Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Mengunjungi Villa
***
Sherin memacu kuda hitamnya yang kini berlari dengan gagahnya. Bibirnya masih saja tersenyum
geli saat mengingat kondisi kedua gadis rese itu.
Stella.. maafkan aku.. walau bagaimanapun..
kamu adalah adikku..
Lirih bathin Sherin yang terasa sedikit perih.
Ya..adik yang tidak pernah mau menerima dan
mengakui keberadaan dirinya. Ada genangan
cairan bening yang kini terkumpul di pelupuk
matanya. Tapi Sherin bertahan untuk tetap
kuat dan keras mengingat semua perbuatan
adiknya itu yang sudah menghancurkan nama
baik serta kehormatan dirinya selama ini.
Sherin tersentak ketika tiba-tiba ada kuda lain
yang datang mengejarnya dari arah belakang.
Dan tidak lama ada bayangan yang melompat
ke atas kuda yang di tunggangi nya. Sosok itu langsung duduk lalu memeluk erat tubuhnya
dari belakang. Untuk sesaat Sherin masih
terlihat kaget dan tidak mampu bergerak.
"Ternyata.. dirimu bisa kejam juga ya Nona.."
Desis sosok itu sambil menyusurkan bibirnya
di tengkuk leher Sherin yang melebarkan mata
begitu menyadari siapa yang kini mendekap
dan mengunci tubuhnya itu.
"Dev.. kenapa kamu bisa ada di sini..?"
"Aku baru saja datang.. Aku benar-benar tidak
bisa tenang meninggalkan wanita liar seperti
dirimu walau hanya sebentar saja.!"
"Siapa yang kau panggil wanita liar ?"
"Wanita yang sudah membuat kedua model
itu terbenam di dalam lumpur.!"
"Kau mengasihani mereka.? Apa karena salah
satunya orang yang selama ini menjadi teman
kencan mu.?"
Devan terkekeh pelan mendengar ucapan Sherin
barusan, dia semakin mempererat pelukannya.
"Aku tidak pernah sembarangan menyematkan
nama seseorang dalam hatiku. Teman kencan..
itu hanya sebuah formalitas belaka !"
"Aku tidak percaya padamu. Pamela itu wanita
yang sangat cantik dan seksi, tidak mungkin
para pria bisa menolak kehadirannya, termasuk
juga dirimu.!"
"Kau benar, dia sangat cantik dan seksi.. Dia
juga sangat lihai.! Jadi, kenapa kau melakukan
hal itu padanya ? Dia pasti sangat murka.!"
"Itu adalah hal yang pantas mereka dapatkan.
Siapa suruh mengerjai ku. Ngomong-ngomong
bagaimana kau tahu semua itu.?"
"Aku sudah pernah bilang.. mataku akan ada
dimana-mana Nona Sherin."
Desis Devan pelan dan berat. Sherin terkesiap
ketika tiba-tiba Devan melakukan satu gerakan
cepat, mengangkat tubuh Sherin lalu memutar
posisi badannya hingga kini menghadap ke
arah Devan, duduk di atas pangkuannya.
"Devan..apa yang kau lakukan.?"
Sherin melotot kesal dan berusaha menjauh
dari rengkuhan Devan, namun tangan pria itu
sudah terlebih dulu menarik pinggang kecilnya,
mengikis jarak diantara mereka hingga mau
tidak mau tubuh mereka kini menempel ketat.
Mata mereka saling menatap, kedua tangan
Sherin berada di leher kokoh suaminya itu.
Tangan kanan Dev mengambil alih tali kekang
dan membelokan arah menuju ke luar jalur
yang seharusnya kembali ke pacuan kuda.
"Dev..kita salah jalur, aku harus segera kembali
ke pacuan. Waktunya sudah habis.!"
"Jangan banyak bicara istriku sayang..Percaya
saja pada suamimu ini.!"
Tubuh Sherin membeku, wajahnya memerah
dengan mata yang terlihat menatap lurus wajah
super tampan dan terlalu menggoda yang ada
dihadapannya itu. istriku sayang..?? Aaahh..
ini mimpi yang terlalu manis, dan Sherin tidak
ingin cepat-cepat terjaga karenanya.
"Kamu tidak sedang bermimpi Nona..aku nyata,
ada di depan mu. Jadi berikan aku satu ciuman
manis sekarang juga.!"
Desis Devan dengan tatapan sihir pemikat nya
yang mampu membuat Sherin malu bukan main.
Gadis itu langsung menyembunyikan wajahnya
dalam belahan dada bidang Devan. Tangannya
memeluk erat tubuh gagah Devan yang selalu
menguarkan aroma wangi maskulin mewah.
Devan tersenyum tipis, dia memperlambat lari kudanya untuk bisa menikmati moment ini.
"Ayo berikan aku ciuman itu Sherin.."
Devan berbisik di telinga Sherin yang langsung
mengangkat wajahnya. Keduanya kini saling
pandang, Sherin menggeleng pelan, namun
Dev mengancamnya dengan tatapan yang
semakin tajam.
"Apa kau mau aku melakukan sesuatu yang
lebih ekstrim di sini.? Baiklah kalau begitu.."
Tidak ingin memperpanjang urusan, Sherin
mendekat, kemudian memberikan satu
kecupan lembut dan kuat di bibir Dev.
"Apa itu, bukan itu yang aku inginkan.!"
"Dev.. aku mohon hentikan ! Kita sedang ada
di ruang terbuka. Gunakan sedikit akal sehat
mu, ini bukan tempat yang tepat."
Sergah Sherin sambil menangkup wajah pria
itu seraya menatapnya penuh permohonan.
Akhirnya Devan pasrah, dia hanya bisa menarik
nafas kecewa dan kembali memacu kudanya
hingga si hitam yang perkasa melesat cepat.
Dalam hatinya dia mengutuk dirinya sendiri.
Sial, kenapa dirinya jadi tidak bisa lepas dari
bayangan kehangatan dan kenikmatan itu.?!
Beberapa hari ini hidupnya jadi tidak tenang,
hanya karena selalu di hantui bayang-bayang
wanita yang sudah jadi istrinya ini.
"Sebenarnya kita mau kemana Dev.?"
Sherin bertanya pelan, masih betah pada posisi
tadi, menyandarkan kepalanya di dada Devan.
"Sebentar lagi kita sampai..kau harus segera
di beri kehangatan agar tidak membeku.!"
Blush.!
Wajah Sherin lagi-lagi memerah, di hangatkan?
Jangan sampai Dev melakukan hal yang aneh.
Dia melonggarkan pelukannya, sedikit menjauh
dan menatap tajam wajah Devan. Pria itu balas
menatap Sherin dengan seringai liciknya.
"Tidak Dev, jangan berbuat hal yang aneh-aneh.!"
"Apanya yang aneh ? Bukankah kita suami istri.?
Halal, dan sah-sah saja melakukan itu kapanpun,
dimanapun sesuka hati.."
"Mr Devaann.. gara-gara ulah mu, poinku jadi di
kurangi oleh para juri.! Kamu bikin kesal tahu.!"
"Memangnya apa yang aku lakukan.? Kenapa
poin mu bisa berkurang.?"
"Jangan berlaga bodoh di depanku Tuan.. Itu
sama sekali tidak cocok untuk mu.! Kau tahu
pasti apa itu.!"
Devan tertawa kecil sambil kembali menarik
tubuh Sherin ke dalam dekapannya. Sementara
Sherin yang masih kesal memukul pelan dada
pria itu sambil kembali menyusupkan wajahnya
dalam rengkuhan suaminya itu, entah kenapa
dia merasa telah menemukan kenyamanan
tiada banding saat berada pada posisi ini.
"Aku akan menghukum mereka semua yang
sudah membuat mu susah.! Ayo.. kita sudah
sampai sekarang."
Bisik Devan sambil menghentikan kudanya saat
mereka tiba di halaman depan sebuah villa indah
berukuran sangat luas dengan arsitektur khas
daerah yang lebih banyak menggunakan material
kayu dan bambu. Devan melompat, turun duluan
dari atas kuda kemudian meraih tubuh Sherin
ke dalam pangkuannya.
"Selamat datang Den Anom..Non Anom.."
Sambut dua orang pria dan wanita setengah baya
yang baru saja datang tergopoh-gopoh ke hadapan mereka. Di sana juga sudah ada Roman dan para
pengawal pribadi Devan. Sherin menatap senang
ke arah dua orang yang terlihat berpakaian khas
adat Sunda itu sambil memperhatikan sekeliling tempat yang sangat menarik perhatiannya.
"Selamat pagi.."
Sahut Sherin sambil berdiri di samping Devan
dan berusaha merapihkan pakaiannya. Dua
orang yang kelihatannya sepasang suami istri
itu tampak terkesima saat melihat dengan jelas
wajah gadis yang di bawa oleh majikannya itu.
"Ya Allah.. cantik banget si Non Anom nya ya
Ambu.. malahan geulis pisan ini mah.. seumur-
umur, baru lihat wanita secantik ini Abah mah."
Bisik si bapak dengan logat daerahnya yang
campur aduk tak jelas, khas banget orang
Sunda pesisian.
"Bener pisan Abah.. Ambu juga baru pertama
lihat awewe geulis na ciga kieu mah. Terlalu
pisan geulis na ieu mah, kabina-bina alahh..!"
Sahut si ibu tidak kalah hebohnya. Sherin hanya
bisa tersenyum sambil menautkan alis, tidak
mengerti sama sekali maksud pembicaraan
mereka berdua. Sementara itu Devan terlihat
menghampiri Roman dan berbicara serius.
"Perkenalkan..nama saya Sherinda.."
Ucap Sherin sambil mengulurkan tangannya
ke hadapan suami istri itu yang langsung saja
membeku dan mematung setengah bergetar.
Tidak percaya kalau bidadari cantik ini begitu
ramah dan lembut, mengenalkan diri segala.!
Mata mereka hanya bisa menatap bengong
tangan bening berkilau yang terulur di depan
keduanya itu. Sherin kembali mengernyitkan
dahi nya, bingung dengan reaksi mereka.
"Kenapa.? Kalian tidak ingin berkenalan
dengan saya.? ya sudah.. tidak apa-apa.."
"Ya mau atuh Non..perkenalkan..saya Mang
Odoy..dan ini istri saya..Bi Kokom hee..Kami
berdua adalah pengurus villa milik Den Anom
anu kacida kasep sareng gagah na.!"
Si bapak yang tadi mengaku bernama Mang
Odoy itu menyambut hangat uluran tangan
Sherin dengan senyum lebar sedikit gemetaran.
Di susul kemudian oleh istrinya, Bi Kokom yang
maju sambil menyenggol kuat tubuh Mang Odoy hingga hampir saja terjengkang ke belakang.
"Jangan hiraukan si Mamang sok kasep eta
Non..dia mah gitu, suka gumasep kalau ada
yang bening-bening teh, pikasebeleun..!"
Ucap Bi Kokom sambil melirik sebal ke arah
mang Odoy yang masih senyum-senyum malu.
Sherin tersenyum geli melihat tingkah absurd
pasangan suami istri itu.
"Kalian berdua benar-benar lucu ya, kompak.
Saya sangat senang bisa berkenalan dengan
orang-orang tulus dan humoris seperti kalian."
"Iihh si Non, kita atuh yang senang mah.. Bisa
kenalan sama gadis secantik dan se ramah
Non Sherin ini..senaang sekali.."
Sahut Bi Kokom sambil tersenyum cerah, tapi
langsung menundukkan kepala saat melihat
Devan datang menghampiri mereka.
"Ehemm.. apa kalian sudah selesai.? Bawakan
apa yang aku pesan tadi ke halaman belakang.
Dan jangan berani menginterupsi waktu ku.!"
Tegas Devan sambil menatap tajam kedua
badega nya itu, kemudian menarik tangan
Sherin di bawa masuk ke dalam bangunan
villa yang sangat unik dan eksotis itu.
"Euleuh-euleuh.. segitu cinta nya si Aden sama
si Non geulis.. kelihatan pisan sieun kaleungitan
nya teh.. bener-bener.. posesif pisan nya..!"
Decak mang Odoy masih memperhatikan dua
sejoli yang terlihat sangat serasi dan cocok itu.
"Sudah-sudah.. hayu atuh.. bantuan Ambu
nyiapin makanan yang tadi sudah di pesan
sama Den Anom..tong nyorocos wae ahhh.. geuleuhh.!"
Bi Kokom menepuk punggung suaminya itu
sambil kemudian berlalu ke halaman samping
menuju ke bagian dapur.
Sementara itu di taman belakang...
Mata Sherin menatap takjub keindahan yang kini terpampang nyata di depan matanya. Di bawah
sana, bentangan perkebunan teh dan lekukan perbukitan indah di bawah gunung Pangrango,
nampak terlukis apik dengan sangat sempurna
sebagai hiasan alam yang sangat menakjubkan.
Dia saat ini sedang berada di taman belakang
bangunan villa yang memilki ketinggian cukup
untuk menikmati segala keindahan alam itu.
"Tempat ini indah sekali Dev..Ini tempat yang
sangat menakjubkan."
Sherin bergumam sambil merentangkan kedua tangannya mencoba menikmati tiupan angin,
yang datang menerpa dengan kesejukan dan
kemurnian udara yang masih sangat terjaga.
"Kau menyukai tempat ini.? Kita bisa datang
kesini kapanpun kau menginginkan nya."
Bisik Devan sambil melingkarkan tangannya
di perut rata istrinya itu dan mendekapnya erat.
Sherin melirik, dia mencoba melepas pelukan
Devan yang kini menjatuhkan kepala di bahunya.
"Kita tidak tahu, entah sampai kapan hubungan
ini akan tetap terjalin. Tapi ya.. selagi aku masih
bisa menikmati semua ini, maka dengan senang
hati aku akan menikmatinya."
Lirih Sherin dengan sebaran senyum penuh
semangat. Devan terdiam, entah apa yang kini
terbersit di benaknya. Yang jelas, ada senyum
tipis yang kini terbit di sudut bibirnya.
"Kau wanita yang cukup rasional. Tapi juga
sedikit kasar !"
Ucap nya sambil kemudian mendaratkan satu
kecupan lembut di wajah Sherin, setelah itu dia
menarik Sherin untuk duduk di dalam ruangan
teras utama, dimana di sana ada perapian.
Keduanya kini duduk berhadapan di sisi kanan
kiri perapian yang sudah menyala. Tidak lama
Mang Odoy dan Bi Kokom datang, mereka
membawakan makanan dan minuman yang
membuat Sherin tampak terdiam bengong.
"Silahkan Den.. Non.. kalau masih ada yang
kurang, tinggal panggil bibi saja ya.."
Ucap Bi Kokom sambil merapihkan hidangan
di atas meja bundar yang ada di tengah-tengah.
Ada kopi panas asli racikan sendiri, ada rebus
umbi-umbian yang sangat segar dan ada juga
teh hijau asli perkebunan daerah ini.
"Terimakasih Bi Kokom, Mang Odoy.. Semua
ini sangat spesial.."
Sahut Sherin dengan mata yang masih menatap
lekat hidangan sehat di depannya itu. Ada rebus
ubi, singkong, kacang tanah sampai pisang. Dan
ada juga ketan bakar yang menggugah selera.
"Kau..menyukai makanan seperti ini Dev.?"
Sherin menggeleng tidak percaya saat Devan
meraih pisang rebus kemudian menikmatinya
dengan begitu lahap.
"Kenapa, semua ini makanan sehat, berkhasiat
dan bisa membuatmu berumur panjang."
Sontak saja Sherin tertawa ringan yang membuat
Devan menajamkan matanya. Sherin tidak peduli,
dia masih tertawa senang.
"Miss Sherin.. nikmati teh hijau mu sekarang.!"
Devan terlihat geram dengan ulah Sherin yang
langsung menutup mulutnya dengan wajah
berubah kecut.
"Kau pasti tidak menyukainya..! Dasar cewek.."
"Siapa bilang..aku tertawa tuh karena tidak habis
pikir, kok bisa ya kita satu selera begini.! Aku
adalah penyuka makanan seperti ini Dev."
Debat Sherin sambil kemudian mengambil rebus
singkong yang terlihat menggoda dan sudah ada seduhan kinca yang tersedia di mangkok kecil.
Dev terdiam, matanya tampak tidak percaya.
Sherin mencelupkan singkong ke dalam seduhan
kinca yang hanya terdiri dari cairan gula merah
plus madu murni itu, tanpa tambahan lainnya.
"Mmm.. ini pasti enak sekali.."
Gumam Sherin sambil mengangkat ubi jalar
yang sudah di balur lelehan gula merah itu,
kemudian dia mulai membuka mulut untuk
segera mencicipinya. Tapi, matanya membulat
ketika tiba-tiba Devan menyambar singkong
itu dan langsung melahapnya.
"Devaann... kenapa kamu yang makan..?"
Sherin cemberut kesal. Dia menatap geram
wajah Devan yang terlihat tak peduli itu.
"Masih banyak tuh.. tinggal bikin lagi.. Kalau
kau mau, aku bisa memberimu satu kebun."
Ucap Devan sambil menyeruput kopi mantap
racikan bi Kokom yang tiada duanya. Sherin
mengalah. Akhirnya mereka berdua terlihat
menikmati hidangan itu dengan tenang.
Selang beberapa saat mereka berdua selesai,
dan hampir menghabiskan semua hidangan
yang tersedia.
Sherin beranjak ke pinggir taman untuk kembali
menikmati semilir angin segar setelah perutnya
terisi penuh. Ponsel nya kini berdering, matanya
mengerjap ketika dia mengingat sesuatu.
Astaghfirullah.. kenapa dia bisa lupa.??
"Hallo Vint...iya Vint."
"Sherindaa.... kamu kemana sih.?? udah jam
berapa ini.? Orang-orang sibuk mencari mu.!
Setengah jam lagi jadwal kegiatan sosial akan
segera di mulaiii..."
"Aduhh...kok aku bisa lupa ya.."
"Apa, lupa..?? Yang benar aja kamu Sher.."
"Sudah ya, aku meluncur sekarang. "
Sherin menutup teleponnya. Dia segera berlari
dan menyambar tangan Devan yang baru saja
akan menghampirinya.
"Antarkan aku sekarang, kau sudah membuat
aku lupa sekarang ini ada dimana..!"
Beberapa saat kemudian...
"Ayo cepat naik, tunggu apalagi kamu.?"
Tegas Devan saat mereka sudah ada di halaman.
Sherin mematung sebentar, dia menatap Devan
yang sudah siap di atas motor cross besar. Pria
itu memakai masker, kacamata dan helm nya.
"Tunggu apalagi Nyonya El.? Apa kau mau poin
mu berkurang lagi karena datang terlambat.?"
Dengan gerakan cepat dan taktis Sherin duduk
di bagian belakang, kemudian melingkarkan
tangannya di tubuh gagah Devan.
"Daahh Bi Kokom..Mang Odoy.. sampai jumpa."
Sherin melambaikan tangannya ke arah dua
pengurus villa tersebut yang balas melambai
saat Devan mulai melesatkan motor cross nya.
"Dadahh..Non geulis.. datang lagi ya..."
***
Bersambung....
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻