalah arti kalung berlian koye zamrud jewelry ini di banding pengorbanan ibu membesarkan mas Galih dan membuatnya sesukses ini." Senyum Anin terkembang sumringah.
Mulut kedua mertuanya itu sama besarnya, ternganga seperti halnya Galih yang tertegun nyaris lupa bernafas.
"Ibu, berlian ini tentu saja kujamin keasliannya jika ibu kuatir aku memberikan barang palsu." Anin terkekeh sambil menyendok sepotong Quiche lorraine dari piringnya.
"Berlian ini berasal dari eropa dan di design secara khusus di Hongkong. Di sertifikatnya di cantumkan jenis berlian dan karat emasnya. Ibu bisa menjualnya sewaktu-waktu jika perlu." Anin tertawa lirih sembari menepuk bahu Galih seolah yang di bicarakannya sebuah lelucon.
Galih sungguh tak bisa berkata apa-apa kecuali mencengkeram sendok di tangannya dengan ekspresi yang tak bisa di jelaskan.
"Sayang, harganya cuma 200 juta, kok. Tidak begitu mahal. Untuk ibu yang telah begitu baik padamu, harga ini sungguh tak sebanding dengan menyewa sebuah apartemen setahun, ya kan?"
(Maafkan othor yang khilaf double UP hari ini gegara banyak lihat permintaan update🤭
Ini baru pemanasan lho, ya😅 Bab selanjutnya jelas lebih seru🤭 yuk, yg mau update lagi pencet minta update biar othor semangat nulis. Tak lupa komen2 kalian selalu membuatku rela bergadang untuk nulis lagi🤣🤣🤣🤣 luv u all reader😅)