Anika seorang gadis yang tidak pernah membayangkan jika dirinya harus terlibat dalam malam panas dengan seorang pria beristri.
Cerita awal, ketika dirinya menginap di rumah sahabatnya, dan di saat itu pula dia tidak tahu kalau sudah salah masuk kamar, akibat keteledorannya ini sampai-sampai dirinya harus menghancurkan masa depannya.
Hingga beberapa Minggu kemudian Anika datang untuk meminta pertanggung jawaban karena dia sudah dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya.
Akan tetapi permohonannya di tolak begitu saja oleh lelaki yang sudah membuatnya berbadan dua.
Apakah Anika mampu membawa benihnya itu pergi dan membesarkan sendirian?? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Tujuh
Pagi terus merangkak menuju siang, perlahan decak suara kecil terdengar melewati lorong-lorong rumah sakit, penuh dengan tawa polos yang terlintas dari sudut bibir mereka.
"Tante sebentar lagi kita bertemu dengan Abang?" tanya Aruna.
"Iya Sayang sebentar lagi kita bertemu Abang," sahut Nivea dengan senyuman hangat.
Langkah kaki mereka terus melangkah hingga sampai ke depan pintu kamar Arjuna, Nivea langsung memegang gagang pintu lalu melihat di dalam ruangan ada Anika dan juga Aslan yang sedang menyuapi Arjuna.
"Assalamualaikum ... selamat siang semua," ucap Nivea, sambil membawa tas besar berisi baju dan mainan Arjun.
"Walaikum salam, ayo sini masuk," sahut Anika lalu mulai beranjak dari kursinya.
Aruna dan Arash begitu bahagia ketika melihat bundanya yang sejak kemarin meninggalkan mereka untuk menjaga saudaranya yang lain, Anika langsung merentangkan tangannya untuk menumpahkan kerinduannya terhadap mereka berdua.
"Bunda ...!" seru keduanya sambil masuk kedalam dekapan ibunya.
"Sayang, maaf ya belum sempat pulang," sahut Anika.
"Gak apa-apa, Bunda kan jaga Abang," sahut Aruna sedangkan Arash hanya mengangguk.
Perlahan pandangan mereka berdua beralih ke sisi ranjang, yang memang pada saat ini saudara mereka sedang di suapi oleh pria yang mereka kenal sebagai Om.
"Abang, gimana udah enakan," tanya Aruna sambil mendekat kearah ranjang.
"Alhamdulillah sudah enakan karena keinginanku sudah terpenuhi Kak," sahut Arjun.
"Keinginan bertemu dengan Om Aslan?" tanya Arash.
Sejenak Arjun mulai mengangguk, ia pun mulai menatap wajah kedua saudaranya, dan wajah-wajah seseorang yang ada di ruangan kamarnya.
"Kakak, Adik ... Sebenarnya ada yang ingin aku katakan kepada kalian berdua," ucap Arjun sambil menatap keduanya.
"Mau mengatakan apa?" tanya Aruna.
Sedangkan saat ini mata Arjun menoleh ke arah Aslan dan beberapa detik, menoleh ke arah Anika seolah meminta ijin jika ia ingin mengatakan sesuatu yang sangat berharga kepada dua saudaranya yang lain.
Anika dan Aslan kemudian mulai menganggukkan kepala mereka sebagai jawaban jika Arjun boleh mengatakan rahasia yang terpendam selama ini kepada dua saudaranya.
"Kakak ... Adik ... sebentar lagi kita akan hidup aman karena sudah tidak ada lagi yang bully kita," ucap Arjun yang membuat kedua saudaranya sedikit bingung.
"Maksudnya apa Bang?" tanya Arash sedangkan Aruna masih menyerap ucapan dari adik pertamanya itu.
"Papa kita sudah datang ....," ucap Arjun dengan semangat.
"Apa! Papa kita sudah datang?" tanya Aruna sambil melihat ke arah Aslan.
Aruna dan Arash saling berpandangan, seakan mencoba mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan Arjun. Wajah mereka tampak tercengang, mata membulat, dan bibir kecil mereka terkatup kaku, mendengar sebuah kata yang dia tunggu-tunggu selama ini.
"Papa?" ulang Arash lirih, seolah kata itu terasa asing dan berat diucapkan.
Aslan yang sejak tadi hanya diam menatap mereka, kini perlahan berdiri. Pandangannya teduh, tapi kedua tangannya menggenggam kuat, menahan gemetar yang mulai menyeruak dari dalam dirinya.
"Iya, Nak..." ucap Aslan pelan, suara seraknya terdengar jelas di ruangan yang mulai hening itu. "Papa... itu aku," ucap Aslan mencoba berterus terang meskipun lidahnya terasa keluh.
Aruna perlahan menoleh ke arah pria itu. Matanya berkaca-kaca, dan tanpa sadar tangannya menggenggam ujung baju bundanya. "Tapi... kenapa Papa baru datang sekarang?" tanya Aruna sambil mendekatkan diri ke arah Anika seolah meminta jawaban atas semua kebenaran ini.
Aslan menunduk dalam. "Karena Papa dulu tidak tahu... Papa nggak pernah tahu kalian lahir, Nak. Dan setelah tahu... Papa terlambat. Tapi mulai sekarang, Papa di sini. Papa nggak akan pergi lagi," ucapnya penuh dengan segala penyesalan.
Air mata Arash mulai mengalir. Anak itu menunduk, lalu menatap wajah Arjun yang tampak lega. "Abang... kamu gak bohong kan?" tanyanya penuh dengan telisik.
Arjun menggeleng pelan, senyumnya lembut. "Nggak, Dik. Aku malah lega banget. Akhirnya... kita punya Papa," ucap Arjun.
Tiba-tiba Aruna maju satu langkah. Bibirnya bergetar, lalu suaranya pecah, "Kenapa Papa tidak pernah tahu tentang kita, padahal kan kita anaknya ... Terus kenapa tiba-tiba datang, apa selama ini Papa tidak pernah rindu, sedang kita saja setiap hari sangat menanti datangnya Papa di depan pintu rumah," ucap jujur anak itu.
Aslan tersentak. Wajahnya menegang, tapi tidak marah. Ia menatap anak perempuan itu dengan mata yang basah.
"Karena... Papa ingin berubah, Nak. Papa sudah menyesal, dan ingin memperbaiki semuanya. Bukan cuma untuk Bunda, tapi juga untuk kalian. Papa tahu, mungkin butuh waktu. Tapi Papa akan sabar nunggu, sampai kalian bisa terima Papa."
Aruna menunduk, air matanya jatuh perlahan. Ia menangis tanpa suara.
Anika mendekat, memeluk tubuh kecil putrinya dari belakang. "Sayang... kamu nggak harus langsung terima. Tapi kita semua berhak bahagia... dan pelan-pelan, kita bangun itu sama-sama," ucapnya sambil mencium kepala anaknya.
Arash maju beberapa langkah, wajahnya masih diliputi tangis. Tapi ia menatap Aslan dengan sorot rindu yang diam-diam tumbuh, di dasar hatinya.
"Boleh... boleh nggak aku peluk Papa sekarang," ucapnya dengan nada yang bergetar.
Suasana mendadak berubah haru. Aslan tak sanggup berkata apa-apa. Ia membuka kedua lengannya lebar, dan Arash langsung berlari ke dalam pelukannya. Tangis pecah dari keduanya.
Aruna pun akhirnya ikut maju, pelan-pelan, penuh keraguan. Tapi ketika Aslan menyambutnya dalam pelukan yang sama, gadis kecil itu pun akhirnya ikut menangis, melepaskan semua pertahanan yang selama ini ia bangun.
"Kami rindu Papa, kadang aku sampai berpikir Papa kita gak sayang, karena dia tidak pernah ada di saat kami membutuhkan, di saat kami di jatuhkan di di rendahkan teman-teman di sekolah," ucap Aruna sambil mengeluarkan semua unek-unek di dalam hatinya.
Anika berdiri di sisi ranjang sambil menutup mulutnya dengan tangan. Air matanya tak terbendung lagi. Di sampingnya, Arjun tersenyum bahagia, melihat keluarganya mulai menyatu, meski lewat jalan yang panjang dan penuh luka, sedangkan Nivea hanya bisa mendekat ke arah temannya lalu menggenggamnya dengan kata-kata.
"Kau wanita kuat temanku aku bangga melihatmu sampai detik ini, percayalah setelah ini akan ada cahaya yang menerangi kehidupanmu," bisik Nivea.
Setelah memberi ucapan kepada temannya Nivea diam-diam wanita itu mulai menghapus air matanya sendiri. Ia tahu, kisah ini belum selesai. Tapi hari ini... adalah awal dari sesuatu yang indah.
Dan di tengah pelukan haru itu, untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, Arjun, Aruna, dan Arash tahu bagaimana rasanya memiliki seorang Ayah.
"Maafkan semua kesalahan Papa ... Aku takut ini sulit untuk kalian tapi Papa janji akan menebus meskipun tidak bisa menyembuhkan luka kalian," ucap Aslan dalam tangisnya.
Bersambung .....
Selamat pagi Kak ... Semoga suka ya dengan kelanjutan bab ini.
ashlan meskipun itu bibi mu,,jika dia tidak bisa menerima Anak anak mu,,maka lempar saja ke kutub,,,kau dulu beraning menolak anak kandung mu,,,maka kau harus beraning menyingkirkan orang orang yg ingin menyakiti anak anak mu dan calon istri mu,,meski pun itu bibi mu sendiri atau siapa pun itu...
hehhh nenek sihir mikir donk kau lebih menjunjung anak angkat dan mendiang istri ashlan yg tidak memiliki keturunan keponakan mu ketimbang memilih yg kandung dan nyaris sempurna...Dunia terbalik memang😄😄😄😄
pantes Anika berat perasaannya, akan ada hambatan dari keluarga si Aslan.
semangat pagi thour,,,semangat up,ini lg nunggu sambil ngopi🤣🥰😘❤❤❤💪💪💪💪