Sequel Dihamili Tuan Impoten!
Keysa Bintang hidup berdua dengan neneknya yang sakit-sakitan. Sedari kecil dia bekerja banting tulang demi membiayai pengobatan sang nenek.
Tak sampai disitu, hidup Keysa semakin rumit ketika seorang pemilik hotel tempat ia bekerja memperkosanya hingga hamil. Hidup Keysa benar-benar hancur saat itu juga, bahkan pria yang menghamilinya dengan teganya tak ingin mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Saya sedang hamil anak anda, tuan Erlangga Dirgantara!" --- Keysa Bintang.
"Tidak mungkin, bagaimana bisa pria mandul dan impoten seperti diriku bisa menghamili mu. Aku berani bersumpah kalau anak yang kamu kandung bukan anakku!. Jadi untuk apa aku bertanggungjawab!" --- Erlangga Dirgantara.
"AKU BERSUMPAH KAU MANDUL DAN IMPOTEN SELAMANYA!" ucap Keysa dengan suara meninggi lalu melenggang pergi.
Yuk simak kisahnya hanya dicerita Anak Kembar Tuan Impoten!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 AKTI
"Sayang, dia bukan ayah kamu!" ucap Keysa memberikan pengertian kepada putrinya, lalu menarik tangan putri kecilnya untuk menjauh dari pria brengsek itu.
Erlan hanya diam membisu dengan pikiran mulai berkecamuk bertemu dengan kedua anak itu. Apalagi setelah mendengar langsung anak perempuan itu memanggilnya ayah. Jujur dia merasa terharu dipanggil ayah oleh anak perempuan itu, seakan ribuan kupu-kupu menghiasi hatinya yang beku.
"Dia ayah, mama. Kakak Zidan sangat milip dengannya." ucap Zara merengek dan begitu kekeh kalau pria asing itu adalah ayahnya. Sedangkan Zidan hanya diam dan terus menatap wajah pria asing itu dengan tatapan sulit diartikan, entah apa yang sedang dipikirkannya.
"Ayah kalian sudah tiada!" ucap Keysa sedikit emosi dan tidak akan pernah membenarkan ucapan putrinya sampai kapanpun.
"Ayah!" panggil Zara sambil menoleh kearah Erlan, berharap pria asing itu mau mengambilnya. Namun sayangnya pria asing itu tidak beranjak menghampirinya.
Keysa sangat buru-buru menyalakan mesin motornya, lalu meminta anak-anaknya untuk naik. Tampak Zara dan Zidan sudah duduk di jok motor dengan tenangnya.
Jadi anak laki-laki dan anak perempuan ini adalah anak Keysa. Batin Erlan dengan dugaannya melihat interaksi mereka.
Saat Keysa akan melajukan motornya, tiba-tiba Erlan kembali menghadangnya.
"Tolong di terima, aku membelikannya untuk mereka." ucap Erlan sambil menyodorkan kantung kresek berisi es krim di dalamnya.
Keysa sama sekali tidak mengambil pemberian pria brengsek itu, dadanya terasa sesak dengan hati begitu sakit melihat kembali wajah pria brengsek yang sudah menghancurkan masa depannya. Ingin rasanya dia berteriak keras dan memakinya.
Sontak saja Zidan mengulurkan tangannya untuk mengambil kantong kresek dari tangan pria asing itu.
"Jangan diambil!" ucap Keysa dingin menegur putranya. Dia tidak akan pernah mengambil pemberian dari pria brengsek itu.
"Mama, Om ini......" Zidan tidak melanjutkan ucapannya.
"Pokoknya jangan diambil, nak. Jangan sekali-kali mengambil pemberian dari orang asing, dan kita tidak boleh langsung percaya kepadanya." ucap Keysa memberikan nasihat kepada anak-anaknya.
"Mama, bukannya kita tidak boleh menolak pembelian olang. Kan sayang sekali kalau tidak mengambil pembelian ayah." ucap Zara buka suara dengan raut wajah menggemaskannya.
"Zara, dia bukan ayah kamu, nak. Berhenti memanggilnya ayah!" ucap Keysa dengan kesalnya dan sudah tidak tahan lagi. Dia sangat muak mendengar putrinya terus memanggil pria brengsek itu dengan sebutan ayah.
Dengan kesalnya Keysa mengambil kantong kresek dari tangan Erlan lalu membuangnya ke jalan dengan penuh amarah.
"Aku tidak sudi memberikannya kepada anak-anakku!" ucap Keysa dengan sorot mata tajam sambil menggertakkan giginya saking marahnya kepada pria brengsek itu.
Erlan tak bisa berkata-kata melihat aksi Keysa yang begitu marah kepadanya. Memang dia sudah melakukan hal fatal terhadap wanita itu di masa lalu, namun sekarang mengapa amarah wanita itu semakin meledak saat bertemu dengannya.
Sementara Keysa bergegas melajukan motornya meninggalkan tempat tersebut. Hingga tanpa sadar air matanya menetes dengan sendirinya, Keysa dengan kesal menghapus air mata bodohnya.
Tidak seharusnya dia menangis, namun air mata bodohnya terus saja mengalir tanpa permisi. Padahal jelas-jelas pria brengsek itu hanyalah masa lalunya dan tidak ada hubungannya dengannya.
Erlan sendiri hanya mampu menghembuskan nafas kasar menatap kepergian ibu dan anak itu. Ada perasaan tak tega melihat mereka pergi dan perasaan tersebut belum pernah dia rasakan sebelumnya.
"Tuan muda!" ucap pak Kasim memanggil tuannya, namun tak ada respon dari tuan mudanya yang hanya melamun menatap kearah jalan.
"Tuan muda Erlan!" panggil Pak Kasim kedua kalinya, hingga lamunan tuannya terbuyarkan dan langsung menoleh kearahnya.
"Kenapa!" ucap Erlan dengan ketusnya sambil menghela nafas.
"Ya ampun, kenapa es krim sebanyak ini berserakan di jalan, tuan" ucap Pak Kasim terkejut melihat es krim berserakan di samping kaki tuannya.
"Biarkan saja!" ucap Erlan lalu melangkah menuju mobilnya.
"Wah sayang sekali ini, saya harus membereskannya dulu, lalu membagikannya pada anak-anak desa." ucap Pak Kasim lalu berjongkok mengambil satu persatu es krim yang sempat keluar dari kantong kresek terus memasukkannya lagi. Setelah itu, barulah dia menyusul tuannya.
"Bagaimana?" tanya Erlan kepada supir pribadinya. Mengingat mereka sudah berada di dalam mobil.
Dimana Erlan sendiri sudah duduk di kursi penumpang sambil menopang dagu dengan sebelah tangannya, sedang Pak Kasim sudah duduk di kursi kemudi. Sementara Bu Marwah sudah balik ke kota xxx setelah sempat menunjukkan rumah yang ditinggali oleh Keysa.
"Saya tadi mampir ke sekolah Yayasan milik nona Erina, namun tidak ada satupun guru maupun murid disana. Hanya ada beberapa pekerja yang saya temui dan kesemua pekerja tidak pernah melihat nona Erina." jelas Pak Kasim panjang lebar memberitahu tuannya.
"Oh, kita lanjutkan pencarian." ucap Erlan sambil menatap kearah jalan yang dilaluinya dengan pikiran masih saja tertuju kepada Keysa dan kedua anaknya.
"Baik tuan." ucap Pak Kasim dengan anggukan kepala dan begitu fokus berkendara.
Hingga tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, membuat Erlan semakin kepikiran dengan Keysa dan anak-anaknya.
"Mereka pasti kehujanan." gumam Erlan sambil mengusap dagunya dan merasa tidak tenang di kursinya.
"Siapa yang kehujanan tuan?" tanya pak Kasim yang tidak sengaja mendengar gumaman tuannya.
"Tidak apa-apa, fokus saja di jalan." ucap Erlan cepat sambil menyandarkan punggungnya.
"Baik tuan." sahut pak Kasim.
Masih banyak tempat-tempat umum yang akan mereka datangi untuk mencari keberadaan Erina.
🍁🍁🍁🍁
Sementara di sekolah Yayasan, Erina belum juga keluar dari tempat persembunyiannya. Dia bahkan bersembunyi di dalam toilet sekolah selama hampir satu jam lamanya.
Untungnya toilet sekolah itu tersembunyi dan cukup bersih, namun tetap saja yang namanya toilet pastilah bau. Erina sampai menutup hidungnya berulang kali dan berharap waktu berjalan dengan cepatnya.
Jika saja dia terlambat beberapa menit saja berlari masuk kedalam toilet, mungkin pak Kasim sudah menangkapnya.
Hingga terdengar suara gedoran pintu dari luar, membuat Erina yang sedang bersembunyi di dalam toilet terlonjat kaget. Bahkan mendadak wajahnya menjadi pias.
"Hei buka pintunya atau saya dobrak sekarang!" ucap seseorang dari luar, bahkan suaranya terdengar tegas.
"Oke, akhiri saja pelarian mu Erina. Sekarang biarlah kamu tertangkap oleh anak buah Daddy mu." ucap Erina berbicara sendiri dan memilih pasrah saja.
Dengan ragu-ragu Erina membuka pintu toilet lalu bergegas keluar dengan pandangan tertunduk. Dia sudah menyerah dan menganggap semuanya berakhir.
"Minggir, saya sudah kebelet." ucap orang itu sambil menyenggol lengan Erina.
Sontak saja Erina langsung mengangkat wajahnya hingga keningnya berkerut melihat pria berambut gondrong menyelonong masuk ke dalam toilet. Dia bahkan tidak sempat melihat wajah pria berambut gondrong itu.
"Siapa dia? apa jangan-jangan dia anak buah Daddy?" tanya Erina pada dirinya sendiri.
"Aah sebaiknya aku pulang saja ke rumah si kembar." gumam Erina lalu melangkah cepat keluar dari ruangan tersebut. Namun harapannya harus pupus sudah saat melihat hujan turun dengan derasnya disertai petir.
"Ya Tuhan, aku tidak mungkin menerobos hujan sederas ini. Sepertinya aku terjebak di sini." ucap Erina sambil menghembuskan nafas kasar lalu mendudukkan tubuhnya di kursi kayu menghadap kearah jendela. Hari semakin sore dan sebentar lagi berganti malam.
Sembari menunggu hujan reda, Erina memilih bermain ponsel. Saat tengah asyik bermain ponsel, tiba-tiba listrik padam membuat Erina terlonjat kaget sambil bangkit dari duduknya.
Hingga tak sengaja dia melihat bayangan seseorang berambut panjang.
"Setan... setan!" teriaknya ketakutan, tak ada siapa-siapa selain dirinya di sekolah tersebut.