Mungkin hal biasa kalo cewek cupu pacaran sama bad boy, namun kali ini kebalikanya gimana peran sicewe yang urak-urakan, suka balap liar, dan tidak mau diatur malah dia jatuh cinta dengan cowo cupu kutu buku yang anti sosial.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menyakiti
Sera melamun saat jam pelajaran berlangsung. Pikirannya dipenuhi dengan hubungannya bersama Gara yang semakin merenggang. Sejak kedatangan murid baru itu, Gara berubah menjadi lebih cuek dan bahkan terang-terangan membela gadis itu di hadapannya.
Sera menghela napas panjang. Apakah Gara berselingkuh? Tapi, di sisi lain, ia mencoba berpikir positif Gara tidak mungkin melakukan itu padanya, bukan?
Melirik jam dinding, waktu istirahat sebentar lagi tiba. Sera bertekad untuk mengajak Gara makan bersama, berharap hubungan mereka kembali seperti dulu. Sudah seminggu ia berusaha mendekati Gara, tetapi lelaki itu selalu sibuk dengan gadis itu.
Saat bel istirahat berbunyi, teman-teman Sera mulai berdiri, bersiap keluar kelas.
"Gue ke Gara dulu," ucap Sera.
Teman-temannya hanya mengangguk. Mereka tahu hubungan Sera dan Gara sedang tidak baik-baik saja karena kehadiran gadis lain.
Dengan langkah mantap, Sera berjalan menuju kelas Gara. Begitu masuk, matanya langsung tertuju pada pacarnya yang sedang asyik bercanda dengan perempuan itu. Hatinya mencelos. Perlahan, ia mencoba mendekat, tapi Gara dan gadis itu tampaknya tidak menyadari kehadirannya.
Sera mengepalkan tangannya erat. Ia harus mendapatkan jawaban.
"Gara, ayo ke kantin," ajak Sera dengan nada berharap.
Gara menatap Sera sebentar, lalu melirik gadis di depannya. Gadis itu menggeleng pelan, menandakan ia tidak ingin Gara pergi.
"Emm... kayaknya nggak dulu, Sera. Aku lagi sibuk belajar," jawab Gara akhirnya.
Sera mengerutkan kening, menatap gadis itu dengan penuh tanda tanya. "Dia siapa?" tanyanya, menunjuk langsung ke arah gadis tersebut.
"Kenalin, gue nabila, sahabat kecilnya Gara," ujar gadis itu santai sambil mengulurkan tangan.
Namun, Sera tidak memiliki niat sedikit pun untuk menjabat tangannya. Ia justru menatap Gara, meminta penjelasan kenapa lelaki itu lebih memilih menuruti gadis ini daripada pacarnya sendiri.
"Oh, jadi kamu lebih memilih dia daripada pacarmu sendiri?" suara Sera bergetar, menahan emosi.
"Apaan sih, Sera? Jangan kekanak-kanakan, dia cuma sahabat aku..." ujar Gara dengan nada kesal.
Nabila tersenyum tipis sebelum menambahkan, "Maaf ya, Mbak Sera. Gue memang selalu jadi prioritas Gara. Sampai kapan pun, gue akan tetap jadi kesayangannya."
Sera mengepalkan tangannya erat. Wajahnya memerah karena marah.
"Gara! Dia cuma sahabat kamu! Kenapa kamu bersikap seperti ini, hah?" seru Sera, matanya berkaca-kaca menahan emosi.
"Sera, udah! Jangan bikin masalah!" bentak Gara, suaranya meninggi.
Sera terdiam, dadanya terasa sesak. Dengan mata yang mulai berair, ia bergegas keluar dari kelas Gara. Hatinya hancur, kecewa dengan lelaki yang selama ini ia cintai.
Begitu masuk ke kelasnya, teman-temannya terkejut melihat Sera datang dengan wajah penuh air mata.
"Sera, lo kenapa nangis?" tanya salah satu temannya dengan panik.
Asa segera merangkul Sera, mencoba menenangkannya. Namun, Sera hanya diam, tidak ingin mengatakan apa pun. Teman-temannya saling berpandangan. Mereka tahu, pasti Gara yang menjadi penyebabnya.
"Lihat aja lo, Gara. Gue bakal bikin lo nyesel," geram harsa, merasa marah melihat sahabatnya disakiti.
"Udah, Sera. Tenang dulu. Gara emang harus dikasih pelajaran biar tahu rasanya nyakitin lo," timpal luna, berusaha menenangkan.
Sera mengusap air matanya yang terus mengalir. "Hiks... Dia lebih milih gadis itu daripada gue… Padahal gue udah coba berubah demi dia… Tapi sekarang, setelah gue berubah, malah ditinggalin... hiks..." isaknya dengan suara lirih.
Teman-temannya saling berpandangan, hati mereka ikut sakit melihat Sera yang begitu terluka.
"Udah, Sera. Bikin aja Gara nyesel karena udah nyakitin lo. Lo nggak usah nurutin dia lagi, lebih baik jadi diri sendiri," ujar litani sambil mengusap punggung Sera yang masih bergetar.
Sera hanya mengangguk, meskipun air matanya masih mengalir tanpa henti. Hatinya terasa hancur. Gara dengan teganya melakukan itu padanya, di saat ia sudah berusaha berubah menjadi lebih baik, seperti yang selalu diinginkan lelaki itu.
Kini, Sera berjanji pada dirinya sendiri. Ia tidak akan lagi memohon perhatian Gara. Ia akan membuat lelaki itu menyesal dan memberi pelajaran pada perempuan itu.
Di sisi lain, Gara duduk gelisah di kelasnya. Rasa bersalah mulai menghantui pikirannya. Ia tahu, ia telah menyakiti Sera—membentaknya dan lebih memilih mengikuti keinginan nabila.
Tapi bagaimana mungkin ia bisa menolak nabila? Sejak kecil, gadis itu sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Apa pun yang nabila inginkan, sebisa mungkin ia turuti. Bukan hanya karena mereka sahabat, tapi ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang bahkan tidak bisa ia jelaskan.