"Kalo sudah malam, jangan keluar rumah ya ndok. Nanti di bawa kuntilanak!"
~~
"Masalah nya bukan di kamu, tapi di dia."
~~
"JADI SELAMA INI EYANG!??"
Dara, adalah seorang gadis yang baru saja lulus sekolah SMA, dia tidak langsung melanjutkan studi karena orang tua nya terkendala biaya. Dara lalu di titipkan pada Eyang nya yang Dara sendiri tidak pernah tau kalau dia punya eyang, dia di kirim ke kampung yang entah itu dimana.
Dan di sanalah Dara mengalami semua kejadian yang tidak pernah dia alami sepanjang hidup nya, dia juga mengetahui rahasia tersembunyi tentang keluarga nya yang tidak pernah dia sangka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 28. Sosok Mengerikan yang eyang lihat
Setelah Amar mandi juga.. dia kini sedang berada di ruang tamu bersama Dara. Bi Lastri yang sebelum nya pingsan sudah baik - baik saja dan dia tidak merasa kenapa - kenapa. Bi Endang sedang menemani eyang di dalam kamar dan sedang membantu eyang minum teh manis hangat menggunakan sendok.
Rupanya.. saat Dara dan Amar pergi ke pemakaman mang Nuri, pak Kyai mendapat panggilan bahwa salah satu pasien nya tiba - tiba kerasukan dan melakukan hal yang nekat sampai akhirnya pasien kyai meninggal dunia. Dan sekarang kyai sedang berada di rumah pasien nya yang lain.
"Jadi malem ini abang ijin nginep di rumah kamu, atas saran pakde nya abang." Ujar Amar menjelaskan pada Dara.
"Oke bang, nggak apa - apa." Ucap Dara.
"Di sini nggak ada sinyal jadi abang nggak bisa ngehubungin siapapun." Ujar Amar sambil melihat layar ponsel nya.
"Iya, aku aja sampe lupa kalo punya hape, hape ku nggak berguna." Ucap Dara sambil terkekeh.
Lalu setelah nya kecanggungan pun terjadi.. bagaimanapun kedua nya baru saling mengenal satu sama lain, meskipun dalam beberapa hal keduanya sudah terlibat bersama. Amar yang selaku laki - laki merasa dirinya harus memiliki topik obrolan.. supaya tidak canggung, dan dia pun akhir nya bertanya..
"Sebelum kamu tinggal di sini, kamu tinggal dimana, dek?" Tanya Amar, dia membuka obrolan.
"Aku dari jakarta bang, karena beberapa alasan jadi aku tinggal di sini sama eyang." Ujar Dara, Amar pun mengangguk angguk.
"Cuma..'' Dara hendak bicara tapi ragu.
"Cuma apa?" Tanya Amar.
"Cuma.. setelah tinggal disini aku jadi sering ngalamin hal di luar nalar, bang. Hal yang gak pernah aku alamin aku alamin di rumah ini.." Ujar Dara.
"Kamu ngalamin apa aja, siapa tau apa yang kamu alami itu juga ada kaitan nya sama hal yang eyang kamu alami." Ujar Amar..
"Ummhh... aku.."
Dara pun menceritakan semua hal aneh yang di alaminya, seperti pertemuan nya pertama kali dengan tante nya, lalu juga keanehan lain yang dia lihat di sungai, tidak boleh ini dan itu sembarangan, dan juga yang terakhir adalah saat dia mendengar suara orang menangis, yang ternyata adalah kepala buntung.
Dara juga menceritakan dirinya sering bermimpi aneh, mimpinya seolah adalah kejadian yang pernah terjadi dulu. Dara menceritakan mimpi nya pada Amar dan Amar serius mendengarkan apapun yang Dara ucapkan, obrolan mengalir begitu saja, layak nya dengan teman lama.. Dara tidak sedikitpun ragu bercerita.
"Dan yang paling bikin aku penasaran tuh sebener nya apa yang eyangku liat.. Setiap malam, hampir setiap malam nya eyang pasti teriak - teriak bang, eyang bilang ada makhluk hitam besar yang mau bawa eyang, dia bawa rantai." Ujar Dara.
Amar yang mendengar itu seolah berpikir dan mencerna apa yang Dara katakan, ada nya kejadian itu pasti bukan tanpa sebab.
"Apa eyang kamu pernah melakukan ritual?" Tanya Amar, dia langsung menebak.
"Ritual? Aku nggak tau bang, justru itu pr aku buat mencari tahu apa yang eyang lakuin." Ujar Dara, Amar pun manggut - manggut.
"Dari kasus pakde yang udah - udah, mereka yang susah ajal sampai di datangi makhluk seperti itu pasti pernah melakukan sesuatu dulu nya." Uajr Amar.
"Sesuatu.. Aku nggak tau bang." Ujar Dara..
Bi Lastri datang membawakan dua cangkir teh hangat untuk Dara dan Amar, lalu dia ikut duduk di sana menemani Dara dan Amar.
"Di minum dulu mas." Ujar bi Lastri.
"Makasih bu." Ujar Amar dengan sopan.
Amar lalu mengambil cangkir berisi teh hangat itu, Dara pun sama. Tiba - tiba saat mereka sedang minum teh, mereka bertiga sama - sama merasa seperti rumah itu bergoyang..
"Eh, astagfirullah gempa ya!?" Ujar bi Lastri panik.
Tapi aneh nya goyang nya hanya sekali sentak, tidak bergoyang - goyang seperti gempa sungguhan. Dara langsung bangun dan berlari menuju kamar eyang nya, tiba - tiba saja Dara memeluk eyang nya yang sedang tertidur dengan wajah khawatir.
"Non kenapa?" Tanya bi Endang.
"Takut bi." Ujar Dara.
"Astagfirullah, takut kenapa non?" Tanya bi Endang.
"Kqmu ndak merasa tadi rumah ini goyang?" Tanya bi Lastri dan bi Endang menggeleng.
"Ndak, aku ndah merasa." Ujar bi Endang.
Semantara Amar, dia diam dan mendongak menatap langit - langit rumah itu, dan Amar mendengar seperti suara deritan atap yang seolah sedang di injak seseorang.
"Kreett! Kreett.."
Amar mengikuti kemana suara itu bergerak, tapi ternyata suaranya acak. Suara itu muncul dari depan, tapi juga ada di belakang, Amar langsung membaca - baca doa..
Yang Amar lihat dari matanya, saat ini adalah dia merasakan energi yang keras sedang mengelilinginya, atau mengelilingi rumah itu.
"Kreett.."
Lagi, terdengar suara yang serupa dan kini suara itu berada tepat di atas Amar. Amar semakin yakin ada yang datang, ia lalu melantangkan bacaan - bacaan nya dan tiba - tiba..
"CRANG!!"
"CRANG!!"
Dua kaca lemari hias milik eyang pecah dengan sendirinya, sepertinya terjadi bentrokan energi anatara Amar dan sosok yang datang itu. Amar tidak gentar dia masih terus membaca doa dan bahkan sekarang Amar mendengar suara deritan nya bergerak kearah tengah rumah itu.
Amar mengikutinya, dan ternyata suaranya menuju ke arah kamar eyang. Amar pun langsung mengetuk pintu kamar eyang yang tertutup.
"Tok! Tok! Tok!"
"Dara, tolong buka pintu nya." Panggil Amar.
Tak lama pintu di buka oleh bi Lastri, dan si sana eyang sudah berteriak ketakutan. Dara yang memeluk Eyang sampai terlihat ketakutan sebab eyang terus berteriak sambil menunjuk ke arah dinding.
"Usirrr!! Usir diaaa!!! Ada setan! Setan!" Teriak Eyang.
Amar yang mendengar itu lalu menoleh kearah titik yang di tunjuk oleh eyang, dan di sana.. Amar akhir nya melihat apa yang di lihat oleh eyang.
Amar melihat satu sosok bertubuh kurus yang sedang menempel di dinding tepat di belakang nya dengan jari - jari tangan nya yang hitam dan panjang - panjang, mulut nya sobek sampai ketelinga, matanya merah dan kepalanya berambut panjang tapi jarang dan nyaris botak.
"Astagfirullah." Amar langsung beristighfar.
Amar lalu membaca doa, dan makhluk yang sedang merayap di dinding itu pun tersenyum menyeringai pada Amar, dari mulut nya juga meneteskan air liur..
"Kkkhhh.. Khhkkkk." Sosok itu bersuara.
"Siapa kamu?" Tanya Amar.
Tapi makhluk itu tidak menjawab, dia hanya menggeram dan teeus menggeram sambil menatap Amar dengan tatapan menyalak.
"Pergiii!!! Usir dia!!" Teriak eyang.
"Eyang nggak ada apa - apa." Ujar Dara, karena Dara tidak melihat apa yang Eyang dan Amar.
Amar terus membaca doa, ia membaca beberapa ayat ruqyah dan ternyata makhluk itu pun merayap pergi. Setelah makhluk itu merayap pergi barulah Eyang mengngis tersedu - sedu..
"Huhuhuhu.. Huhuhuhu.." Eyang menangis tersedu - sedu.
Tapi Amar keluar dari kamar karena dia mengejar makhluk yang tadi, tapi sepertinya Amar kehilangan jejak. Setelah sampai di luar rumah, Amar tidak lagi melihat apa - apa.
"Astagfirullah, itu makhluk kiriman." Gumam Amar.
BERSAMBUNG.
sebelum dibawa ke masjid pasti bakalan banyak drama... "mereka-mereka" nggak bakalan diem aja kalau eyang dibawa keluar dari rumah itu...👻👻👻
Deket banget manggilnya Abang amar
lebih intimate ,
dara bermimpi eyang makan jeroan
sedang dalam nyata
dara yang hendak makan jeroan bi lastri
keris nya kemana ,kunci nya
blm terangkai akan Nemu titik terang