NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Pengaruh Kehamilan

Alih-alih menuju warung seperti yang diminta Bunda Tyas, Kaesang justru berbelok ke sebuah supermarket besar dan ramai. Begitu mobil terparkir, Kaesang dan Tyas turun. Tyas tertegun sejenak, menatap gedung besar di hadapannya.

Matanya melebar, ia belum pernah mengunjungi supermarket ini sebelumnya. Ini pengalaman pertamanya. Kaesang kemudian merangkul pinggang Tyas, sentuhannya sedikit mengejutkan Tyas yang tengah melamun. Tyas menoleh, Kaesang tersenyum manis, senyum penuh cinta yang hanya untuknya.

"Lagi mikirin apa, hmm?" tanya Kaesang, suaranya lembut, sedikit merinding di telinga Tyas.

Tyas menjawab, "Nggak ada kok. Aku cuma agak kaget aja, aku belum pernah ke supermarket ini sebelumnya. Tadi kan Bunda nyuruh kita ke warung kok ini malah ke supermarket?"

Kaesang menggeleng pelan, senyum manis masih menghiasi bibirnya. "Supermarket itu jauh lebih lengkap dari warung, Dear. Kalau seumpama kamu mau beli sesuatu dan itu nggak ada di warung kita bisa cari di supermarket. Lagi pula yang mau kita beli banyak kan? Siapa tahu di warung gak ada," tukasnya.

Tyas menggeleng keras. "Ish, kamu nggak tahu aja nih, warung yang biasa di datangi bunda buat belanja keperluan itu lengkap banget loh. Semua ada. Kalau kamu mau cari kebutuhan apapun pasti ada di sana. Cuma ya gitu, agak terbatas tempatnya. Nggak seluas supermarket," katanya.

Kaesang mengangguk. "Ya udah kalau gitu kita segera masuk, cari apapun yang mau kita beli. Nanti kita bisa segera pulang, takutnya Bunda nungguin lagi," ajaknya lalu Tyas mengangguk.

Mereka pun memasuki supermarket, menyusuri lorong-lorong yang tertata rapi. Dengan bantuan Kaesang, Tyas mencari barang-barang yang dibutuhkan Bundanya, barang-barang yang tadinya ingin dibeli di warung, kini tersimpan rapi dalam keranjang belanjaan yang didorong Kaesang. Beras, telur dalam kemasan besar, dan aneka keperluan lainnya memenuhi keranjang. Mereka menuju kasir, bersiap membayar. Namun, tiba-tiba...

"Yang berhenti bentar!!" Setelah melewati rak aneka camilan dan kudapan, Tyas meminta Kaesang berhenti. Ia cepat-cepat mengambil satu bungkus jajanan dari rak, lalu kembali ke Kaesang.

"Kamu ambil apa itu?" tanya Kaesang, matanya tertuju pada jajanan di tangan Tyas.

Tyas tersenyum lebar, polos dan menggemaskan seperti anak kecil yang baru mendapatkan permen kesukaannya. "Kita beli ini ya, Aku mau ini," rengeknya manja, menunjukkan jajanan tersebut kepada Kaesang.

Melihat jajanan itu—camilan pedas dengan tulisan Korea di kemasannya—Kaesang menggeleng pelan, menghela napas panjang. "Dear, kamu sekarang lagi hamil Loh, kok malah mau beli camilan yang kayak gini sih? Ini nggak baik buat kandungan kamu. Pilih camilan yang lain aja, ya?" Ia khawatir jajanan tersebut akan berdampak buruk pada kehamilan Tyas.

Wajah Tyas langsung berubah cemberut. Bibirnya maju, matanya berkaca-kaca. Ia seperti anak kecil yang keinginannya tak dituruti, hampir saja menangis. "Aku mau iniii, ayoo beliin akuuu makanan inii!!" rengeknya, memohon agar Kaesang luluh. Kaesang memegang pelipisnya, heran dengan tingkah Tyas yang begitu manja. Apakah ini pengaruh kehamilannya?

Akhirnya, Kaesang mengalah. Ia mengangguk, menghela napas panjang. "Ya udah kita beli tapi satu aja ya. Kamu lagi hamil loh, nggak baik makan snack kayak gini. Ayo kita ke kasir buat bayar setelah itu pulang," katanya. Tyas segera memasukkan jajanan itu ke keranjang, dan mereka kembali melangkah menuju kasir.

Di depan kasir...

"Ini aja mbak," kata Kaesang, menata belanjaan mereka di atas meja kasir. Mbak kasir mulai memasukkan barang-barang ke dalam sistem.

Tyas menatap sekeliling dengan bosan, menunggu proses pembayaran yang terasa lama karena banyaknya barang belanjaan mereka. Pandangannya tertuju pada sebuah rak, dan matanya berbinar. Ia langsung berlari kecil ke rak tersebut.

"Itu kan..."

Kaesang menoleh, tapi Tyas tidak ada di sampingnya. Ia menatap kesana kemari mencari Tyas, tapi tidak menemukannya, hingga akhirnya Tyas kembali dengan sebuah bungkusan di tangan.

"Kamu dari mana aja sih, Dear? Aku nyariin kamu loh, jangan ke mana-mana sendiri, oke?" tanya Kaesang, khawatir. Tyas meletakkan barang yang diambilnya di atas meja kasir, lalu menatap Kaesang.

Bibirnya mengerucut. "Aku cuma ambil itu aja tadi. Di sana," katanya, menunjuk ke arah rak yang agak jauh.

Kaesang menoleh ke arah yang ditunjuk Tyas, lalu kembali menatapnya. "Kamu ambil apa sih tadi?" tanyanya

Tyas tersenyum malu-malu. "Hehe permen yupi, tadi aku lihat bungkusnya warna-warni gitu. Lucu, terus dalamnya kayak kenyal-kenyal dan bentuknya macam-macam. Aku kan pengen ya, jadinya aku ambil. Nggak papa kan kalau aku makan itu? Please," mohonnya.

Kaesang menghela nafas lagi. "Ya ampun kirain kamu mau ambil apa tadi. Ya udah nggak papa. Tapi jangan sering-sering makan permen ya, nanti item tuh gigi kamu." Tyas tersenyum sumringah, senang sekali karena diizinkan makan permen Yupi.

"Totalnya Rp150.000, Mas," kata Mbak kasir setelah memasukkan semua barang ke dalam dua kantong plastik besar.

Kaesang mengangguk, mengambil dompetnya, dan membayar.

"Ambil aja kembaliannya," katanya, lalu mengambil dua kantong belanjaan yang cukup berat karena berisi beras dalam kemasan sedang.

Mereka keluar dari supermarket dan menuju mobil. Tyas membuka bagasi, dan Kaesang memasukkan belanjaan mereka di sana.

"Yuk," ajak Kaesang. Tyas menutup bagasi, mereka masuk ke mobil, memasang sabuk pengaman, dan Kaesang pun melajukan mobil menuju rumah Bunda Tyas.

Sepanjang perjalanan, suasana hening. Hanya suara radio yang menemani mereka. Kaesang menoleh ke samping, melihat Tyas yang ternyata sudah tertidur, menyandarkan kepalanya di kaca mobil. Kaesang tersenyum bahagia, lalu kembali fokus menyetir.

Tak lama kemudian, mereka sampai di depan rumah Bunda Tyas. Kaesang melepaskan sabuk pengamannya, lalu menepuk-nepuk punggung Tyas membangunkannya.

"Dear, bangun, Dear. Kita udah sampai. Yuk bangun dulu," kata Kaesang lembut. Perlahan Tyas membuka matanya, dan menoleh ke sana kemari. Kaesang mencodongkan tubuhnya dan melepas sabuk pengaman Tyas. Lalu ia menjauhkan tubuhnya. Tyas menguap panjang, lalu menatap Kaesang dengan mata masih sayu.

"Aku ngantuk banget, Yang," kata Tyas. Kaesang tersenyum. "Ya udah kita turun dulu yuk, bunda pasti udah nunggu kita." Mereka pun turun dari mobil, Kaesang mengambil belanjaan dari bagasi, dan mereka berjalan menuju pintu rumah. Tyas mengetuk pintu, dan pintu pun terbuka.

Bunda Tyas menyambut mereka dengan senyum hangat. "Alhamdulillah, kalian sudah pulang. Capek ya belanja?" tanyanya, memperhatikan dua kantong belanjaan besar di tangan Kaesang.

Tyas mengangguk lemas, masih menguap. "Capek, Bun. Banyak banget yang dibeli," jawabnya, sambil melangkah masuk ke rumah.

Kaesang menyusul, meletakkan belanjaan di meja dapur. Bunda Tyas membantu membongkar belanjaan, sementara Tyas langsung menuju ke kamarnya.

"Hari ini kalian nginep di sini kan?" tanya Bunda Tyas, masih fokus menata belanjaan di meja dapur. Suaranya lembut, tanpa menoleh.

Kaesang terdiam sejenak, berpikir. Lalu, ia menoleh dan menjawab, "Kami sih belum izin sama orang rumah kalau mau nginep di sini. Tapi kalau emang Tyas kecapean sih kayaknya kita nginep di sini. Tadi aja Tyas ketiduran di mobil."

Bunda Tyas tersenyum hangat, menatap Kaesang. "Tyas itu lagi hamil, dia perlu banyak istirahat dan nggak boleh capek-capek. Mending kalian nginep di sini aja deh, daripada nanti Tyas sampai rumah kecapean.

Kamar Tyas juga udah Bunda bersihin pagi tadi. Udah Bunda ganti sprei dan kasih pengharum ruangan. Jadinya bisa kalian tempati. Kalian nginep di sini aja ya," katanya, penuh kasih sayang. Kekhawatirannya pada kondisi Tyas yang sedang mengandung begitu kentara.

Kaesang mengangguk setuju. "Iya, Bun, kita nginep di sini. Ehm, Kaesang tinggal ke kamar dulu ya, mau ngecek Tyas," pamitnya. Setelah mendapat anggukan dari Bunda Tyas, Kaesang pun menuju kamar Tyas.

Sementara itu di kamarnya, Tyas berdiri di depan cermin meja riasnya. Ia menatap bayangannya, tersenyum malu-malu. Rambutnya yang sedikit berantakan karena perjalanan ke supermarket tadi, kini ia rapikan dengan jari-jarinya. Ia memutar-mutar poni, lalu menyisirnya ke belakang telinga.

"Hmm, masih cantik juga ya walaupun lagi hamil," gumam Tyas, suaranya lembut, sedikit manja. Saat itu juga Kaesang membuka pintu kamar, masuk dengan senyum hangat. Ia mendapati Tyas tengah duduk manis di depan meja riasnya, dan tanpa ragu ia menghampiri, memeluknya dari belakang.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!