Widowati perempuan cantik yang baru saja melahirkan bayinya yang mati. Langsung dicerai oleh Aditya suaminya, karena dianggap tidak bisa menjaga bayi yang sudah dinanti nantinya.
Widowati akhirnya memilih hidup mandiri dengan mengontrak rumah kecil di pinggir sungai, yang konon kabar beritanya banyak makluk makluk gaib di sepanjang sungai itu.
Di suatu hari, di rumah kontrakannya didapati dua bayi merah. Bayi Bayi itu ukuran nya lebih besar dari bayi bayi normal. Bulu bulu di tubuh bayi bayi itu pun lebih lebat dari bayi bayi pada umumnya.
Dan yang lebih mengherankan bayi bayi itu kadang kadang menghilang tidak kasat mata.
Bayi bayi siapa itu? Apakah bayi bayi itu akan membantu Widowati atau menambah masalah Widowati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23.
“Coba lihat!” titah Nyi Ratu sambil mengulurkan tangannya.
Abdi Nyi Ratu yang membawa kertas tebal undangan berwarna coklat itu melangkah dengan cepat menuju ke tempat Nyi Ratu duduk di depan cermin besarnya. Lalu abdi itu duduk bersimpuh di dekat kursi Nyi Ratu sambil memberikan kertas undangan itu.
Nyi Ratu tidak membaca tulisan yang ada di kertas undangan itu, karena dia buta huruf. Dia melihat foto foto yang ada di kertas undangan itu.
Kening Nyi Ratu mengernyit karena tidak mengenali sosok sosok yang ada di kertas undangan.
“Siapa mereka?” tanya Nyi Ratu masih mengamati amati wajah di foto foto itu.
“Itu Nyi, anak Bu Mintarsih..” ucap sang abdi yang sudah kenal dengan Mintarsih, ibu tiri Widowati.
Setelah sang abdi menyebut nama Mintarsih. Nyi Ratu teringat dan langsung tertawa terbahak bahak..
“Ha.... ha.... ha.... ha... Dia sudah berhasil rupanya. Menantunya ganteng nya juga tapi sayang nya sudah tidak perjaka ha... ha... ha...” ucap Nyi Ratu sambil melempar kertas undangan itu ke pangkuan Sang abdi.
“Iya Nyi, Mintarsih dulu juga mencari duda sekarang anaknya juga mencari duda. Mungkin agar tidak di... ....” ucap lirih sang abdi tidak berlanjut. Karena Nyi Ratu menatap diri nya dengan tajam.
“Diam kamu! Dan siapkan keperluan ku untuk datang ke pesta pernikahan itu. Kalau Mintarsih mengundang aku, pasti dia sudah menyiapkan ucapan terima kasih buat aku.” Ucap Nyi Ratu masih menatap Sang abdi.
“Baik Nyi..” ucap sang abdi lalu pamit pergi dan meninggalkan kertas tebal undangan, tergeletak begitu saja di lantai.
Nyi Ratu kembali menatap wajahnya di cermin. Bibir nya tersenyum...
“Waktu yang tepat, Mintarsih mantu, di saat aku sudah kembali cantik dan menjadi muda. Tempat Mintarsih tidak jauh dari tempat bayi bayi luar biasa itu.” Gumam Nyi Ratu di dalam hati sambil masih menatap wajahnya di cermin.
“Hmmm pasti mereka sudah besar besar...” gumam Nyi Ratu lagi di dalam hati.
Nyi Ratu lalu menoleh ke arah Bu Kadus dan Bu Waspo yang duduk bersimpuh sambil mengiris iris daun pandan tipis tipis.
“Dua orang itu sepertinya sudah tidak bisa hamil lagi. Tapi biar mereka masih di sini. Kalau dua anak itu sudah bisa aku tangkap biar mereka yang merawat dua anak itu.” Gumam Nyi Ratu lagi di dalam di hati.
🌸🌸🌸
Waktu pun terus berlalu, satu minggu kemudian. Di rumah Widowati, dua bocil sangat bahagia hatinya. Karena akhirnya Sang Mama memutuskan untuk berangkat pesta.
“Nanti kalian tidak boleh nakal ya, tidak boleh lari lari dan Mama bingung mencari kalian..” ucap Widowati sambil memasang bando cantik di kepala Lintang.
“Ciap Mama cayang..” ucap Langit dan Lintang penuh semangat sambil menganggukkan kepalanya.
Langit sudah memakai celana panjang dan kemeja warna pastel dilapisi jas mungil. Rambut tebalnya sudah disisir rapi. Dia duduk di tepi tempat tidur, dengan kaki menggantung. Kaki kaki mungil itu pun sudah memakai sepatu.
Langit duduk tenang menunggu Mama dan Lintang selesai berhias.
Lintang memakai gaun mungil kembaran dengan sang Mama. Gaun warna biru pastel yang warna nya juga kembaran dengan warna kemeja Langit.
“Ma, bibilku tidak dikacih liptik bial cantik kayak Mama?” Suara imut Lintang yang berdiri dan mendongak menatap Widowati yang sedang mengoleskan lipstick di bibir sambil menghadap ke cermin.
“Kamu macih kecil Lin.. tak boyeh pakai liptik, iya kan Ma..” ucap Langit sambil menatap Lintang dan Sang Mama.
“Iya besok kalau Lintang sudah besar baru boleh. Bibir Lintang sudah cantik kok, sudah merah alami..” Ucap Widowati yang sudah selesai berhias sambil menunduk menatap Lintang yang tersenyum kagum pada wajah cantik Sang Mama.
“Kalau macih kecil bica cemot cemot liptik na ya Ma, jadi macam badut aja... hi.... hi... hi...hi...” ucap Langit lagi sambil tertawa memperlihatkan gigi nya yang putih dan tersusun rapi.
Namun tiba tiba di depan rumahnya terdengar suara mobil dan tidak lama kemudian terdengar suara klakson mobil yang sudah dihafal oleh Langit dan Lintang.
“Pak De Cigit cudah datang..!” teriak mereka berdua.
Langit langsung loncat turun dari tempat tidur. Dan Lintang langsung membalikkan tubuhnya. Kedua bocil itu langsung berlari ke luar dari kamar. Dan terus membuka pintu depan..
“Ma, cepat Pak Cigit cudah datang!” teriak mereka berdua sambil terus berlari menuju ke mobil yang sudah berhenti di depan rumah Widowati.
“Hati hati!” teriak seorang laki laki dari dalam mobil yang sudah terbuka pintu depan di sebelah kiri.
Langit dan Lintang terus berlari dengan cepat. Apalagi dilihat mobil milik Pak Sigit sudah berhenti namun suara mesin masih terdengar.
Kaki kaki mungil yang sudah memakai sepatu itu terus melangkah keluar dari pagar rumah.
Kedua bocil itu tampak kaget saat sudah berdiri di depan pintu mobil yang sudah terbuka. Karena yang dia lihat bukan Pak De Sigit yang memakai baju jas seperti yang dipakai oleh Langit, atau baju batik lengan panjang. Juga tidak ada Bu De Retno memakai gaun cantik di dalam mobil itu.
“Mana Pak De Cigit dan Bu De Yetno?” tanya Langit sambil menatap seorang laki laki muda yang duduk di jok mobil Pak De Sigit.
“Mas Liski kok pakai baju jelek?” tanya Lintang dengan bibir manyun karena Rizki hanya memakai kaos dan celana selutut. Kaki nya pun hanya memakai sandal jepit.
“Aku kan tidak ikut ke pesta, hanya menjemput kalian dan Mama kalian. Pak De dan Bu De menunggu di rumah..” ucap Rizki sambil tersenyum karena begitu gemas melihat dua bocil itu.
“Ayo masuk, itu Mama kalian sudah keluar.” Ucap Rizki saat melihat Wido wati sudah keluar dari pintu rumahnya.
“Ciap Mas Liski...” suara imut Langit dan Lintang.
Lintang tampak akan akan naik ke mobil lebih dulu,
“Wah kalian sangat keren!” puji Rizki sambil membantu Lintang naik ke mobil.
Lintang dan Langit pun duduk di jok depan. Bibir mungil dua bocil itu tersenyum bahagia. Apalagi setelah Sang Mama sudah masuk ke dalam mobil duduk di belakang mereka berdua.
“Kamu yang jemput ya Riz, maaf ya jadi merepotkan kamu.” Ucap Widowati saat Rizki mulai menjalankan mobilnya.
“Tidak apa Tan, aku juga sekalian latihan bawa mobil di medan yang sulit..” ucap Rizki sambil tersenyum.
Akan tetapi tiba tiba senyuman di bibir Rizki langsung sirna. Rizki tampak kaget dan langsung menghentikan mobilnya yang baru akan berjalan.
“Kenapa Riz, langsung terus belok kanan saja lewat jalan samping sungai baru nanti naik di jalan blok paling timur, susah kalau putar balik di sini.” Ucap Widowati memberi saran pada Rizki yang masih tampak kaget dan bingung.
Kapokk hancur lebur acaranya
ternyata ilmunya blm seberpaa mkne masih kalah sm om wowo
secara om wowo mah lg tmpil mode gamteng maksimal atuhh 😍😍😍
coba mode 👻👻👻
ngacir dehhh
makin seru g bksa di tebak dehh