[HOT!]
Catherine dulunya adalah murid kutu buku yang polos dan kerjaannya hanya belajar di perpustakaan. Namun suatu hari, dia terlibat taruhan dengan Bastian. Mereka mereka memulai sebuah taruhan gila dan semenjak itu hidup Catherine benar-benar berubah drastis. Bastian mengajarinya hal-hal aneh dan liar yang tidak pernah Catherine ketahui ataupun coba sebelumnya.
Intinya, Bastian dan Catherine adalah teman di atas ranjang.
Hubungan mereka hanya sebatas sebagai teman yang saling memanfaatkan untuk memuaskan nafsu.
Tidak kurang, tidak lebih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Pistol dan Perkelahian
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Catherine lagi sebab dia mendapati Richard seperti menatap penuh benci sejak pria itu masuk pertama kali ke ruangan tadi.
“Tidak, tapi untuk kedepannya mungkin kita akan sering bertemu. Jadi tolong ingat wajahku dengan baik-baik.”
Richard kemudian pergi berganti pakaian menjadi gi, pakaian khas berwarna putih yang longgar serta nyaman untuk bergerak. Atasan lengan panjang serta celana longgar yang kemudian diikat dengan sabuk di area pinggangnya. Sabuk Richard berwara putih untuk pemula dan Catherine berwarna hitam untuk kategori orang yang sudah mahir dalam bidang itu.
Richard dan Catherine kemudian berjalan menuju area tengah ruangan dan mulai bersiap untuk berlatih. Ya, Catherine menyebutnya ini adalah latihan awal, selayaknya bagaimana ia berltih dengan para muridnya pada hari biasa.
Latihan dan pertandingan adalah dua hal yang berbeda.
Jika latiham, Catherine akan memastikan lawannya itu tidak sampai terluka. Namun jika pertandingan, kemenangan adalah segalanya.
Latihan mereka dimulai dengan Catherine yang melayangkan teknik serangan tangan miliknya. Sepertinya Richard benar-benar seorang pemula di dunia karate ini. Pria itu mungkin bisa berkelahi atau menguasai beberapa teknik bela diri, tapi semata-mata hanya untuk pertahanan diri dan teknik pria itu tidaklah sesuai aturan dan cenderung bebas serta asal ia gerakkan saja.
Catherine melayangkan serangan tebasan dengan sisi tangannya berikut dengan serangan siku ke atas yang tepat mengenai perut pria itu membuat Richard meringis pelan sekali.
“F*ck,” pria itu mengumpat pelan.
“Kekuatanmu boleh juga,” ujar Richard.
Dia bukan terpukau dengan betapa indahnya gerakan tangan ataupun teknik yang ditampilkan oleh Catherine, tetapi foksu apda seberapa besar tenaga wanita itu saat melayangkan pukulannya.
Mereka terus saling melancarkan serangan dengan saling menghindar sebelum akhirnya Catherine mendapatkan celah, ia melayangkan teknik menyapu kaki lawan guna menjatuhkannya dimana biasanya teknik ini sering digunakan setelah serangan cepat untuk menghilangka keseimbangan lawan.
Richard terjatuh ke atas matras diikuti Catherine yang berdiri tegak di atasnya. Wanita itu menarik sekali sabuknya sembari menatap ke arah pria itu. Latihan mereka sudah selesai dan Catherine yakin Richard tahu betul siapa yang lebih unggul disana.
Namun diluar dugaan, Richard malah mengeluarkan pistol. Dengan memanfaatkan jeda waktu akibat Catherine yang masih shock dengan kehadiran pistol ditengah-tengah latihan mereka, Richard memanfaatkan sisi lengah wanita itu untuk segera bangkit dari posisi berbaringnya kemudian berjongkok sembari mengarahkan ujung pistolnya tepat ke arah perut Catherine.
Darimana seorang mahasiswa bisa mempunya senjata pistol seperti ini?
“Apakah kau dekat dengan Bastian?” tanya Richard yang secara tiba-tiba mengungkit nama Bastian.
Catherine berusaha tenang dan tidak panik saat Richard kembali menekan ujung pistolnya itu ke arah perut Catherine.
“Apa maumu?” tanya Catherine serius ke arah Richard.
“Apa hubunganmu dengan Bastian?” tanya Richard lagi, kembali mengulang pertanyaannya itu.
Catherine menatap Richard untuk sesaat, apakah pria itu mengenal Bastian? Apakah mereka mempunya masalah atau bahkan merupakan musuh? Tetapi kenapa Catherine yang sekarang berada dalam bahaya padahal mereka berdua yang mempunyai masalah.
“Kau tidak perlu tahu,” desis Catherine, emngumpulkan sisa keberaniannya untuk memberikan jawaban itu.
“Jawab atau aku akan menembakmu sekarang juga,” ujar Richard dengan tatapannya yang berubah serius.
“Kita hanya orang asing.”
“Bohong, dia bahkan menolongmu kemarin,” balas Richard dengan cepat yang semakin menaikkan emosi Catherine.
“Kita benar-benar hanya orang asing bodoh!” teriak Catherine dengan cukup kuat.
“Benarkah? Kalau begitu aku akan memastikannnya sendiri, aku juga penasaran dengan reaksinya itu ketika melihatmu dalam kondisi seperti ini,” ujar Richard sembari tersenyum penuh arti sebelum akhirnya pintu ruangan tiba-tiba terbuka menampilkan Bastian di ambang pintu dengan raut murkanya.
“Dasar baj*ngan, lepaskan dia,” umpat Bastian langsung sembari berjalan cepat menghampiri mereka berdua.
Richard refleks menoleh ke arah Bastian, dia sendiri juga tidak menyangka akan kedatangan Bastian itu. Awalnya Richard masih berusaha memproses kejadian itu dan hendak mengarahkan pistolnya ke arah Bastian sebagai bentuk perlawanan darinya.
Namun tanpa ia duga, karena terlalu fokus pada Bastian, dia lupa akan fakta bahwa Catherine masih berada dekat dengannya.
Catherine langsung memanfaatkan kondisi itu untuk menebas lengan Richard ke atas, membuat genggamannya pada pistol melemah berakhir pistol itu jatuh terpental ke atas markas.
Richard melebarkan matanya dengan gerakan tidak terduga dari Catherine, dia bersiap diri untuk emngambil kembali pistol itu tetapi Catherine malahan sudah lebih dulu meunduk dan merebut pistol itu.
Sudah diambang kebingungannya, tanpa disadari Richard, Bastia sudah berada tepat di belakangnya saat itu. Bastian langsung meraih kerah pada atasan pakaian karatenya itu sebelum melayangkan sebuah tinju tepat ke arah pipi Richard.
Begitu kuat dan keras. Dalam sekejap, sudut bibir Richard sudah mengeluarkan darah.
“Jangan ganggu dia dan hadapi aku saja br*ngsek,” ujar Bastian dengan begitu marah.
Bahkan sejak ia masuk ke dalam ruangan, belum sekalipun mereka melakukan kontak mata. Yang Catherine dapati hanyalah raut emosi milik Bastian, yang begitu mengerikan dan terlihat bengis.
Ini adalah pertama kalinya Catherine melihat sisi pria itu yang seperti ini. Biasanya Bastian selalu menampilkan sikap jahil dan tengilnya, terutama bagaimana pria itu memainkan alisnya sembari mengeluarkan tawa kecilnya untuk menggoda Catherine.
Tetapi untuk detik ini, yang Catherine lihat hanyalah fokus Bastian sepenuhnya terarah kepada Richard.
Catherine memegang pistol itu dengan tangan yang gemetar, jujur saat Richard mengarahkan pistol itu ke perutnya, ketakutan sudah menyergap diri Catherine sebab bagaimanamun jika pria itu menarik pelatuk, maka Catherine bisa mati di tempat.
Ditambah Catherine sekarang melihat perkelahian antara dua pria itu yang sangat brutal. Catherine menutup mulutnya kaget saat Richard berhasil melayangkan tinjunya pada perut serta pipi Bastian.
Kepanikan segera menyergap Catherine, salah satu dari mereka bisa mati jika tidak dilerai.
Ralat, mungkin Richard yang bisa mati. Sebab dilihat dari kondisi sekarang, Richard sedang terbaring lemah di atas lantai setelah melancarkans erangan terakhirnya. Kini Bastian naik di atasnya dan terus melayangkan pukulan beruntunnya pada wajah Richard.
Mereka berkelahi tanpa aturan dan hanya saling memukul layaknya dua binatang buas yang saling memangsa di tengah hutan.
“Berhenti,” Catherine akhirnya bersuara untuk menghentikan perkelahian mereka.
Tetapi Bastian tampaknya belum mendengarkannya dan masih terus melanjutkan aktivitasnya itu. Kedua mata Richard bahkan sudah terpejam erat guna menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya itu.
“Kubilang berhenti!”
Catherine kemudian berlari menghampiri mereka berdua kemudian berjongkok dan menyusup di tengah-tengah perkelahian mereka. Bastian yang hendak melayangkan tinjunya kembali akhirnay terhenti karena kehadiran Catherine disana.
Richard bahkan sudah terkapar dengan tidak berdaya namun masih belum ada tanda-tanda Bastian hendak menghentikan aksinya itu.