Meidina ayana putri, gadis kelas 2 SMA yang selalu membuat kedua orang tuanya pusing karena kenakalannya.
Namun sebuah insiden membuat hidup gadis badung itu berubah total
Bagaimana perjuangan gadis badung itu dalam menjalani takdir hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon requeen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersembunyi di kampung
Orang yang tidak pernah membuat kesalahan adalah orang yang tidak berbuat apa-apa.
Setelah kepulangan ayah dan bundanya ke Jakarta, Nana menata kamarnya senyaman mungkin, karena ia tidak tinggal sehari dua hari disini, tapi berbulan-bulan. Bahkan mungkin bisa sampai hitungan tahun.
Nana menghentikan kegiatannya ketika umi membawakan selimut tebal untuk Nana
"Disini dingin, tidak seperti di Jakarta jadi disini tidak perlu pake ac " ucap umi tersenyum
Umi duduk ditepi ranjang, kemudian menuntun Nana untuk duduk disampingnya.Tangan keriputnya menggenggam lembut tangan Nana.
" berapa bulan usia kandungannya neng? " tanya umi hati-hati
"kata dokter delapan minggu umi " jawab Nana lirih
"Bagaimanapun jalan nya, ini adalah titipan Tuhan. Jadi kamu harus menjaganya " Umi menyentuh perut rata Nana lembut.
"iya umi " jawab Nana menunduk
"Tidak ada satu orang pun didunia ini yang tidak pernah melakukan kesalahan.Yang penting mau berubah dan bertobat...Sekarang istirahat, kalau kamu butuh apa-apa kamu panggil bi ijah dibelakang " ucap umi kemudian berlalu keluar dari kamar Nana.
Kesalahan? apakah menjadi korban perkosaan juga suatu kesalahan? Nana memang bandel, namun ia sangat menjaga kehormatannya. Jika sekarang ia harus hamil diluar nikah, itu bukan keinginannya.. Nana hanyalah korban.
Nana menyusun buku-buku pelajaran yang sengaja ia bawa dari Jakarta. Walaupun Nana tidak sekolah, namun semangat belajarnya sangat besar. Ia ingin dapat melanjutkan sekolah setelah melahirkan nanti.
Udara sore pegunungan menerpa wajah cantik Nana,Gadis itu merapatkan sweater yang membalut tubuhnya.Satu tetes air bening jatuh dari dudut matanya, disaat seperti ini Nana merasa sendiri dan terasing. Jauh dari orang tua dan teman-temannya. Semua karena satu nama yang sangat ia benci.. Adit.
"Neng.. Abah sudah menunggu di musola,kita solat magrib berjamaah " Nana cepat-cepat mengusap matanya yang basah ketika umi sudah berdiri dipintu kamarnya.
"iya umi " jawab Nana.
Gadis itu mengeluarkan sajadah dan mukena dari lemari, kemudian mengikuti uminya menuju musola yang berada disamping rumah.
Sudah menjadi aturan wajib dirumah ini untuk selalu melakukan solat berjamaah. Aturan itu tidak hanya berlaku untuk umi dan Nana, tapi juga untuk para pembantu dirumah itu.
Selesai solat magrib berjamaah, Abah dan umi mengajari Nana mengaji hingga menjelang waktu isya.Setelah solat isya barulah Nana dapat kembali ke kamarnya.
Pada awalnya Nana merasa berat mengikuti aturan dari abahnya,apalagi abah sempat ngomel karena cucu kesayangannya itu tidak bisa mengaji.
"Kita mulai dari iqro satu, anggap saja kamu anak paud " sindir abah waktu pertama kali mengajari Nana mengaji.
Ucapan abah sangat menohok hatinya, Nana samasekali tidak marah mendapat sindiran dari abah, Nana cuma merasa sangat malu dan bodoh.
"Jangan diambil hati ya neng ucapan abah yang tadi " Umi mengusap tangan Nana ketika mereka selesai solat isya berjamaah.
"tidak apa-apa umi " jawab Nana.
"Abah itu galak karena sayang sama cucunya " ucap umi lembut.
Nana mengangguk, ia tau abah keras karena sayang ke padanya, apalagi Nana adalah cucu abah yang paling bandel.
Sebelum tidur, Nana menyempatkan diri membuka buku-buku pelajarannya.Walaupun bandel, tapi Nana disekolah termasuk anak yang cerdas.Terbukti ia selalu masuk peringkat sepuluh besar dikelasnya.
Ketika rasa kantuk mulai menyerang, Nana membereskan kembali buku-bukunya sebelum naik ke kasur empuknya.
Nana merebahkan tubuhnya, pandangannya menyapu langit-langit kamar.Nana mengucap istigfar ketika ingatannya kembali pada saat Adit merenggut kehormatannya secara paksa.
Nana yang kala itu tidak berdaya hanya bisa menangis menjerit ketika hentakan demi hentakan mengguncang tubuh dan batinnya. Astagfirulloh.. Astagfirulloh.. kalimat itu tak henti Nana ucapkan agar memori itu hilang dari ingatannya. Bibir mungil itu berhenti mengucap istigfar ketika matanya mulai terpejam.
Sayup-sayup suara adzan subuh membangunkan Nana dari tidurnya.Dulu biasanya Nana tidak akan bangun sebelum suara penggorengan bunda bertalu-talu ditelinganya. Nana tersenyum miris.. jika begini ia jadi rindu omelan bundanya.
Selesai solat subuh berjamaah, Nana keluar dari musola.Nana mendekap lipatan mukena dan sajadahnya didadanya untuk mengusir udara dingin yang menusuk sampai tulangnya.
Nana tidak langsung kembali ke kamarnya, ia memilih melangkahkan kakinya menuju dapur yang berada tak jauh dari musola.
Bi Ijah yang juga baru keluar dari musola menyapa Nana ramah.
"Neng Nana butuh sesuatu? " tanya nya
"Bisa bikinin teh manis hangat bi? " ucap Nana
"Siap neng, bibi bikinin " Bi Ijah langsung membuat teh manis pesanan Nana
"Neng Nana kedinginan ya? " tanya bi Ijah sambil menyodorkan gelas berisi teh manis yang masih mengeluarkan asap itu
"iya bi " jawab Nana. Tangannya sedikit gemetar. Nana memang belum terbiasa dengan udara dingin.
Nana menyesap sedikit teh manis yang masih mengepulkan asap itu, rasa hangat perlahan menjalar ditenggorokannya membuat tubuhnya menjadi hangat.
"Neng Nana kalau mau apa-apa tinggal bilang sama bibi " Bi Ijah menyodorkan sepiring pisang goreng yang baru saja diangkat dari penggorengan.
"disini ada jajanan apa bi yang enak? " tanya Nana.
Selama hampir seminggu disini, Nana belum pernah keluar rumah.
"Jajanan apa ya.. paling adanya cilok, seblak. Baso juga jarang neng. Kalau mau baso yang enak harus ke depan! " ucap bi Ijah
"Kalau neng Nana pengen sesuatu biar bibi cariin "
"iya nanti kalau mau Nana bilang bibi " ucap Nana sambil memasukan sepotong pisang goreng hangat ke mulutnya.
Setelah menghabiskan segalas teh manis dan beberapa buah pisang goreng, Nana kembali ke kamarnya.
Menjelang siang, Nana duduk diteras depan sambil menikmati hangatnya sinar matahari. Umi duduk menemani Nana sambil mengawasi para pekerja yang sedang menjemur biji cengkeh.
Dikampung ini abah mempunyai kebun cengkeh yang lumayan luas.Selain itu juga ada beberapa hektar kebun manggis yang berada diujung desa.
"masih suka mual tidak neng? " tanya umi
"Sedikit umi " jawab Nana.
"Nanti bulan depan umi antar periksa kandungan ke bidan Dewi. Biar tau kondisi janinnya " ucap umi. Nana mengangguk.
"susu hamil nya jangan lupa diminum, nanti kalau habis umi suruh bi Ijah beli "
"masih banyak umi, cukup untuk stok satu bulan " ucap Nana tersenyum.
Sebelum kembali ke Jakarta bunda sudah membelikan susu hamil lumayan banyak untuk Nana.