The Veil of Eileria

Setelah puas bermain dengan Alard, Eil memutuskan untuk segera menemui Amber. Dia sudah tanggung janji. Eil adalah wanita yang tidak akan mengingkari janjinya.

"Kita berhenti di cafe itu Nathan," tunjuk Eil pada sebuah cafe yang ada di pinggir jalan.

"Kau mau menemui siapa?"

"Temanku," ucap Eil. Nathan hanya mengangguk. Istrinya itu memang orang yang humbel, jadi akan sangat mudah baginya untuk mendapat seorang teman.

"Kak Eil!" teriak Amber lalu bergelayut manja di lengan Eileria. Eil hanya tersenyum dan Nathan , laki-laki itu mengekori Eil di bekang.

"Ini siapa Kak?" tanya Amber saat melihat Nathan.

"Dia suamiku," ucap Eil sambil tersenyum.

Amber menekuk wajahnya tidak suka. "Aku pikir Kakak masih lajang. Tadinya aku ingin menjodohkan Kakak dengan Kak Jerome. Tapi kalau sudah begini, hancur sudah harapanku."

"Kau ini. Memangnya semudah itu menjodohkan orang, meskipun aku masih lajang, belum tentu aku cocok dengan kakakmu. Kamu mau pesan apa?" tanya Eil ketika mereka sudah duduk di kursi yang ada di cafe tersebut.

"Aku mau americano dingin saja Kak. Sama crepes krim strawberry," ucap Amber.

"Aku mau cafe au lait sama crosaant saja. Nathan tolong pesankan ya!" ucap Eil pada suaminya. Nathan mengangguk kemudian berdiri dan pergi menuju meja kasir.

Eil mendekatkan wajahnya ke wajah Amber. Sebenarnya dia sengaja menyuruh Nathan untuk pergi. "Amber, apapun yang terjadi, jangan pernah mengatakan apapun tentang kejadian saat kita pertama kali bertemu. Mungkin kau melihat semuanya. Tapi tolong jangan biarkan orang lain tahu."

"Aku mengerti Kak," ucap Amber. Namun, dia sedang berpikir keras saat ini. Dia sudah pernah mengatakannya pada Jerome. Lalu dia harus bagaimana. Semoga saja Jerome tidak ember dan pandai menjaga mulut.

"Kau sudah kembali," ucap Eil sambil tersenyum. Dia menarik tangan suaminya dan mendudukkan Nathan di sebelahnya. "Ini Amber Nathan. Aku belum sempat memperkenalkannya padamu. Aku bertemu dengannya secara kebetulan, dia masih sangat muda, tapi aku senang karena aku memiliki teman di sini."

Amber mengangguk. " Perbedaan umur kita memang cukup jauh Kak. Tapi wajah Kak Eil terlihat sangat muda. Aku yakin jika kita sedang mengobrol seperti ini, orang-orang akan mengira jika kita seumuran," ucap Amber sambil tertawa. Eil juga ikut tertawa saat itu. Namun Nathan, laki-laki itu memasang wajah datar. Dia masih tidak senang karena Amber sempat mengatakan kalau dia ingin menjodohkan Eil dengan kakaknya. Kenapa semua orang ingin menjauhkan Nathan dari istrinya. Begitulah isi pikiran Nathan saat ini.

Setelah lebih dari satu jam berbincang, Eil memutuskan untuk pulang. Nathan sudah tidak bersamanya karena dia menunggu Eil di dalam mobil. Laki-laki mana yang akan tahan jika di anggur kan dan hanya di biarkan menyimak obrolan wanita yang tidak pernah ada ujungnya.

"Aku pulang dulu Amber. Kau cepatlah pulang! Jangan sampai Kakak mu marah."

"Aku akan pulang sebentar lagi Kak. Lagipula Kak Jerome sudah tahu kalau aku di sini, Kak Eil pulanglah lebih dulu! Suami Kakak sudah menunggu cukup lama. Apa Kakak tidak takut kalau nanti dia marah?" Amber membalikan pertanyaan Eil.

Eil tersenyum. Dia memang suka lupa waktu kalau sudah nyaman berbincang dengan orang lain. Meskipun topik nya tidak jelas dan tak tahu arah. Tapi Eil merasa senang karena dia bisa menyalurkan hobinya . Cewek emang suka banget olahraga mulut ya kan.

"Ya sudah Amber, aku pulang dulu. Kau hati-hatilah!" ucap Eil. Eil pergi meninggalkan Amber. Dia melambaikan tangannya saat gadis itu melambaikan tangan pada Eil.

Tok Tok Tok. Nathan menoleh saat kaca mobilnya di ketuk dari luar. Dia menyimpan ponselnya lalu membuka kunci pintu mobil.

"Maafkan aku Nathan, aku lupa waktu, sampai kau harus menunggu lama." Eil menatap suaminya sambil memasang wajah memelas. Namun Nathan tidak tergerak sama sekali. Nathan tidak meresponnya dan langsung melajukan mobil. Eil sadar, Nathan mau di ajak ke cafe juga karena suaminya ingin menemani Eil. Tapi Eil malah asyik mengobrol dengan orang lain.

Sudah setengah jam sejak mereka meninggalkan cafe . Mereka sudah hampir sampai. Dan jalanan yang mereka lalui pun sudah sangat sepi tidak ramai seperti tadi. Nathan masih bungkam membuat Eil merasa sangat bersalah.

"Nathan, maafkan aku hmmm, kau benar-benar marah?" tanya Eil yang lagi-lagi tidak mendapat jawaban. Eil melepas sit belt lalu mencondongkan tubuhnya dan menarik stir mobil membuat mobil yang mereka tumpangi keluar dari jalur yang seharusnya.

Kiiittttt..

Brukkkk..

Kening Eil membentur stir mobil saat Nathan menginjak rem mendadak.

"Kau gila Eileria? kau mau kita mati konyol hah?" teriak Nathan menatap horor sang istri.

Eil tentu saja tidak mau kalah. Dia membalas tatapan Nathan tak kalah horor, "Aku memang gila Nathan. Aku gila karena kau mengabaikan ku sejak tadi. Kau pikir nyaman di perlakukan seperti itu hah? aku sudah meminta maaf tapi kau terus mengabaikan ku." Eil berteriak di depan wajah suaminya. Dia sangat kesal saat ini. Eil sudah menurunkan egonya dengan meminta maaf kepada Nathan. Tapi suaminya itu masih saja mengabaikannya.

Nathan sudah mengepalkan kedua tangannya. Urat-urat di lehernya semakin mengetat setelah mendengar istrinya berteriak. Dia juga bisa melihat mata Eil memerah karena terlalu marah saat ini.

Srettttt...

Cup.. Nathan menarik tengkuk Eil kemudian meraup bibir istrinya itu dengan rakus. Tidak ada kelembutan di sana. Ciumannya sangat brutal dan menutut. Eil yang mendapatkan serangan tiba-tiba terhenyak untuk sesaat. Dia memukul dada bidang Nathan beberapa kali. Nathan bukan tidak merasakan pukulan dari Eil. Sudah jelas pukulan itu sangat keras. Tapi dia sedang marah saat ini. Kewarasannya belum kembali. Dan dia masih terus melancarkan aksinya.

Tess...

Tess..

Air mata Eil menetes dan jatuh tepat di pipi Nathan saat pria itu sedang asik me hisap leher Eileria. Nathan menghentikan aktifitasnya. Dia mengangkat kepalanya dan langsung menatap Eil. Tangannya terulur menangkup wajah kecil milik istrinya. Nathan menarik nafas dalam dan menghembuskan nya kasar.

"Maafkan aku Eil. Aku hilang kendali," ucap Nathan sambil menautkan keningnya dengan kening sang istri.

Eil bungkam. Dia juga tidak tahu kenapa dia menangis. Tapi melihat Nathan memperlakukannya kasar seperti itu membuat Eil sakit hati.

"Apa kau terluka?" tanya Nathan sambil menyibak rambut di kening Eil . Eil bisa merasakan hembusan nafas Nathan saat laki-laki itu meniup keningnya yang tadi terbentur stir mobil.

"Kau sudah tidak marah?" tanya Eil dengan suara serak. Nathan menggeleng , dia masih sibuk meniup kening istrinya. Eil menangkup wajah Nathan dan mendorongnya sedikit. "Aku baik-baik saja Nathan. Kelak jangan mendiami ku seperti itu, kau tahu, aku lebih suka kau memarahiku daripada mendiami ku seperti tadi." Nathan mengangguk. Sebenarnya Nathan marah bukan karena Eil sibuk mengobrol dengan Amber. Tapi dia marah karena dia takut Eil akan memiliki hubungan baik juga dengan kakaknya Amber.

"Maafkan aku Eil. Aku tahu sikap ku itu salah," ucap Nathan. Dia mengelus wajah Eil dengan lembut. Semakin lama tangannya semakin turun menyentuh bibir istrinya. Eil yang mendapat sentuhan sen sual seperti itu jelas saja tergoda. Tubuhnya meremang dan bagian intinya sudah dak dik duk tak karuan.

Cup.. Eil meraup bibir Nathan dengan ganas. Kali ini dia yang memimpin permainan. Nathan tentu saja tidak bisa melewatkan kesempatan seperti ini. Laki-laki itu mendorong tubuh Eil sampai punggung Eil menempel di senderan jok mobilnya. Perlahan, Nathan menurunkan jok yang di duduki Eil sampai posisi Eil berbaring. Nathan melakukannya supaya dia bisa lebih leluasa untuk menjamah tubuh Eil yang sudah menjadi candu untuknya.

Oke Gengs.. Mereka sedang ena-enak sekarang. Jangan di ganggu yaw.

...To Be Continued....

...Hai reader jangan lupa like dan komennya ya. Thank you.🤗🤗...

...Café au lait adalah kopi khas Prancis. Yang terbuat dari Campuran kopi hitam dengan susu panas. Hampr sama seperti kopi susu tapi rasanya lebih tajam. Café au lait juga memiliki kesamaan dengan caffé latte tetapi café au lait menggunakan kopi hitam dan bukan espresso....