NovelToon NovelToon
Dua Jagoan Kecil Mas Duda

Dua Jagoan Kecil Mas Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Contest
Popularitas:36.5M
Nilai: 5
Nama Author: Karita Ta

Antariksa dan Galaksi, anak yang tak diakui oleh ibu kandungnya sendiri. Batita yang tak dirawat, dan bayi yang tak disusui oleh ibunya sejak dini.

Entah takdir atau kebetulan, Rafa bercerai dari mantan istrinya lantaran perselingkuhan. Mantan istrinya itu berkhianat dengan masa lalunya dan memilih karir modeling daripada keluarganya.

Sama hal nya dengan Rindi, yang menjadi korban pengkhianatan mantan tunangan yang juga berselingkuh dengan adik tirinya sendiri. Mereka sangat serasi bukan?

Akankah keduanya saling membuka hati dan saling menyembuhkan luka? Apakah Rindi merupakan calon ibu yang tepat untuk kedua jagoan kecil dari Mas Duda? Ikuti kisah keduanya yuk...


NB: Cerita ini murni hasil pemikiran Karita, tanpa plagiat karya orang lain. Mohon maaf bila ada kesamaan nama tokoh ataupun sedikit alur cerita, karena semua itu bukan unsur kesengajaan. Mulai hargai karya orang, yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karita Ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23

Setelah kepulangan Rindi beserta Tika beberapa menit yang lalu, kini Rafa dan Davi kembali melakukan pekerjaan mereka masing-masing. Davi juga telah kembali ke meja tempatnya bekerja yang berada persis di depan pintu masuk ruangan.

Rafa kembali duduk di kursi kebesarannya dan menyandarkan tubuhnya yang kekar di kursi tersebut. Memejamkan matanya sejenak dan merenggangkan otot yang terasa pegal. Pria dua anak tersebut menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dan mendesah berat.

Rafa memikirkan tentang perpisahannya dengan Laura. Rafa sangat bersyukur karena pada akhirnya wanita licik tersebut menjauh dari keluarganya. Keinginan Rafa untuk menceraikan Laura selama ini akhirnya terwujud juga.

Mulai kemarin, Rafa dan Laura sudah resmi bercerai sehingga membuat Rafa merasa sangat lega. Kedua anaknya juga tidak akan pernah lagi bertemu dengan Laura.

Rafa memegang bingkai foto yang ada di atas meja kerjanya dengan tangan kanannya. Mengusap foto kedua anaknya dengan lembut. Namun seketika tenaganya kembali pulih saat melihat wajah kedua putranya meskipun hanya dari dalam bingkai foto.

Setelah puas memandangi foto anaknya, Rafa kembali meletakkan bingkai tersebut di samping bingkai foto dirinya. Rafa mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang dominasi warna hitam dan putih ini.

Senyum Rafa kembali terbit ketika kedekatan antara Rindi dan Antariksa terlintas kembali di pikirannya. Rafa mengingat dengan jelas semua kegiatan yang dilakukan oleh Rindi dan putranya. Begitupun sebaliknya, Rafa mengingat jelas bagaimana putranya nyaman saat bersama Rindi.

Lamunannya buyar kala mendengar isak tangis dari ruangan yang digunakan untuk tidur putranya. Rafa sudah menebak kemungkinan putranya akan menangis ketika bangun.

"Ante...hiks...hiks..." Semakin mendekat, Rafa dapat mendengar jelas suara tangis putranya. Seketika Rafa menjadi panik dan berjalan cepat ke arah ruangan tersebut.

Pertama kali yang Rafa lihat ketika membuka pintu adalah, dilihatnya sang putra dalam posisi berbaring dengan mata terpejam. Rafa merasa bingung karena putranya masih tertidur namun balita itu juga menangis.

"Ante...hiks, jan pelgi..." Antariksa terus mengigau dan menangis memanggil Tante. Sepertinya Rafa tahu yang dimaksud oleh putranya yaitu Rindi.

"Jan pelgi ya...hiks..." Mulut mungil dari Antariksa kembali mengigau. Rafa mendekat ke arah putranya untuk membangunkan dari tidurnya.

"Nak, bangun yuk. Kenapa nangis anak ganteng?" Rafa berusaha untuk membangunkan putranya, menggoyangkan badan mungil putranya dengan pelan supaya tidak kaget.

"Yah, hiks...hiks...Ante ana?" Ketika membuka matanya, Antariksa langsung mencari keberadaan Rindi yang membuat Rafa menghela napas pasrah. Balita mungil tersebut mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Ketika tak mendapati keberadaan Rindi, Antariksa menangis dengan kencang.

Rafa mengangkat putranya ke atas pangkuannya dan mengelus pelan punggung putranya. Berkali-kali Rafa mencoba untuk menenangkan sang putra dengan membisikkan kalimat penenang.

"Tante kan pulang Nak" Ucap Rafa dengan sabar. Justru tangis balita itu malah semakin menjadi-jadi. Kini, Rafa kewalahan karena putranya itu terus memberontak dalam pangkuannya dan menangis keras.

"Anta mau Ante!" Pekikan dari Antariksa yang disertai tangisan itu membuat Rafa sangat terkejut. Andre dan Davi yang baru saja memasuki ruangan Rafa pun sama terkejutnya ketika mendapati Antariksa sedang menangis. Dengan bergegas, Andre melangkah mendekati Antariksa dan menggendong cucunya.

"Anta kenapa Nak? Coba bilang sama Opa" Ucap Andre kepada cucunya. Tangannya menghapus jejak air mata yang mengalir di pipi gembul milik cucunya. Antariksa tidak berhenti menangis membuat Rafa menjadi khawatir.

"Anta hiks...mau tut Ante" Antariksa kembali memberontak dari dekapan sang kakek dengan meronta minta diturunkan. Karena kuatnya tendangan dari Antariksa sehingga membuat Andre menurunkan cucunya.

"Tante siapa sih Raf? Kenapa anakmu sampai seperti itu?" Tanya Andre kepada putranya itu. Sedangkan Rafa masih mencoba menenangkan Antariksa meskipun tangannya selalu ditepis oleh putra pertamanya.

"Anta, hiks...ndak au ama Ayah!" Antariksa menendang tangan Ayahnya yang akan menyentuh tubuh mungilnya membuat Rafa merasa sedikit bersalah.

"Tadi Antariksa bertemu dengan Rindi Pa, terus tidur sewaktu ada Rindi disini. Setelah bangun, dia menangis mencari Rindi" Ucap Rafa dengan wajah sendunya. Sebenarnya Rafa tidak tega melihat putranya yang menangis tanpa henti.

"Ayah akal...hiks" Kini putra pertama dari Rafa tersebut berguling-guling di atas kasur. Tangan mungilnya menarik-narik sprei sehingga membuat kasur berantakan karena ulahnya. Kini, keadaan kamar pribadi milik Rafa sudah tidak berbentuk karena ulah Antariksa.

"Loh kenapa? Kok ayah Nakal?" Tanya Davi kepada anak dari atasannya tersebut. Davi merasa kasihan karena lama-kelamaan suara dari balita kecil tersebut semakin serak karena lama menangis.

"Ayah, hiks...suluh Ante uyang" Balita tersebut menunjuk ke arah pintu keluar dengan wajah yang berderai air mata. Balita kecil tersebut memukul kasur dengan tangan kecilnya. Tangan mungil tersebut berkali-kali memukul permukaan kasur hingga menyebabkan tangannya sedikit memerah.

"Kan Tante harus pulang Nak, Ayah nggak suruh Tante pulang kok" Rafa dengan sabar mencoba untuk menjelaskan kepada putranya. Akhir-akhir ini memang putra pertamanya itu banyak sekali bicara.

"Ndak... Anta hiks...mau Ante" Kini, Antariksa mendongak menatap wajah Ayahnya. Hati Rafa seakan teriris kala melihat putranya menangis hingga sesenggukan. Seingatnya, Antariksa tidak pernah menangis separah ini.

Dengan hati-hati, Rafa menggendong putranya yang masih sesenggukan ke dalam dekapannya. Rafa merasa sangat sedih karena melihat putranya menangis seperti ini.

Kali ini, Antariksa sudah tidak memberontak lagi saat di gendong. Namun tangisannya masih terdengar jelas di ruangan tersebut. Andre dan Davi melihat ke arah Rafa dengan prihatin.

"Besok kita ketemu Tante ya Nak? Sekarang Tantenya lagi kerja, jadi nggak bisa diganggu. Ayah janji sama Anta" Ucap Rafa dengan mengelus pelan kepala anaknya. Sedangkan Antariksa yang mendengar ucapan dari ayahnya, seketika menghentikan tangisannya.

Andre dan Davi melongo melihat reaksi dari Antariksa yang cepat berubah kala ayahnya berjanji untuk mempertemukan balita kecil tersebut dengan Rindi.

Kepala Antariksa mendongak untuk menatap ayahnya, manik matanya yang berwarna abu-abu berbinar seketika. Antariksa dengan lucunya, menyodorkan jari kelingkingnya yang mungil ke arah ayahnya.

"Plomis?" Tanya Antariksa. Andre dan Davi terkekeh gemas karena ucapan balita tersebut yang salah.

"Promise" Jawab Rafa dengan anggukkan kepala disertai tawa kecilnya. Sedangkan jari kelingkingnya, Rafa kaitkan dengan jari sang anak.

Rafa membantu membersihkan bekas air mata yang mengalir di pipi anaknya dengan lembut. Akhirnya Rafa mampu menghembuskan nafas lega karena tangisan Antariksa sudah berhenti meskipun masih menyisakan senggukan.

"Sudah, Anta jangan nangis lagi ya? Sekarang pulang sama Opa, nanti ketemu lagi sama Tante Rindi" Ucapan dari Andre membuat Antariksa menghentikan gerakannya menghapus air mata. Balita kecil tersebut mengangguk dengan patuh.

'Huh!... jika berkaitan dengan Rindi saja langsung patuh' Ucap Rafa dalam hati disertai dengan dengusan. Namun sebisa mungkin Rafa tetap bersabar menghadapi putranya yang satu ini.

Setelah drama yang diciptakan oleh balita kecil bernama Antariksa itu selesai, mau tak mau Antariksa harus pulang dengan sang kakek. Rafa akhirnya bisa bekerja lagi dengan bebas tanpa harus mengkhawatirkan keadaan putranya.

Namun Rafa harus memikirkan kembali bagaimana cara mempertemukan putranya dengan wanita bernama Rindi tersebut. Rafa akan berusaha mencari kesempatan supaya putra pertamanya tersebut bisa bertemu dengan Rindi bagaimanapun caranya.

...*****...

Kini, Rindi sedang berada di perjalanan pulang bersama sang sopir, Setelah mengantarkan Tika pulang ke apartemennya, Rindi akan pulang ke rumah kedua orang tuanya. Karena sepulangnya dari kantor Kalandra Company, Rindi harus menyelesaikan urusan pesanan yang ada di butik.

Karena hari semakin sore, Rindi berniat akan langsung beristirahat setelah sampai di rumahnya. Entah mengapa tubuhnya sangat lelah seharian ini. Meskipun sudah pulih, Rindi tetap harus banyak beristirahat.

Ketika mobil yang ditumpangi oleh Rindi memasuki area rumahnya, Rindi mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya, di dekat mobil sang papi, ada mobil lain yang berjumlah dua.

'Apakah mungkin ada tamu dari Papi?' Pikir Rindi dalam hatinya, Namun Rindi hanya menggedikan bahunya acuh.

Setelah mobilnya terparkir rapi di garasi, Rindi keluar dari dalam mobil dengan menenteng tasnya. Berjalan menuju pintu utama yang kini dalam keadaan terbuka lebar. Sepertinya dugaan Rindi benar, rupanya memang ada tamu di rumahnya tersebut.

Ketika menapakkan kakinya di lantai ruang tamu, Rindi dikejutkan oleh suara tamparan yang menggema dari dalam rumahnya. Tak berselang lama, suara tangisan menyapu pendengaran Rindi.

"Aku tidak sudi jika wanita itu menjadi menantuku! Karena dari awal, Rindi yang akan menjadi menantuku!" Pekikan tersebut merupakan suara dari seorang wanita.

Rindi berjalan cepat menuju ke arah ruang keluarga karena asal suara tersebut dari sana. Ketika kakinya menapaki ruang keluarga, Rindi merasa terkejut akan apa yang dia lihat. Pasalnya...

...*****...

Ditunggu kelanjutannya ya Kak...

Terimakasih untuk kakak-kakak yang masih stay di cerita pertama Karita dan Terimakasih untuk like serta komennya.

1
Yuli Yuli
galaksi mau hajilin anta mlah dthan SM bundanya🥰🥰
Yuli Yuli
kn azura Uda bsar gala, sneng dgn sifat gala walopun tengil dia msih nurut SM abangnya
Yuli Yuli
ada" aja tu gala abangnya dblang sugar Dedy 🤔🤔
Yuli Yuli
🤣🤣🤣🤣 rindiiiii......🤣🤣🤣🤣
Yuli Yuli
suami tampanmu merajuk tu rindi🥰🥰🥰
Yuli Yuli
ngidam LG 🥰🥰🥰
Yuli Yuli
🥰🥰🥰🥰
Jordin Yanti
lopo lope
Yuli Yuli
apa tu ayam negro
Yuli Yuli
hah pnasaran bget ni spa pria td
Yuli Yuli
bkin pnasaran aja
Nihayatus Solikah
gregeten Karo Linda Ki ngiri trs
Yuli Yuli
🤣🤣🤣🤣🥰🥰🥰🥰
Yuli Yuli
🤣🤣🤣🤣
Yuli Yuli
ini critanya kok malah nglantur kmn" si
Yuli Yuli
🥰🥰🥰🥰
Yuli Yuli
knpa rindi harus mjalani Caesar g lahiran normal aja
Yuli Yuli
ya Allah berikan kslmatan dn klancaran rindi tuk lhiran 🤲🤲🤲
Yuli Yuli
lgsg tancap gas Rafa
Yuli Yuli
galaksi ikut" Tan nyidam🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!