Rendra bisa menempuh pendidikan kedokteran lewat jalur beasiswa. Di kampus dia diremehkan karena miskin dan culun. Tak jarang Rendra bahkan dibully.
Namun dibalik itu semua, Rendra adalah orang yang jenius. Di usianya yang masih 22 tahun, dia sudah bisa menghafal berbagai jenis anatomi manusia dan buku tebal tentang ilmu bedah. Gilanya Rendra juga piawai mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya. Akibat kejeniusannya, seseorang menawarkan Rendra untuk menjadi dokter di sebuah rumah bordil. Di sana dia mengobati wanita malam, pecandu, orang yang tertusuk atau tertembak, dan lain-lain. Masalah besar muncul ketika Rendra tak sengaja berurusan dengan seorang ketua mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24 - Tak Punya Pilihan
Seorang wanita berjalan gemetaran saat pintu kamar mandi telah menutup. Wajahnya berlinang dengan air mata. Sementara di kakinya berlinang akan darah.
Tangan wanita itu menjangkau keran shower. Tak lama air shower keluar dan membasahi tubuhnya. Maka semakin keras tangisan wanita tersebut. Ia juga merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Terutama di bagian organ intim.
Wanita itu tak lain adalah Audy. Akibat menolak bekerjasama, Vino menghukumnya. Lelaki itu menggilir Audy bersama teman-temannya. Audy diperlakukan dengan sangat kasar.
Kini Audy hanya bisa menangisi yang telah terjadi. Di saat seperti ini, dia selalu menyesal dengan pekerjaan yang dirinya ambil. Audy memang selalu bermimpi keluar dari pekerjaan ini. Akan tetapi dia sudah terlanjur basah. Semua orang sudah mengenal dirinya sebagai wanita psk.
"Ayah... Ibu... Andai waktu bisa aku putar... Aku tidak akan pernah mengambil jalan ini," isak Audy pilu. Ia mengingat mendiang orang tuanya yang telah tiada.
Bersamaan dengan itu, terdengar suara gedoran dari pintu. Membuat Audy seketika terlonjak kaget. Ia langsung menatap ke arah pintu dengan getir.
"Gimana? Kapok kan kau? Pokoknya kau nggak bisa menolak perintahku! Kau harus dekati si culun itu dan jatuhkan dia! Ngerti?!" orang yang bicara di depan pintu jelas adalah Vino.
Audy memejamkan matanya rapat-rapat. Dia memilih diam.
"Kalau kau masih saja nggak mau, maka jangan harap hidupmu bisa tenang!" ancam Vino.
Audy nampaknya tak punya pilihan selain melakukan perintah Vino. Jika tidak, maka kemungkinan dia akan mendapat siksaan seperti ini lagi.
***
Pagi telah tiba. Rendra sedang bersiap untuk pergi ke rumah sakit seperti biasa. Sebelum pergi, dia menyempatkan diri untuk memeriksa keadaan Rory. Lelaki itu sudah sadar dan lebih baik.
"Terima kasih banyak, Ren! Aku berhutang padamu," ungkap Rory seraya menggenggam tangan Rendra. Matanya tampak berkaca-kaca karena ucapannya adalah sebuah kesungguhan.
"Aku senang Bang Rory bisa sembuh lagi. Istirahatlah lagi. Abang bisa pulang kalau sudah benar-benar pulih," tanggap Rendra.
Rory mengangguk. Dia lantas membiarkan Rendra beranjak dari kamar. Saat itulah Rendra bertemu dengan Jeni.
"Aku udah memikirkan usulanmu. Aku rasa itu ide bagus," ucap Jeni. Dia tidak terlihat murung lagi seperti sebelumnya.
"Benar kan, Mbak. Lalu kapan Mbak Jeni akan pergi?" sahut Rendra.
"Secepatnya. Kalau cara ini berhasil, aku akan sangat berterima kasih padamu," kata Jeni. Ia tersenyum dan berjalan mendekati Rendra. Menatap lelaki itu dengan penuh kekaguman.
Rendra otomatis salah tingkah. Wajahnya perlahan memerah. "Ke-kenapa, Mbak? Kalau nggak ada yang dibicarakan lagi, aku pergi..." imbuhnya.
"Ayo kita keluar bareng!" ajak Jeni sembari menarik tangan Rendra.
Rendra sebenarnya bingung. Namun dia tak bisa menolak Jeni yang langsung menyeretnya ikut.
Jeni benar-benar membawa Rendra keluar rumah bordil. Ketika sudah keluar, mereka langsung disambut oleh Edho dan anak buahnya. Di sana juga ada Endah, Vanya, dan beberapa wanita psk lain yang melihat. Mereka mengelilingi sebuah sepeda motor sport.
"Ada apa ini?" tanya Rendra kebingungan.
"Lah, kenapa kau bingung? Ini Bang Edho beliin kamu motor!" ungkap Aji yang bersemangat.
"Sumpah, nih motor keren banget, Tar!" kata Vanya sambil mengelus jok motor.
"Hah? Buat aku?" Rendra masih saja tampak bingung.
"Planga-plongo aja kau. Ayo dicobain dulu." Edho menarik Rendra dan menyuruh lelaki itu menaiki motor. Namun Rendra menolak karena ingin meminta penjelasan terlebih dahulu.
maaf thor,apa beneran umur mister man dan rendra gak beda jauh 🤭mister man kan pria paruh baya
kalau keluar sama aja bunuh diri... udah ikut alur aja... sekarang nurut aja . entar urusan belakang.. kalau udah jadi orang hebat, dunia bisa kamu kendalikan...